Jakarta, CNBC Indonesia – Penggunaan generative AI (genAI) sudah makin masif di kalangan profesional.
Menurut laporan Jobstreet bertajuk ‘Decoding Global Talent 2024: GenAI Edition’, 1 dari 2 pekerja d Indonesia pernah menggunakan genAI baik untuk kebutuhan pekerjaan ataupun pribadi.
Sebagian besar sudah menggunakan GenAI secara rutin. Namun belum sebanyak pengguna GenAI di negara Asia Tenggara lainnya.
Lalu, apakah mereka khawatir jika pekerjaannya digantikan oleh kecerdasan buatan?
Ternyata, sebagian besar dari yang disurvei percaya bahwa pekerjaan mereka akan terdampak AI dalam 5 tahun ke depan. Sehingga mereka perlu untuk mempelajari keahlian baru.
Menurut data dari Jobstreet, 38% menyebut sebagian tugas akan berubah. Sementara 30% lainnya mengatakan bahwa pekerjaan mereka akan berubah.
“Dan ada yang bilang, sebagian tugas akan berubah. Jadi, kalau di marketing itu yang dulu kita gak punya marketing teknologi itu sekarang kita harus pakai martek, untuk lebih meningkatkan tugas-tugas kita, dan untuk mendapatkan goal, untuk mencapai goals yang lebih pas,” ujar Country Head of Marketing Jobstreet Sawitri di Jakarta, Selasa (29/10/2024).
Kemudian, 22% merasa pekerjaan mereka tidak akan terpengaruh. Dan 10% merasa pekerjaan mereka akan hilang akibat semakin masifnya penggunaan genAI.
Laporan Jobstreet menunjukkan 97% responden Indonesia bersedia melakukan reskilling untuk tetap kompetitif di pasar tenaga kerja. Lebih tinggi dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya maupun global.
Sepanjang 2023, 40% responden Indonesia melakukan reskilling secara rutin setiap minggu, dibandingkan 32% di Asia Tenggara.
Sebagai informasi, survei global ini mencakup lebih dari 180 negara dan melibatkan 150,735 responden, termasuk 19,154 tenaga kerja Indonesia.
Laporan ini memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana kecerdasan buatan telah merevolusi lanskap pekerjaan.
(fab/fab)