JAKARTA – Pabrikan mobil asal Swedia Volvo yang kini dikendalikan oleh Geely Holding dari China, mengumumkan akan mencatat kerugian besar 11,4 miliar krona Swedia (sekitar Rp 19,5 triliun) di laporan keuangan kuartal kedua nanti. Kerugian ini terjadi karena masalah pada dua model mobil listrik terbaru mereka, yaitu ES90 dan EX90, terutama disebabkan oleh tarif impor dan penundaan peluncuran.
Berdasarkan laporan Reuters, Selasa, 15 Juli, Volvo menyatakan bahwa mereka saat ini tidak dapat menjual Volvo ES90, yang dibuat di China, secara menguntungkan di Amerika Serikat karena tarif impor. Margin keuntungan untuk model yang sama juga berada di bawah tekanan di Eropa karena alasan serupa.
“Biaya penurunan nilai ini terutama mencerminkan penyesuaian dalam volume yang diharapkan dan profitabilitas siklus hidup yang direncanakan terkait dengan platform untuk mobil EX90 dan ES90,” kata Volvo dalam sebuah pernyataan.
Selain masalah tarif, penurunan nilai ini juga mencerminkan penundaan peluncuran yang signifikan di masa lalu dan biaya pengembangan tambahan yang timbul setelahnya. Dari total jumlah tersebut, 4,0 miliar krona diperkirakan akan memengaruhi biaya penjualan, dan sebagian besar sisanya akan memengaruhi lini Litbang (R&D) dalam laporan keuangan.
Volvo Cars, yang dijadwalkan akan menerbitkan hasil kuartal kedua pada 17 Juli mendatang, menyatakan bahwa dampak pada laba bersih mereka pada periode tersebut akan mencapai 9 miliar krona Swedia.
