Di sisi lain, Dony menyebut salah satu perubahan besar yang sedang berlangsung adalah reorientasi dalam cara berpikir manajemen BUMN.
Ia menjelaskan bahwa selama ini BUMN lebih fokus pada keuntungan semata, tetapi kini ada perubahan untuk melihat peran BUMN lebih jauh, yaitu sebagai penggerak ekonomi yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat.
Di samping memberikan keuntungan, BUMN harus memberi manfaat lebih dalam bentuk lapangan pekerjaan dan berkolaborasi dengan sektor-sektor lain, terutama yang melibatkan UMKM.
“Bahwa BUMN itu tidak semata-mata hanya berbicara mengenai net income. Tetapi bagaimana kemudian BUMN memberikan value yang lebih kepada negara, terutama sekali adalah dalam memberikan lapangan pekerjaan yang banyak,” ujarnya.
Kemudian, Dony juga mengatakan bahwa BUMN tidak perlu lagi terlibat dalam sektor mikro yang terlalu kecil, seperti memproduksi air minum dengan banyaknya pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sebaliknya, BUMN diharapkan lebih banyak berkolaborasi dengan pelaku UMKM, yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia dengan kontribusi mencapai 46% terhadap ekonomi nasional.
Ke depan, Dony berharap agar seluruh masyarakat mulai memahami bahwa BUMN bukan hanya sekadar entitas ekonomi yang bertujuan mengejar keuntungan, tetapi juga menjadi pilar penting dalam membangun ekonomi Indonesia yang inklusif dan keadilan.
“Banyak juga mungkin masyarakat yang tidak belum mengetahui bahwa BUMN ini adalah merupakan satu backbone ekonomi Indonesia,” pungkasnya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4974924/original/011102900_1729512505-IMG_20241021_162927.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)