Washington DC –
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam kelompok Hamas akan ada masalah besar di kawasan Timur Tengah, termasuk Jalur Gaza, jika para sandera yang masih ditahan tidak juga dibebaskan, sebelum dirinya dilantik pada 20 Januari tahun depan.
Usai melancarkan serangan mematikan terhadap Israel pada Oktober tahun lalu, kelompok Hamas dan militan aliansinya menculik dan menyandera lebih dari 250 orang, termasuk warga yang berkewarganegaraan ganda Israel-Amerika.
Sekitar separuh dari 101 sandera asing dan sandera Israel yang kini masih ditahan di Jalur Gaza diyakini masih hidup. Berbagai upaya untuk membebaskan para sandera itu, yang turut dibahas dalam perundingan gencatan senjata untuk Jalur Gaza, sejauh ini belum membuahkan hasil yang konkret.
Trump yang menang pilpres AS pada November lalu, akan dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari tahun depan. Dalam pernyataan terbaru yang dianggap paling eksplisit soal nasib para sandera di Jalur Gaza, Trump melontarkan ancaman untuk Hamas dan sekutunya yang masih menahan para sandera.
“Jika para sandera tidak dibebaskan sebelum tanggal 20 Januari 2025, tanggal di mana saya dengan bangga menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, akan ada NERAKA YANG HARUS DIBAYAR di Timur Tengah, dan bagi mereka yang bertanggung jawab melakukan kekejaman terhadap kemanusiaan ini,” tegas Trump dalam pernyataan via media sosial, seperti dilansir Reuters, Selasa (3/12/2024).
“Mereka yang bertanggung jawab akan terkena dampak yang lebih parah dibandingkan siapa pun yang pernah terkena dampaknya sepanjang Sejarah Amerika Serikat yang panjang dan termasyhur,” cetusnya.
Kelompok Hamas telah menyerukan diakhirinya perang dan penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza sebagai bagian dari kesepakatan untuk membebaskan para sandera yang tersisa.