TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan situasi wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang kini sedang merebak di China dan beberapa negara lainnya.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, drg Widyawati MKM, menyampaikan salah satu langkah yang diambil untuk mencegah penyebaran virus tersebut ke Tanah Air adalah dengan meningkatkan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara.
Hal ini dilakukan melalui pengawasan kekarantinaan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional yang menunjukkan gejala Influenza Like Illness (ILI).
“Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan langkah-langkah preventif yang efektif.”
“Upaya ini dilakukan agar virus ini tidak masuk ke Indonesia,” ujar Widyawati di Jakarta, Sabtu (4/1/2025).
Kemenkes: Belum Masuk Indonesia
Lantas, apakah virus HMPV sudah ada di Indonesia?
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, drg Widyawati MKM mengungkapkan jika saat ini belum ada laporan kasus virus HMPV di Indonesia.
“Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia,” ungkap Widyawati pada keterangannya, Minggu (5/1/2024).
Walau begitu, pihaknya mengimbau pada masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan.
“Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati.
Sebagai informasi, HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas.
Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.
Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.
Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV.
Meski begitu, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.
Kemenkes mengajak masyarakat untuk tetap memantau informasi resmi terkait perkembangan virus ini.
Pemerintah juga menekankan pentingnya kerja sama masyarakat dalam menerapkan langkah pencegahan.
Jangan lupa segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan.
Menkes: Masyarakat Jangan Panik
Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak panik dengan kemunculan informasi wabah HMPV yang kini sedang melanda China.
Ia menegaskan, HMPV memiliki gejala yang mirip seperti flu biasa dan tidak mematikan seperti Covid19.
“Kalau virus baru Covid-19, tubuh manusia belum tahu bagaimana meresponsnya. Akibatnya, kalau menyerang tubuh, tubuh bingung bagaimana merespons Covid-19.”
“Sehingga kemungkinan besar risiko fatalitynya tinggi. HMPV ini tidak mematikan. Sama seperti flu biasa,” kata dia saat ditemui di Ditjen Tenaga Kesehatan, Jakarta, Senin (6/1/2025).
Ia mengatakan, virus tersebut sudah ada sejak tahun 2001 dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Berbagai referensi menyatakan, HMPV merupakan virus yang sudah lama ada sehingga respons imun tubuh bisa biasa mengenali dan melawan virus tersebut.
“Seperti itu (HMPV) supaya tidak panik. Semua orang bisa terkena flu. Kalau daya tahan tubuh baik, HMPV itu otomatis akan bisa ditahan oleh sistem imun kita,” ujar eks dirut Bank Mandiri ini.
Meski tidak mematikan, Budi pun mengingatkan agar waspada dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat. Makan yang cukup, olahraga dan istirahat yang cukup.
Saat mulai batuk, pilek segeralah beristirahat. “Tips-nya 3M. Menjaga jarak, mencuci tangan, pakai masker. Sama seperti Covid-19,” ujar BGS.
Diketahui, virus HMPV memiliki risiko tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.
Virus ini menyebar melalui percikan pernapasan, kontak langsung, atau menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi.
Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.(Tribunnews/Rina Ayu/Aisyah Nursyamsi)