Langkah ini mengikuti penyelidikan pasal 232 terhadap produk farmasi, yang dimulai pemerintah AS pada April lalu. Investigasi tersebut memberi kewenangan kepada Menteri Perdagangan untuk menilai dampak impor terhadap keamanan nasional.
Otoritas yang sama sebelumnya digunakan Trump untuk mengenakan tarif pada mobil dan aluminium.
Bagi industri farmasi, keputusan ini menjadi pukulan besar. Sejumlah perusahaan memperingatkan bahwa tarif akan meningkatkan biaya, menghambat investasi di AS, dan berpotensi mengganggu rantai pasok obat yang pada akhirnya dapat membahayakan pasien.
Meski demikian, tarif 100 persen masih lebih rendah dari rencana Trump sebelumnya. Dalam wawancara dengan CNBC bulan Agustus lalu, ia sempat menyebut kemungkinan tarif hingga 250 persen untuk produk farmasi.
Trump mengatakan kebijakan dimulai dengan tarif kecil, lalu kemudian dalam maksimum 1 – 1,5 tahun, tarif akan naik ke 150 persen bahkan 250 persen.
Kebijakan baru ini datang di tengah tekanan besar pada industri farmasi AS. Perusahaan tengah menghadapi proposal Trump terkait harga obat yang dinilai dapat memangkas keuntungan sekaligus mengurangi dana untuk riset dan pengembangan.
Selain itu, ada pula perubahan besar di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) yang kini dipimpin Robert F. Kennedy Jr., tokoh yang dikenal skeptis terhadap vaksin.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5312382/original/058803300_1754958946-Untitled.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)