Jakarta, CNBC Indonesia – Miliarder sekaligus co-founder LinkedIn Reid Hoffman merupakan salah satu pendonor utama untuk Partai Demokrat dalam Pemilihan Umum Amerika Serikat (AS).
Ia cukup vokal mendukung Kamala Harris yang akhirnya kalah dengan Donald Trump dari Partai Republik. Menurut laporan New York Times, Hoffman telah memberi tahu beberapa teman bahwa ia mempertimbangkan pindah ke luar negeri setelah kemenangan Trump.
Hoffman dikatakan khawatir Trump akan menggunakan kekuasaannya di Gedung Putih untuk membalas dendam ke para lawan politiknya, berdasarkan laporan New York Times, dikutip dari New York Post, Selasa (3/12/2024).
Sebelumnya, pasca upaya pembunuhan Trump pada Juli 2024, Hoffman sudah mencuri perhatian publik. Banyak yang menggaungkan kembali pernyataan Hoffman yang pernah menyebut harapannya Trump akan menjadi ‘martir’.
Pada April tahun lalu, Times juga melaporkan bahwa Hoffman yang mendonasikan US$10 juta untuk komite politik pendukung Harris, turut membantu pendanaan gugatan hukum yang dilayangkan mantan penulis majalah New York E. Jean Caroll untuk melawan Trump.
Pengacara Trump kala itu mengatakan di persidangan bahwa peran Hoffman mendukung pendanaan gugatan hukum itu menimbulkan pertanyaan soal kredibilitas Caroll.
Saat itu, hakim memutuskan Trump bersalah karena melakukan kekerasan seksual dan fitnah terhadap Caroll pada tahun 1996. Caroll lantas mendapat ganti rugi senilai US$5 juta.
Awal tahun ini, hakim lainnya memberikan Caroll tambahan US$83,3 juta atas kemenangan kasus fitnah setelah Trump menuduh dugaan pemerkosaan yang dilayangkan Caroll adalah kebohongan.
Hoffman bukan satu-satunya bos raksasa teknologi yang mempertimbangkan pindah ke luar negeri pasca kemenangan Trump. Menurut Times, beberapa pendonor Partai Demokrat lainnya juga memikirkan rencana serupa.
Misalnya CEO OpenAI Sam Altman yang belakangan juga menjadi musuh bebuyutan Elon Musk. Altman yang mendukung Demokrat dilaporkan pelan-pelan mendekati lingkaran Republik setelah Trump menang.
Namun, Wall Street Journal melaporkan upaya itu sia-sia karena sentimen permusuhan Altman dan Musk. Musk sendiri diketahui menjadi pendonor Republik dan cukup militan mendukung Trump.
WSJ mengatakan Altman telah menghubungi menantu Trump, Jared Kushner, dan pengusaha modal ventura Josh Kushner, untuk mendekati Trump. Namun, hingga kini upaya itu sia-sia.
Terbaru, Altman dikatakan sudah berhasil menemui Howard Lutnick yang merupakan co-chair tim transisi Trump. Altman dikatakan mengutarakan rencananya menambah investasi di AS dengan membangun data center berskala besar dan menambah lebih banyak tenaga kerja.
Pada pekan lalu, pengacara Musk melayangkan perintah melawan OpenAI dan Microsoft dalam upaya menyetop pembuat ChatGPT untuk beralih dari perusahaan non-profit menjadi for-profit.
(fab/fab)