Viral di Media, Pulau Terpencil di Maluku Utara Air Sungainya Diduga Tercemar Limbah Tambang

6 June 2023, 22:30

MALUKU UTARA, suaramerdeka.com – Masih hangat-hangatnya netizen menyoroti perihal pulau terpencil yang ada di Maluku Utara tersebut. Pulau terpencil yang ada di Maluku Utara yaitu Pulau Obi, Desa Kawasi terkena dampak dari beberapa perusahaan yang mendirikan di sana. Salah satunya Pulau Obi tersebut yang dihuni oleh warga mengalami pencemaran air di sungai sehingga banyak warga yang membeli air kemasan untuk aktivitas hari-harinya. Dilansir suaramerdeka.com dari TikTok @satelitgoogleearth, membagikan videonya.
Baca Juga: Buka Ramalan Zodiak, Rabu, 7 Juni 2023, Libra Segera Lunasi Cicilan, Scorpio Siapkan Cadangan Uang “Tambang Nikel di Obi,” tulisnya.

“Kenapa tidak ada yang peduli dengan apa yang terjadi di Maluku Utara,” tanya @Satelitgoogleearth. Dalam video menjelaskan terdapat desa tertua di Pulau Obi yang bernama Desa Kawasi. Dan disekelilingnya terdapat tambang nikel dan smelter. Baca Juga: Usai Jessica Iskandar Tulis Surat Terbuka untuk Presiden RI, Kini Senggol Kapolri, Ini Alasannya “Sungai di desa ini tercemar limbah tambang dan air menjadi kotor. Jadi warga harus membeli air minum,” ujarnya di video. DI video tersebut, warga Desa Kawasi diminta untuk relokasi ke Eco Village dan berjarak 5 kilometer ke arah selatan. Bahkan, di dalam postingannya memperlihatkan bahwa di sana terdapat area reklamasi hutan. Serta mengungkapkan bahwa kehidupannya aman sebelum terdapat perusahaan yang berdiri di sana. Baca Juga: Kiprah Dosen Ini Menginspirasi, Kepeduliannya Pada Lingkungan Tinggi “Kehidupan kami nyaman sebelum ini,” ucap salah satu warga di sana. Terdapat beberapa tambang yang beroperasi di sana, seperti PT Megah Surya Pratiwi, Nickel Smelter yang telah beroperasi pada tahun 2015. Ada juga PLTU, serta pelabuhan kapal yang memiliki peran untuk mengangkut nickel ke China dan negara lain. Tahun 2021 PT Halmahera Persada Lygenda membuka pabrik HPAL dengan tujuan memproduksi salah satu bahan baterai. Baca Juga: Bersiap Hadapi Kekeringan Panjang, Semarang Siapkan Pipa Resapan untuk Tambah Air Tanah, Ini Cara Kerjanya. Di video menjelaskan bahwa proses HPAL yang harus membutuhkan energi yang disuplai dari pintu PLTU dengan batubara, sumber energinya terburuk untuk lingkungan. Jika memproduksi 1 ton nickel, maka akn berdampak 1,5 ton tailings yang merupakan jenis limbah HPAL sehingga limbah lebih banyak dibandingkan hasilnya. Bahkan rencananya Harita group ingin membuang tailing ke laut, 700 meter lepas pantai. Perusahaan tersebut mengungkapkan jika hal itu tak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Baca Juga: 6.000 Kios dan Los Pasar Tradisional di Kota Semarang Kosong, Kemana Para Pedagang ? Namun di tahun 2021, pemerintah berhenti mengeluarkan izin deep sea tailings placement. Dan Harita grup belum mengungkapkan di mana tailings akan disimpan. Terlihat di video dari satelit terbaru, di mana terdapat area berwarna merah gelap dan pembangunan bendngan tailing di antara bukit sudah dimulai. Dalam video tersebut mengungkapkan jika bendungan tailing memiliki resiko yang tinggi. “Bendungan tailing memiliki resiko yang tinggi. Di mana Brazil pernah ada bendungan tailings dari Vale yang pernah pecah menewaskan 200 warga desa setempat,” ucapnya. Melihat hal itu, banyak netizen yang berkomentar perihal postingan tersebut. “pemerintah pusat mohon lihat kami di area tambang ini, bagaimana masa depan anak cucu kami,” tulis @laanas17. “Kasian rakyat.. Pemerintah harus perhatikan rakyat,” ujar netizen lain. ***

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi