Warga Gaza Korban Perang Tembus 30.717 Jiwa

6 March 2024, 18:34

Warga Palestina menangis(AFP)

JUMLAH korban tewas di Gaza meningkat menjadi 30.717 orang tewas dan 72.156 luka-luka hingga Rabu (6/3). Mereka semua merupakan korban dari invasi Israel di Gaza sejak 7 Oktober.
Dalam 24 jam terakhir, serangan Israel telah menewaskan 86 orang dan melukai 113 orang di Gaza. Sementara negosiasi gencatan senjata yang diharapkan mampu menghentikan kebiasaan Israel ini menemui jalan buntu.
Israel tidak menurunkan syaratnya terhadap Hamas. Israel bersikeras meminta 100 sandera dan enggan angkat kaki dari Gaza seperti yang diinginkan Hamas.
Baca juga : Hamas Inginkan Gencatan Senjata Penuh
Itu selain pemulangan warga Palestina yang terlantar di Gaza ke rumah mereka dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan.
“Kami akan terus bernegosiasi melalui mediator persaudaraan kami untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi tuntutan dan kepentingan rakyat kami,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Meskipun perundingan gencatan senjata terus berlangsung di Kairo, Mesir, warga Gaza menanti kabar baik. Gencatan senjata diharapkan segera disepakati guna menghentikan penderitaan dan kelaparan. Baca juga : Biden Minta Hamas Terima Gencatan Senjata pada Ramadan
Warga Gaza menggambarkan tindakan Israel sejauh ini bak penyiksaan sebelum kematian. Namun demikian, aksi solidaritas penduduk dunia terus menggema.
Terbaru, boikot produk-produk yang berafiliasi dengan Israel membuahkan hasil. Misalnya, perusahaan waralaba Starbucks di Timur Tengah telah memberhentikan 2.000 atau 10% dari total pekerjanya.
Para aktivis hak asasi manusia telah memasukkan Starbucks ke dalam daftar hitam, bersama dengan merek-merek Barat lainnya termasuk McDonalds, karena mereka dianggap mendukung Israel dalam perang di Gaza. Starbucks menjadi sasaran setelah perusahaan tersebut menggugat serikat pekerja yang mengorganisir para pekerjanya atas pesan pro-Palestina yang diposting di akun media sosialnya. Baca juga : Donald Trump Dukung Perang Israel di Gaza
Alshaya Group yang berbasis di Kuwait, yang menjalankan sekitar 1.900 cabang waralaba Starbucks di Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Lebanon, Maroko, Oman, Qatar, Arab Saudi, Turki dan UEA, mengatakan pihaknya terpaksa memangkas stafnya.
“Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah rekan kerja di toko Starbucks MENA kami,” kata pernyataan dari grup tersebut.
Starbucks, meskipun bersikeras bahwa mereka tidak memiliki agenda politik dan tidak mendanai operasi pemerintah atau militer apa pun, telah mencatat penjualan yang lebih rendah pada awal 2024 dan mengalami pukulan besar dalam penjualannya di Timur Tengah. (Z-8)
 

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi