Tradisi Waisak di Kampung Buddha Ponorogo: Anjangsana dan Pelepasan Burung ke Alam

Tradisi Waisak di Kampung Buddha Ponorogo: Anjangsana dan Pelepasan Burung ke Alam

Ponorogo (beritajatim.com) – Suasana damai menyelimuti Dusun Sodong, Desa Gelangkulon, Kecamatan Sampung, Ponorogo. Saat ratusan umat Buddha di ujung barat Kabupaten Ponorogo itu, memperingati Hari Raya Waisak. Dalam prosesi religius yang digelar di Vihara Dharma Dwipa, para jemaat larut dalam doa, silaturahmi, dan simbol pelepasan makhluk hidup ke alam bebas.

Perayaan Waisak tahun ini menjadi momen istimewa bagi warga Dukuh Sodong, yang dikenal sebagai kampung dengan penganut agama Buddha tersebut. Prosesi diawali dengan ritual keagamaan di vihara, lalu dilanjutkan dengan tradisi anjangsana atau silaturahmi antarjemaat.

Tangis haru pecah saat warga saling berpelukan dan saling memaafkan. Bukan hanya sesama umat Buddha, permohonan maaf juga disampaikan kepada warga lain yang berbeda keyakinan.

“Kami saling memaafkan dan menyatukan hati, tidak hanya antarumat Buddha, tapi juga dengan saudara-saudara lain yang berbeda agama,” tutur Sukarti, salah seorang jemaat yang tak kuasa menahan tangis.

Puncak perayaan ditandai dengan pelepasan burung ke alam bebas. Burung-burung perkutut diterbangkan dari halaman vihara sebagai simbol pembebasan dan perbuatan baik yang membawa manfaat bagi semua makhluk.

Kepala Vihara Dharma Dwipa, Suwandi, menyampaikan bahwa pelepasan hewan ini adalah bentuk nyata dari ajaran Buddha tentang kasih sayang terhadap seluruh makhluk hidup. Menurutnya, Perayaan Waisak di Dusun Sodong ini, bukan sekadar ritual tahunan. Namun, lebih dari itu, juga bisa menjadi bukti hidupnya nilai-nilai toleransi dan kerukunan antarumat beragama di pelosok Ponorogo.

“Ini adalah puncak Waisak. Kami ingin mempertegas komitmen untuk terus berbuat baik, tidak hanya kepada manusia, tetapi juga kepada alam dan seluruh isinya,” pungkas Suwandi. [end/aje]