Uni Eropa Puji Strategi Brasil Percepat Kesepakatan Iklim Krusial di COP30

Uni Eropa Puji Strategi Brasil Percepat Kesepakatan Iklim Krusial di COP30

Liputan6.com, Jakarta – Menjelang berakhirnya Konfrensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-30 (COP30) di Balem, Brasil, tensi negosiasi memuncak dengan harapan baru yang disematkan pada kepemimpinan tuan rumah.

Di tengah tarik ulur kepentingan antarnegara mengenai masa depan bahan bakar fosil dan pendanaan adaptasi, Uni Eropa (UE) secara terbuka memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah agresif Brasil di bawah Presiden Luiz Inacio da Silva yang berupa menjebatani kesenjangan antara negara maju dan berkembang demi tercapainya kesepakatan di jantung hutan Amazon.

“Luar biasa bahwa Presiden Lula mengerahkan seluruh pengaruh politiknya di balik ini,” kata Komisioner Eropa untuk Iklim, Nol Bersih, dan Pertumbuhan Bersih, Wopke Hoekstra, dalam konferensi pers di pusat konvensi Hangar, Belem, dikutip dari Antara.

Pernyataan ini menegaskan dukungan blok Eropa terhadap manuver diplomatik Brasil yang dinilai berhasil menjaga momentum negosiasi tetap hidup, meskipun tantangan geopolitik global sedang memanas.

Hoekstra menyoroti bahwa keputusan strategis Lula menjadikan Belem pintu gerbang menuju hutan hujan Amazon sebagai tuan rumah adalah langkah simbolis sekaligus politis yang sangat kuat untuk mengingatkan dunia akan urgensi perlindungan alam. 

Konferensi yang berlangsung sejak 10 November hingga 21 November 2025 ini dianggap sebagai “COP Aksi” yang diharapkan dapat menerjemahkan janji-janji iklim sebelumnya menjadi langkah nyata.

Brasil, sebagai Presiden G20 tahun lalu dan tuan rumah COP30 saat ini, telah mengajukan draf teks negosiasi yang dinilai oleh banyak pengamat sebagai salah satu paket paling kohesif dalam beberapa tahun terakhir.

Draf tersebut mencakup opsi untuk pemeriksaan tahunan terhadap kemajuan pemotongan emisi serta sebuah “peta jalan” (roadmap) bersama untuk mempercepat transisi meninggalkan bahan bakar fosil sebuah isu yang menjadi titik perdebatan paling panas sejak kesepakatan COP28 di Dubai.

“UE menyambut baik kepemimpinan Brasil yang tidak hanya berfokus pada aspek mitigasi atau pengurangan emisi semata, tetapi juga menempatkan isu keadilan sosial dan ekonomi di pusat perundingan,” ucap dia.

“Dalam pandangan UE, transisi energi global tidak boleh dilihat sebagai beban yang menghambat kemajuan ekonomi, melainkan sebagai peluang transformasi menuju pertumbuhan yang lebih berkelanjutan,” sambung Hoekstra.

Hal ini, kata dia, menjadi jawaban atas narasi skeptis dari beberapa pihak yang mengkhawatirkan bahwa kebijakan iklim ketat akan memukul ekonomi negara berkembang.

“Mari jangan terjebak dalam ilusi bahwa pertumbuhan yang lebih rendah membantu mereka yang paling membutuhkan,” ujar Hoekstra, seraya menambahkan bahwa secara historis, resesi selalu lebih dahulu berdampak pada sektor yang paling rentan.

 

Sekitar 100 warga adat Munduruku memblokade pintu masuk COP30 di Belem, Brazil, menuntut agar suara mereka dilibatkan dalam perundingan iklim. Aksi berlangsung damai dan direspons langsung oleh Presiden COP30.