Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Tradisi Pindapata di Mojokerto, Umat Buddha dan Warga Berikan Derma ke Biksu

Tradisi Pindapata di Mojokerto, Umat Buddha dan Warga Berikan Derma ke Biksu

Mojokerto (beritajatim.com) – Warga memberi derma atau sedekah makanan kepada biksu dan biksuni dalam tradisi Pindapata di depan Taman Lalu Lintas, Perumahan Magersari Indah, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Minggu (19/5/2024). Tradisi Pindapata atau penerimaan persembahan makanan, obat-obatan, dan jubah dilandasi dengan cinta kasih.

Ini sebagai wujud perbuatan baik untuk memperbaiki kehidupan itu dalam rangkaian menyambut Trisuci Waisak 2568 TB/2024. Prosesi Pindapata diikuti oleh biksu dan biksuni dengan membawa wadah berupa periuk. Para biksu dan biksuni berjalan menerima makanan dan minuman yang diberikan umat Buddha dan warga yang berjejer di pinggir jalan.

Dengan berjalan tanpa alas kaki sejauh 1 kilometer ke tujuh biksu dan biksuni berkeliling menerima derma makanan dari umat Budha dan masyarakat sekitar. Bahkan pedagang sayur keliling di sekitar lokasi tertarik ingin mendermakan salah satu barang dagangannya ke para biksu, meski ia bukan umat Budha.

Selain untuk melestarikan tradisi jelang Waisak 2567 Buddhis Era (BE), ritual ini sebagai wadah interaksi para biksu dan biksuni dengan masyarakat Kota Mojokerto yang beragam dan toleran. Para biksu dan biksuni terus berkeliling menerima derma dari umat Budha yang sudah menunggu sejak pukul 06.00 WIB.

Para biksu dan biksuni berjalan kaki sembari melantunkan kidung pujian dan doa untuk penderma. Umat atau masyarakat yang ingin berbagi lalu meletakkan dermanya ke dalam kuali atau mangkuk logam. Seperti, nasi, kue, susu, buah, sayur mayur, dan jajanan pasar sebagai bekal kehidupan para biksu ke depan.

“Alhamdulillah senang saja bisa ikut berbagi, walau seadanya,” ungkap pedagang sayur yang mangkal di sepanjang jalan depan Taman Lalu Lintas, Perumahan Magersari Indah, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Sri (39), Kamis (23/5/2024).

Sementara itu, pemimpin biksu dari Wihara Buddhayana Indonesia Kota Mojokerto, Bhante Nyana Sila Terra mengatakan, tradisi tersebut ada sejak jaman Budha. “Dan memang kami kenalkan dalam 1 tahun 2 kali (Waisak dan Kabita) di Kota Mojokerto. Derma makanan ini tidak hanya umat Budha, boleh siapapun,” katanya. [tin/ian]