Perubahan arah kebijakan dari negosiasi menjadi pendekatan langsung lewat surat tarif ini menandakan betapa rumitnya pembicaraan dagang internasional, terutama saat menyangkut tarif dan hambatan nontarif seperti larangan impor produk pertanian. Terlebih lagi, sebagian besar perjanjian dagang biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dirampungkan.
Hingga saat ini, hanya dua negara yang berhasil menjalin kesepakatan dagang dengan AS di bawah kepemimpinan Trump. Inggris menjadi negara pertama yang mencapai kesepakatan pada Mei lalu, di mana tarif dasar 10% tetap dipertahankan, dan sejumlah sektor seperti otomotif serta pesawat mendapatkan perlakuan istimewa.
Kesepakatan kedua terjadi dengan Vietnam, yang setuju memangkas tarif dari ancaman 46% menjadi hanya 20% untuk beberapa barang ekspor ke AS. Sebagai imbal balik, produk-produk Amerika akan diizinkan masuk ke Vietnam tanpa bea masuk.
Sementara itu, negosiasi dengan India mengalami kegagalan, dan diplomat Uni Eropa menyebut bahwa pembicaraan perdagangan dengan AS belum membuahkan hasil. Uni Eropa kemungkinan akan memilih mempertahankan status quo demi menghindari dampak dari tarif baru.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3139627/original/094131400_1590806581-Screenshot__256_.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)