JAKARTA – Pada 27 Juni 2025, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun di Castleford, Inggris, meninggal dunia usai berpartisipasi dalam tren blackout challenge.
Kepolisian West Yorkshire mengatakan bahwa kondisi anak tersebut mengerikan saat dibawa ke rumah sakit dan tak lama kemudian meninggal dunia.
Meninggalnya anak tersebut membuat tren blackout challenge menjadi sorotan publik. Tren tersebut merupakan tantangan yang melibatkan seberapa lama seseorang bisa menahan napas.
“Ini adalah tren yang tampaknya muncul seiring dengan perkembangan setiap generasi,” kata Dokter Spesialis Kedokteran Gawat Darurat Anak di Johns Hopkins, Mary Beth Howards, MSC, dikutip dari Healthline, pada Rabu, 2 Juli.
Permainan tersebut berbahaya dan termasuk dalam beberapa tren media sosial, khususnya TikTok yang bisa berakibat fatal. Hal tersebut karena saat memainkannya, seseorang harus menahan napas dalam waktu tertentu yang bisa menyebabkan asfiksia.
Kondisi tersebut dapat membatasi oksigen ke otak, yang berpotensi menyebabkan kejang, cedera serius, kerusakan otak, bahkan kematian. Kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja, dan mengalami gejala risiko berbeda-beda tergantung tubuhnya.
“Respons setiap orang terhadap tantangan ini bervariasi. Jadi, seseorang bisa pingsan dalam waktu hitungan detik, seseorang mungkin membutuhkan waktu mendekati satu menit,” tambahnya.
Pada sebagian orang yang melakukan blackout challenge mungkin kehilangan kesadaran jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan dan sangat berbahaya. Oleh karena itu, permainan ini sebaiknya dihindari dan tidak dilakukan dalam keadaan apa pun.
Namun, tren tersebut masih dilakukan hingga saat ini dan menjadi perkembangan pada setiap generasi. Pada tahun 2022 dilaporkan setidaknya terdapat 20 kematian telah dikaitkan dengan permainan asfiksia, dengan korbannya berusia 12 tahun atau lebih muda.
