Warga Dinoyo Malang Diajak Jadi Jurnalis Cerdas, Lawan Hoaks dengan Lima Pilar Verifikasi

Warga Dinoyo Malang Diajak Jadi Jurnalis Cerdas, Lawan Hoaks dengan Lima Pilar Verifikasi

Malang (beritajatim.com) – Di tengah derasnya arus informasi digital, Kelurahan Dinoyo, Kota Malang, mengambil langkah proaktif dengan memberdayakan warganya melalui ‘Pelatihan Jurnalistik Online’. Acara ini digelar di Sasana Manunggal Kelurahan Dinoyo pada Jumat (19/9/2025) dengan tujuan mencetak masyarakat yang tidak hanya cerdas dalam mengonsumsi, tetapi juga aktif dalam memproduksi informasi yang akurat dan positif.

Sekretaris Kelurahan Dinoyo, Arianto Marzuki, S.E., M.M., dalam sambutannya menekankan peran strategis Komunitas Informasi Masyarakat (KIM) sebagai garda terdepan dalam menyebarkan informasi yang benar. Menurutnya, setiap kelurahan memiliki potensi unik, mulai dari pariwisata hingga UMKM, yang perlu diekspos secara luas.

“Dengan potensi dan kegiatan yang banyak, informasi ini harus bisa diakses oleh masyarakat luas, bukan hanya di wilayah Dinoyo. KIM berperan sebagai jembatan komunikasi antara pemerintah kelurahan dengan warga, memastikan kebijakan tersampaikan sekaligus mempromosikan potensi daerah untuk meningkatkan perekonomian,” ujar Arianto Marzuki.

Ia menambahkan bahwa penguatan peran KIM dan literasi jurnalistik warga menjadi krusial untuk melawan bahaya hoaks dan disinformasi yang meresahkan.

“Kami berharap KIM mampu menjadi filter informasi yang benar dan kredibel, mengurangi disinformasi di era digital,” tegasnya.

Dalam sesi pelatihan, jurnalis Beritajatim.com, Muhammad Afnani Alifian, S.Pd., M.Pd., yang juga menjadi narasumber utama, mengajak warga untuk memahami esensi berita. Berita, menurutnya, adalah laporan faktual atas peristiwa penting dan menarik bagi publik.

“Berita adalah sebuah fakta yang dianggap sangat penting yang harus segera disampaikan. Namun, tidak semua fakta bisa dijadikan berita oleh media; ada proses seleksi untuk menentukan kelayakannya,” jelas Afnani.

Pria yang tengah menempuh studi S3 Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Malang ini juga menggarisbawahi pentingnya membedakan antara misinformasi, yaitu informasi salah yang penyebarnya percaya itu benar, dengan disinformasi yang sengaja disebar untuk menipu. Menurutnya, pemahaman ini adalah fondasi literasi digital yang kuat.

“Untuk membentengi diri dari informasi palsu, ada lima pilar penting dalam melakukan verifikasi. Masyarakat perlu melakukan verifikasi berdasarkan lima pilar: periksa asal-usul konten, sumber pengirim, tanggal dan waktu kejadian, pastikan lokasi, serta pahami motivasi di balik penyebaran informasi tersebut sebelum membagikannya,” papar Afnani.

Ia menutup sesi dengan mendorong warga untuk bertransformasi dari pembaca pasif menjadi kontributor informasi yang positif bagi lingkungan sekitar. “Jangan hanya diam. Mulailah berkontribusi dengan menyebarkan hal-hal baik di sekitar kita. Cara terbaik untuk mulai menulis adalah dengan banyak membaca,” kata Dani, sapaannya, menutup pelatihan. [ipl/beq]