Jakarta, CNN Indonesia —
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) menjadi salah satu penyakit yang semakin banyak diderita masyarakat Indonesia, terutama dalam kondisi musim pancaroba dengan perubahan cuaca yang tidak menentu dan suhu yang fluktuatif serta di tengah memburuknya kualitas udara saat ini.
ISPA merupakan penyakit yang menyerang saluran pernapasan atas, termasuk hidung, tenggorokan, dan laring. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, serta dapat diperparah oleh paparan polusi udara.
Gejalanya seringkali mirip dengan flu biasa, seperti batuk, pilek, dan sakit tenggorokan. Namun, jika tidak ditangani dengan baik, ISPA dapat berkembang menjadi komplikasi serius seperti bronkitis atau pneumonia.
Polusi udara, seperti partikel debu dan asap kendaraan, menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya kasus ISPA. Hal ini juga diperparah oleh rendahnya kesadaran masyarakat tentang langkah-langkah pencegahan, seperti menggunakan masker atau menjaga kebersihan lingkungan.
Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, tren kasus ISPA di Indonesia dalam kurun waktu Januari hingga September 2023 cukup tinggi, yakni di kisaran 1,5-1,8 juta kasus secara nasional. Adapun tiga provinsi tertinggi terkait kasus ISPA adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Sementara itu, berdasarkan data BPJS Kesehatan, lebih dari Rp10 triliun telah dialokasikan untuk menangani penyakit-penyakit pernapasan pada tahun 2022.
Selain itu, berdasarkan data indeks standar pencemaran udara di berbagai kota besar seperti Jabodetabek secara fluktuatif mencapai angka tertinggi pada kategori tidak sehat.
Menurut Dokter spesialis paru dari Unit Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, dr. Sri Mulyani, Sp. P., polusi udara tidak bisa dianggap remeh karena sangat berdampak pada kesehatan manusia.
“Asap atau polusi udara yang masuk ke sistem pernapasan akan mengganggu dan bahkan melemahkan pertahanan tubuh sehingga rentan terkena ISPA. Bagi orang yang telah terkena ISPA sebelumnya, tentu ini bisa memperberat gejala yang sudah ada,” kata Sri dikutip dari laman sehatnegeriku.kemkes.
Dampak buruk ini tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat, tetapi juga produktivitas tenaga kerja.
Karena itu dalam upaya menjaga kesehatan dan keselamatan karyawannya, PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI) tak berhenti untuk mengambil langkah preventif melalui edukasi dan pemeriksaan kesehatan rutin. Salah satu inisiatif PT GNI dilakukan dengan menyelenggarakan Health Talk di Kantor Pusat Perusahaan, Jakarta.
Sesi diskusi yang mengangkat tema ‘Cara Mengidentifikasi ISPA dan Dampaknya’ ini bertujuan memberikan wawasan kepada karyawan mengenai gejala, pencegahan, dan cara menjaga kesehatan diri serta lingkungan kerja.
Acara yang digelar pada Kamis (7/11) lalu ini turut mengundang tenaga medis ahli sebagai pembicara dan dihadiri oleh ratusan karyawan PT GNI. Dalam acara ini, para pekerja diajarkan untuk mengenali tanda-tanda awal ISPA, seperti batuk, pilek, dan sesak napas.
“Kesehatan karyawan adalah prioritas kami, dan ISPA merupakan salah satu ancaman yang perlu diwaspadai di tengah kondisi udara yang semakin tidak menentu,” ujar Head of Corporate Communication PT GNI, Mellysa Tanoyo.
Langkah ini tak hanya untuk mencegah penyakit, tetapi juga mendukung keberlanjutan produktivitas kerja di tengah tantangan kesehatan masyarakat.
“Melalui Health Talk ini, kami berharap para karyawan bisa lebih mengenali gejala ISPA sejak awal dan memahami langkah pencegahannya. Ini bukan hanya soal kesehatan pribadi, tapi juga soal menjaga kesehatan bersama,” tambahnya.
Mellysa menambahkan, melalui program edukasi ini PT GNI ingin agar seluruh karyawan memiliki kesadaran lebih terhadap gejala-gejala awal ISPA, sehingga mereka dapat segera melakukan pengobatan jika terinfeksi.
“Hal ini penting, terutama di lingkungan kerja kami, di mana kesehatan setiap individu memengaruhi keselamatan dan produktivitas seluruh tim,” imbuh dia.
Salah satu karyawan PT GNI yang mengikuti acara tersebut, Nadya, mengaku terbantu dengan materi yang disampaikan para narasumber. Menurutnya, acara kesehatan seperti ini memberinya pemahaman baru mengenai cara melindungi diri sendiri dan keluarga dari ancaman ISPA.
“Saya sangat terbantu dengan informasi dari acara ini. Saya jadi lebih tahu cara melindungi diri dan keluarga dari ISPA. Program ini penting bagi kami, untuk lebih memahami dan mampu melakukan pencegahan dini agar tidak terkena ISPA,” ucapnya.
Gelar Cek Kesehatan
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan pilar utama dalam operasional PT GNI. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta melindungi sumber daya manusia dan produktivitas.
Upaya itu diwujudkan PT GNI dengan berkala menggelar Medical Check Up atau MCU kepada para karyawannya. Melalui MCU, karyawan dapat mengetahui kondisi tubuhnya, bahkan menemukan penyakit yang selama ini tidak mereka ketahui.
Mellysa menjelaskan, MCU selain menjadi komitmen untuk menjaga kesehatan karyawan, juga menjadi bentuk tanggung jawab PT GNI terhadap pemenuhan regulasi yang ada.
“MCU bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan karyawan. Kegiatan ini juga sebagai langkah deteksi dini dan pengobatan jika ada gangguan kesehatan agar tercipta kondisi kesehatan karyawan yang optimal, baik sebelum masuk kerja, saat bekerja, maupun setelah bekerja,” ujar Mellysa.
Menurutnya, MCU diperlukan lantaran karyawan merupakan aset berharga perusahaan. Tak hanya itu membangun lingkungan kerja yang sehat merupakan investasi penting untuk menciptakan atmosfer positif di tempat kerja.
“Karyawan yang sehat secara fisik dapat berdampak positif dalam produktivitas kerja secara keseluruhan. Mereka juga jadi lebih fokus dalam menjalankan tugas-tugasnya,” ucap Mellysa.
Dengan berbagai langkah preventif yang dilakukan PT GNI melalui program edukasi kesehatan seperti Health Talk, dan pemeriksaan kesehatan tersebut menjadi bukti nyata komitmen PT GNI dalam menjaga kesehatan dan keselamatan karyawannya.
“Kami yakin, kesejahteraan karyawan merupakan hal yang sangat krusial dan prioritas,” ujar Mellysa.
(ory/ory)