Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA –– Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, menyebut bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Tercatat, sampai dengan minggu ke-14 2025, atau data per 13 April 2025, Kemenkes mencatat sebanyak 38.740 kasus dengue di Indonesia dengan kematian sebanyak 182 kasus.
“Per April 2025, sudah tercatat lebih dari 38.000 kasus dan lebih dari 100 kematian akibat DBD,” tutur dia dalam media briefing di Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Ia menyampaikan, sudah lebih dari setengah abad berlalu, DBD masih menyisakan kematian setiap tahunnya.
Merujuk data Kemenkes tahun 2024, jumlah kasus dan kematian meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2023.
“Semua menyadari penyakit DBD dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan iklim, kepadatan penduduk, dan mobilitas masyarakat. Artinya, siapa pun bisa berisiko terkena penyakit ini,” ungkap dia.
Oleh karena itu, pencegahan yang menyeluruh perlu menjadi perhatian bersama. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, diperlukan kolaborasi lintas sektor untuk mendukung cita-cita besar kita bersama: ‘Nol Kematian Akibat DBD pada Tahun 2030′.
Ketua Tim Kerja Arbovirosis Kemenkes,
dr. Fadjar SM Silalahi menegaskan, “dengue adalah penyakit yang bisa mengancam nyawa, dan tidak bisa lagi menunggu sampai puncak kasus (wabah) untuk bertindak.
Banyak masyarakat yang masih salah menganggap bahwa dengue merupakan penyakit musiman. Padahal, faktanya tidak begitu.
“Penyakit dengue ada dan dapat menyebar sepanjang tahun, walaupun memang pada bulan-bulan tertentu kasusnya bisa melonjak secara signifikan,” tutur dokter Fajar.
Dengan demikian, pencegahan harus menyeluruh, dimulai dari mengendalikan vektor nyamuk dengan 3M Plus, edukasi yang berkelanjutan, dan yang tidak kalah penting adalah menambah perlindungan menggunakan metode yang inovatif seperti vaksinasi.
