Topik: TKDN

  • Pengusaha Sawit RI Menanti Hasil Nego Tarif Trump Jelang Tenggat 9 Juli

    Pengusaha Sawit RI Menanti Hasil Nego Tarif Trump Jelang Tenggat 9 Juli

    Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) tengah menanti hasil kesepakatan pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) terkait tarif resiprokal menjelang ambang batas negosiasi yang jatuh pada 9 Juli 2025.

    Ketua Umum Gapki Eddy Martono menyampaikan, pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah melakukan negosiasi dengan pemerintah AS. Kendati begitu, hingga saat ini belum ada informasi lebih lanjut apakah sudah ada kesepakatan penurunan tarif impor atau belum.

    “Kita belum mendapatkan informasi apakah tarif resiprokal sudah diturunkan atau belum,” kata Eddy kepada Bisnis, dikutip Minggu (6/7/2025).

    Negara di Asia Tenggara seperti Vietnam telah berhasil mendapatkan kesepakatan penurunan tarif ekspor dari Presiden AS Donald Trump dari 46% menjadi 20%.

    Eddy mengatakan, Gapki sebelumnya telah mengusulkan ke pemerintah agar AS mendapat perlakuan khusus dalam pajak ekspor, domestic market obligation (DMO), dan pungutan ekspor agar lebih murah. 

    Dengan begitu, kata dia, Indonesia tetap dapat mempertahankan pangsa pasar minyak sawit di AS yang saat ini mencapai 89%. Kondisi ini menunjukkan tingginya ketergantungan pasar AS terhadap produk sawit Indonesia, utamanya untuk industri makanan. 

    Adapun, ekspor minyak sawit Indonesia ke AS mencapai 2,5 juta ton pada 2023 dan turun sedikit menjadi 2,2 juta ton di 2024. Menurutnya, ekspor minyak sawit ke AS dapat mencapai 3 juta ton dalam 2 tahun ke depan, jika tidak ada masalah di masa mendatang.

    “Kalau tidak ada masalah kedepan saya meyakini dalam 2 tahun kedepan bisa mencapai 3 juta ton,” ujarnya.

    Pada 2 April 2025, Trump mengenakan tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32%. Alasannya, karena Indonesia dinilai menghambat laju perdagangan Negeri Paman Sam, yakni penerapan tarif sepihak (tidak timbal balik), kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sistem perizinan impor kompleks, dan devisa hasil ekspor (DHE).

    Sepekan kemudian, AS menangguhkan pengenaan tarif resiprokal selama 90 hari untuk 56 negara mitra, termasuk Indonesia untuk memberikan waktu negosiasi. Lalu pada 4 Juni 2025, Trump menggandakan tarif sektoral (baja, aluminium, dan produk turunannya) menjadi 50% untuk semua negara kecuali Inggris.

  • Video: Bahan Baku Obat Masih Impor, Produsen Genjot Produksi Lokal

    Video: Bahan Baku Obat Masih Impor, Produsen Genjot Produksi Lokal

    Jakarta CNBC Indonesia – Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk (KAEF) Jasmine Karsono, menegaskan bahwa pandemi COVID-19 telah menjadi pelajaran penting bagi industri farmasi nasional. Menurutnya, pandemi mendorong kesadaran masyarakat untuk menjalani hidup sehat dan preventif, sekaligus menyadarkan pentingnya kemandirian di sektor farmasi.

    Jasmine menjelaskan bahwa Kimia Farma kini mulai bergeser dari produksi obat konvensional ke arah yang lebih modern, seperti berbasis biologi molekuler. Di saat yang sama, perusahaan juga berfokus pada pengembangan bahan baku obat dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan pada impor. Melalui anak perusahaannya, Kimia Farma bekerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan untuk menjadi pionir dalam pengembangan bahan baku obat lokal. Hasilnya, sudah ada 19 bahan baku strategis yang berhasil diproduksi, terutama untuk mengatasi penyakit dengan prevalensi dan tingkat kematian tinggi seperti jantung, hipertensi, hingga HIV/AIDS.

    KimiaFarma juga tengah fokus meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), baik melalui bahan baku aktif,eksipien (bahan pendamping), maupun komponen kemasan. Menurut Jasmine. strategi ini dinilai krusial untuk memperkuat ketahanan sektor farmasi dan mengurangi ketergantungan pada impor. Saksikan dialog Shafinaz Nachiar bersama Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk (KAEF) Jasmine Karsono di Program Closing Bell CNBC Indonesia, Jumat (04/07/2025).

  • Sri Mulyani sebut deregulasi jadi kunci percepatan investasi RI

    Sri Mulyani sebut deregulasi jadi kunci percepatan investasi RI

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) mengikuti Rapat Kerja bersama Banggar DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/7/2025). Raker tersebut beragendakan laporan dan pengesahan hasil pembahasan panja perumus kesimpulan dalam rangka laporan realisasi semester I dan prognosis II pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2025. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nz (ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA)

    Sri Mulyani sebut deregulasi jadi kunci percepatan investasi RI
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 04 Juli 2025 – 08:49 WIB

    Elshinta.com – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menyebut, deregulasi merupakan kunci untuk mendorong percepatan investasi Indonesia.

    Hal itu disampaikannya saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis, merespons adanya tren perlambatan investasi yang terjadi pada triwulan I 2025.

    Menkeu mengungkapkan beberapa fokus utama deregulasi, antara lain percepatan proses perizinan hingga ke tingkat pemerintah daerah (perda), penyederhanaan proses impor bagi industri dalam negeri, serta dukungan investasi strategis melalui relaksasi kebijakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).

    Selain itu, pemerintah juga terus mengoptimalkan kebijakan pendukung lain seperti insentif fiskal, percepatan investasi langsung (foreign direct investment), dan penguatan peran BUMN melalui pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

    “Salah satu contoh deregulasi yang cukup berhasil adalah pada sektor perdagangan atau penyaluran pupuk bersubsidi. Sebanyak 145 aturan telah dipangkas, sehingga petani kini dapat memperoleh pupuk secara tepat waktu sebelum masa tanam. Hal ini turut menjelaskan perbaikan pertumbuhan di sektor pertanian,” jelasnya.

    Untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, menurut Menkeu membutuhkan peningkatan investasi yang cukup signifikan. Dalam paparannya, pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi pada triwulan I 2025 hanya tumbuh 2,1 persen secara tahunan (yoy).

    Kemudian berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, realisasi investasi triwulan I 2025 mencapai Rp465,2 triliun, tumbuh 15,9 persen secara tahunan. Meskipun nilai tersebut lebih tinggi dibanding periode sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp401,5 triliun, namun tingkat pertumbuhannya lebih rendah dibanding triwulan I 2024 yang sebesar 22,1 persen.

    “Berbagai kebijakan, seperti pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) turut diperkuat. Di satu sisi, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memiliki tugas untuk mengawasi, namun di sisi lain juga memberikan fasilitasi agar industri manufaktur dalam kawasan tersebut mampu bersaing secara global,” ujar Bendahara Negara tersebut.

    Lebih lanjut, Sri Mulyani menegaskan percepatan investasi menjadi krusial untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagaimana diketahui, target pertumbuhan ekonomi 2025 diproyeksikan berada pada kisaran 4,7 – 5 persen. Agar tercapai, konsumsi rumah tangga perlu dijaga tumbuh di atas 5 persen, sementara investasi harus tumbuh 4,5-4,7 persen.

    “Padahal, pada triwulan I 2025, pertumbuhan investasi baru mencapai 2,1 persen. Artinya, laju investasi harus ditingkatkan hingga dua kali lipat,” terangnya.

    Sumber : Antara

  • Dewan Ekonomi Indonesia (DEN): Indonesia Sulit Dapat Tarif 0% dari AS

    Dewan Ekonomi Indonesia (DEN): Indonesia Sulit Dapat Tarif 0% dari AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Dewan Ekonomi Nasional (DEN) mengatakan Indonesia sulit mendapatkan tarif 0% dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Meski demikian, DEN berharap tim negosiasi bisa menyelesaikan hasil negosiasi sebelum masa penangguhan berakhir pada 9 Juli 2025.

    Wakil Ketua DEN Mari Elka Pangestu mengatakan untuk saat ini, upaya yang harus ditempuh tim negosiasi adalah bagaimana untuk menurunkan tarif resiprokal.

    Sebagai gambaran, Trump menerapkan tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32%. Pengenaan tarif ini lantaran Indonesia dianggap menghambat laju perdagangan AS, yakni penerapan tarif sepihak (tidak timbal balik), Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sistem perizinan impor kompleks, dan devisa hasil ekspor (DHE).

    Namun, pada 9 April 2025, AS menangguhkan pengenaan tarif resiprokal selama 90 hari untuk 56 negara mitra, termasuk Indonesia. Ini artinya, masa penangguhan tarif resiprokal Trump akan berakhir pada 9 Juli mendatang.

    “Nggak mungkin dong [Indonesia dikenai tarif] 0% [oleh AS]. Bukannya nggak mungkin, kayaknya susah untuk dapat 0%. Tapi tentunya yang penting bagaimana menurunkan dari tarif resiprokal itu,” kata Mari saat ditemui di Jakarta, Kamis (3/7/2025).

    Menurut Mari, tim negosiasi harus bekerja keras untuk menurunkan tarif tinggi dari Trump. Bahkan, kata dia, jika bisa hasil akhir dari negosiasi bisa lebih rendah, seperti Inggris sebesar 10%.

    “Kita tentunya harus semaksimal mungkin menurunkan dari 32%. Kalau kita lihat yang didapatkan oleh Inggris kan 10%. Jadi kalau bisa, [Indonesia] dapat [tarif resiprokal] 10% itu jauh lebih baik tentunya dari 20%,” ujarnya.

    Meski demikian, Mari mengatakan bahwa semua negara tengah menunggu hasil dari proses negosiasi tarif Trump.

    Di sisi lain, sambung dia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah sering menjelaskan bahwa akan ada penurunan tarif dan nontarif, peningkatan impor dari AS ke Indonesia, hingga pembahasan kerja sama di bidang critical minerals.

    Teranyar, Menko Airlangga juga menyebut Indonesia memberikan penawaran kedua —yang lebih menarik— ke AS, agar Negara Paman Sam itu mau menurunkan tarif tinggi kepada Indonesia.

    Mari menuturkan bahwa sejatinya pemerintah meminta agar tarif tinggi 32% itu bisa turun menjadi 0%.

    “Kita kan tentunya minta 0%, tapi apakah kita akan dikasih 0% [oleh Trump] atau hanya reciprocal tariff-nya atau bagian dari reciprocal tariff-nya. Ini yang menjadi bahan negosiasi dan request and offer yang sedang berjalan saat ini. Tentu kita berharap yang paling baik outcome-nya,” ujarnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso berharap Presiden AS Donald Trump tidak mengenakan tarif tinggi terhadap Indonesia, bahkan 

    ditiadakan alias tarif impor 0%.

    “Ya kalau perlu nggak ada tarif impor dari sana [AS]. Kalau perlu kan. Ya penginnya kan begitu kan, hapus semua. Jadi kita cari yang adil lah ya nanti,” kata Budi.

    Namun, Budi mengaku bahwa hingga saat ini pemerintah masih menunggu keputusan akhir tarif resiprokal dari AS.

    “Kita kan sudah waktu datang pertama pun kita juga sudah ngasih posisi kita seperti apa. Jadi kita masih menunggu juga kesepakatan dengan Amerika,” ujarnya.

    Dia pun berharap hasil negosiasi tarif AS—Indonesia segera rampung dalam waktu dekat.

    “Ya secepatnya, tapi kan kita juga harus bareng-bareng. Kita juga nunggu juga dari Amerika. Tapi mudah-mudahan sih ya cepat selesai, mudah-mudahan,” pungkasnya.

  • Dirakit Lokal, Harga Mobil Listrik Xpeng Bakal Berubah?

    Dirakit Lokal, Harga Mobil Listrik Xpeng Bakal Berubah?

    Purwakarta

    Xpeng resmi mengoperasikan pabrik perakitan lokal mereka di Purwakarta, Jawa Barat. Dengan dirakit lokal, maka mobil listrik Xpeng juga diwajibkan menggunakan part- part lokal. Apakah nantinya harga mobil Xpeng bakal berubah menjadi lebih murah?

    Dijelaskan Hari Arifianto selaku VP of Marketing Xpeng Indonesia, pihaknya belum bisa memastikan apakah harga mobil Xpeng yang dibuat di Purwakarta akan mengalami perubahan atau tidak.

    “Ya penginnya sih kan tidak ada perubahan harga. Namun demikian kan kita tidak boleh menjadikan promise (janji) ya. Karena ada komponen yang tadi diproduksi secara lokal,” ungkap Hari kepada wartawan di Purwakarta, Jawa Barat (1/7).

    Hari menambahkan, masih terlalu dini untuk menentukan apakah harga mobil Xpeng, khususnya MPV premium X9, akan mengalami perubahan harga atau tidak. Pastinya, Xpeng ingin memberikan yang terbaik buat konsumen Indonesia.

    “Agak terlalu prematur kalau kita sampaikan. Oh tidak ada perubahan harga atau harganya menjadi murah. Karena kita harus melihat komponen-komponen kontributor,” sambung Hari.

    “Tadi yang misalnya sampai 40% (TKDN) sebagai komponen produksinya berapa sih kontribusi? Kontribusinya sama overall pricing-nya gitu. Ya penginnya sih kasih yang terbaik ya (buat konsumen Indonesia). Cuma nggak boleh terlalu prematur untuk menyatakan bahwa harganya tetap lebih tinggi atau lebih rendah,” bilang Hari.

    Sebagai informasi, pabrik Xpeng yang ada di Purwakarta menjadi pabrik Xpeng pertama yang dibangun di luar China. Pabrik ini tak sekadar memproduksi mobil, tapi juga berkontribusi terhadap penyediaan lapangan kerja untuk warga Indonesia, serta transfer teknologi canggih Xpeng ke Indonesia.

    Xpeng X9 menjadi model pertama yang dirakit di Purwakarta. Nantinya model mobil SUV G6 juga bakal dirakit pabrik milik PT Handal Indonesia Motor (HIM) tersebut.

    (lua/dry)

  • Dikejar Tenggat Tarif Trump, Mendag: Kalau Bisa RI Tak Kena Tarif

    Dikejar Tenggat Tarif Trump, Mendag: Kalau Bisa RI Tak Kena Tarif

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) berharap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak mengenakan tarif resiprokal terhadap Indonesia. Hal ini mengingat penundaan tenggat tarif akan berakhir pada 9 Juli mendatang.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyebut, pengenaan tarif resiprokal AS terhadap semua negara, termasuk Indonesia ditiadakan alias tarif impor 0%.

    “Ya kalau perlu nggak ada tarif impor dari sana [AS]. Kalau perlu kan. Ya penginnya kan begitu kan, hapus semua. Jadi kita cari yang adil lah ya nanti,” kata Budi saat ditemui di Jakarta, Kamis (3/7/2025).

    Meski begitu, Budi mengaku bahwa hingga saat ini pemerintah masih menunggu keputusan akhir tarif resiprokal dari AS.

    “Kita kan sudah waktu datang pertama pun kita juga sudah ngasih posisi kita seperti apa. Jadi kita masih menunggu juga kesepakatan dengan Amerika,” ujarnya.

    Untuk itu, dia berharap hasil negosiasi tarif AS—Indonesia segera rampung dalam waktu dekat.

    “Ya secepatnya, tapi kan kita juga harus bareng-bareng. Kita juga nunggu juga dari Amerika. Tapi mudah-mudahan sih ya cepat selesai, mudah-mudahan,” imbuhnya.

    Untuk diketahui, pada 2 April 2025, Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32%, lantaran Indonesia dianggap menghambat laju perdagangan AS, yakni penerapan tarif sepihak (tidak timbal balik), TKDN, sistem perizinan impor kompleks, dan devisa hasil ekspor (DHE).

    Selanjutnya, pada 9 April 2025, AS menangguhkan pengenaan tarif resiprokal selama 90 hari untuk 56 negara mitra, termasuk Indonesia. Kemudian, pada 4 Juni 2025, Presiden AS menggandakan tarif sektoral (baja, aluminium, dan produk turunannya) menjadi 50% untuk semua negara, kecuali Inggris.

    Sebelumnya, Mendag Budi mengungkap jalur diplomasi merupakan salah satu strategi pemerintah dalam menghadapi tarif resiprokal AS.

    “Kita sebenarnya sudah mempersiapkan tim negosiasi kita, artinya ada di kedutaan. Jadi kadang-kadang Amerika ini kan cepat sekali berubah. Sehingga kita harus antisipasi kalau ada perubahan ya kita sudah siap,” ungkap Budi dalam Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun Indef 2025 di Jakarta, dikutip pada Kamis (3/7/2025).

    Adapun, diplomasi ini dilakukan bersamaan dengan proses deregulasi kebijakan impor dan kebijakan dalam mendorong ekspor. Kemudian strategi kedua Indonesia dalam menghadapi tarif resiprokal adalah melalui pengalihan pasar ekspor.

    Budi menjelaskan Kemendag terus mendorong penyelesaian perundingan kerja sama perdagangan seperti Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU—CEPA), Indonesia—Eurasian Economic Union (I—EAEU) CEPA, I-Peru CEPA, Indonesia—Tunisia Preferential Trade Agreement (Indonesia—Tunisia PTA) sebagai upaya melakukan diversifikasi sekaligus pengalihan pangsa ekspor Indonesia.

    Kemendag juga mempercepat proses ratifikasi Indonesia-Canada CEPA dan Indonesia-Iran PTA sebagai upaya untuk mempercepat pemanfaatan preferensi oleh pelaku usaha nasional.

    “Pasar ekspor kita banyak di negara lain dan salah satu caranya adalah bagaimana kita mempercepat proses negosiasi perjanjian dagang kita dengan negara lain atau kawasan lain. Itu yang kita lakukan dan tahun ini banyak progres yang bisa kita lakukan,” ungkap.

    Kemudian yang ketiga, antisipasi limpahan barang impor. Dalam hal ini, pemerintah mengoptimalkan pemanfaatan mekanisme tindakan pengamanan perdagangan (trade remedies) WTO berupa Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), serta memperketat mekanisme pengawasan lalu lintas ekspor impor barang di seluruh pintu masuk kepabeanan.

    Selain itu, Kemendag juga akan meningkatkan pengawasan peredaran barang di pasar domestik (post border). “Jangan sampai ketika barang itu tidak bisa diterima di Amerika, kemudian masuknya ke Indonesia,” ungkapnya.

    Selanjutnya, strategi keempat adalah evaluasi perjanjian perdagangan. Budi menjelaskan, pemerintah melakukan evaluasi setiap perjanjian perdagangan yang sudah terimplementasi untuk mendapatkan outputterbaik bagi perdagangan internasional.

    “Kita tentu tidak hanya sekadar membuat perjanjian dagang yang baru, tetapi kita itu sudah ada 19 perjanjian dagang yang sudah implementasi, 10 [perjanjian dagang] yang sedang proses ratifikasi, dan 16 yang sedang dirundingkan,” ujarnya.

    Budi menerangkan bahwa perjanjian dagang harus saling menguntungkan kedua belah pihak. Artinya proses neraca perdagangan antara kedua negara harus seimbang, tetapi saling menguntungkan.

  • Banyak Orang Ogah Beli Mobil Listrik, Ini Alasannya

    Banyak Orang Ogah Beli Mobil Listrik, Ini Alasannya

    Jakarta

    Masih banyak orang yang ogah membeli mobil listrik. Setidaknya ada beberapa faktor di belakangnya. Berikut ini penjelasannya.

    Mobil listrik tengah naik daun. Popularitasnya pun terus mengalami peningkatan. Hal itu juga diiringi banyaknya model mobil listrik yang dijual ke pasaran. Di Indonesia pun demikian. Dalam dua tahun terakhir setidaknya, makin banyak mobil listrik bermunculan. Para pabrikan pun berlomba-lomba untuk meluncurkan mobil listrik andalannya.

    Kendati demikian, tidak semua masyarakat langsung tertarik dengan pesona mobil listrik. Masih ada sebagian yang justru ragu untuk membeli mobil listrik. Dalam riset internal yang dilakukan Populix terungkap banyak faktor di balik enggannya masyarakat beralih membeli mobil listrik.

    Keraguan pertama berkaitan bengkel. Tidak semua bengkel bisa menerima meski kerusakan yang dialami tak berkaitan dengan kelistrikan. Tak cuma itu, lokasi pengecasan baterai masih sedikit dan jauh.

    Banyak juga yang meragukan soal jarak tempuh baterai dalam satu kali pengecasan. Bagi sebagian orang, harga mobil listrik juga dianggap masih terlalu mahal. Waktu pengecasan juga dinilai terlalu lama, sehingga membuat masyarakat enggan membelinya. Ya, bila dibandingkan dengan mengisi bensin, waktu mengecas memang jauh lebih lama.

    Meski mendapat subsidi dari pemerintah, tidak sedikit yang menganggap subsidi tersebut terlalu kecil. Sebagai informasi, mobil listrik saat ini mendapat subsidi PPN sebesar 10 persen, sehingga PPN yang dibayarkan hanya 2 persen. Tak cuma itu, mobil listrik juga dibebaskan dari PPnBM. Tapi tidak semua mobil listrik bisa mendapatkannya, melainkan bila memenuhi persyaratan TKDN minimal 40 persen.

    Faktor selanjutnya berkaitan dengan keselamatan. Ada yang menilai fitur keselamatan di mobil listrik itu masih buruk. Dua faktor lain yang membuat masyarakat ogah membeli mobil listrik karena modelnya mirip dengan model lainnya serta kesulitan dalam melakukan registrasi kendaraan.

    (dry/din)

  • Dirakit Lokal, Harga Mobil Listrik Xpeng Bakal Berubah?

    Mobil Listrik Xpeng yang Dirakit di Purwakarta Pakai Baterai Buatan Lokal

    Purwakarta

    Xpeng resmi merakit mobil secara lokal menumpang fasilitas baru milik PT Handal Indonesia Motor (HIM) di Purwakarta, Jawa Barat. Mobil-mobil Xpeng yang dirakit di pabrik tersebut nantinya akan menggunakan komponen baterai buatan lokal.

    “Baterai pack-nya itu kita (buat) di PT UABS namanya di kawasan industri Delta Mas. Baterainya sudah diproduksi di sana. Karena kita target untuk TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri 40%). Jadi battery pack, hood (kap mesin) itu sudah produksi lokal,” bilang Dody Setiawan selaku VP of Operation Xpeng Indonesia, di Purwakarta (1/7).

    Sebagai informasi, pabrik baterai PT UABS resmi beroperasi akhir 2024 lalu. Pabrik ini merupakan kolaborasi SAIC-CATL, bekerja sama dengan partner lokal, Kentjana Group. Pabrik perakitan baterai ini bisa memproduksi hingga 20 ribu pack baterai setiap tahunnya.

    Mobil Xpeng yang dirakit di Purwakarta menggunakan baterai buatan lokal bikinan PT UABS Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Kolaborasi tiga perusahaan ini menghasilkan pabrik battery pack bernama PT Unified Advanced Battery System Indonesia (UABS). SAIC-CATL mempunyai shareholding 67% (SAIC 51%-CATL 49%), sementara 33% sisanya dimiliki oleh Kentjana Group. Selain Xpeng, pabrik ini juga menyuplai baterai buat merek China lainnya, MG.

    Kembali ke Xpeng, pabrik mereka yang resmi beroperasi di Purwakarta merupakan pabrik pertama Xpeng yang berada di luar China. Pabrik ini membuktikan komitmen pihak Xpeng terhadap industri otomotif Indonesia.

    Lokalisasi produksi mobil Xpeng ini tak sekadar perakitan biasa, melainkan membangun fondasi kualitas melalui standar teknis global yang seragam. Di pabrik ini juga banyak terdapat fasilitas canggih yang bisa digunakan untuk transfer teknologi ke sumber daya lokal Indonesia.

    “Peralatan kalibrasi ADAS (di pabrik) kami (di Purwakarta) mengikuti spesifikasi global Xpeng, sehingga fitur mengemudi cerdas pada mobil Xpeng bisa berfungsi 100% sesuai kemampuan maksimal yang diizinkan oleh regulasi di Indonesia,” kata Steven Wang selaku General Manager of KD Operation Center.

    (lua/dry)

  • Golkar dukung kebijakan Presiden Prabowo relaksasi impor 10 komoditas

    Golkar dukung kebijakan Presiden Prabowo relaksasi impor 10 komoditas

    Jakarta (ANTARA) – Partai Golkar mendukung kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang merelaksasi impor 10 komoditas melalui pencabutan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024, yang kini digantikan dengan pendekatan sektoral.

    Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Golkar Gde Sumarjaya Linggih menyatakan secara umum Partai Golkar mendukung kebijakan relaksasi karena bisa menjadi angin segar dengan banyaknya pilihan barang murah dan berkualitas.

    “Kami memahami semangat deregulasi ini untuk menghadapi situasi global. Memang perlu diberikan fondasi kuat pada sektor industri nasional,” tutur politisi yang akrab dipanggil Demer tersebut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

    Adapun 10 komoditas yang masuk dalam prioritas deregulasi, yakni produk kehutanan (tidak ada larangan terbatas/lartas); pupuk bersubsidi (tidak ada lartas); bahan baku plastik (tidak ada lartas); bahan bakar lain (tidak ada lartas); sakarin, siklamat, preparat bau-bauan mengandung alkohol (hanya Lembaga Surveyor); bahan kimia tertentu (hanya Lembaga Surveyor); mutiara (hanya Lembaga Surveryor); food tray (tidak ada lartas); alas kaki (hanya Lembaga Surveyor); serta sepeda roda dua dan roda tiga (hanya Lembaga Surveyor).

    Kendati demikian, Demer mengingatkan bahwa perlu kehati-hatian dalam menjalankan kebijakan tersebut agar industri dalam negeri tidak terpuruk akibat masuknya barang impor murah yang membanjiri pasar.

    Untuk itu langkah deregulasi tersebut, menurutnya, harus dibarengi dengan sistem pengawasan dan evaluasi ekstra ketat dan rutin dari instansi pemerintah terkait.

    “Pemerintah harus memilah, komoditas yang diberi relaksasi tidak menghancurkan produk lokal terutama sektor yang sedang tumbuh dan industri padat karya yang banyak melibatkan tenaga kerja lokal,” ungkapnya.

    Terkait dengan hal itu, dia akan mengusulkan mengundang mitra terkait ke DPR untuk menjelaskan kebijakan itu, termasuk peta jalan perdagangan luar negeri di tengah gejolak global saat ini, program hilirisasi, substitusi impor, dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

    “Diharapkan pemerintah juga bisa menjelaskan soal daftar 10 komoditas yang mendapat relaksasi ke DPR,” ucap dia.

    Meski begitu, anggota komisi yang membidangi perdagangan, kawasan perdagangan dan pengawasan persaingan usaha, dan BUMN tersebut menegaskan bahwa Partai Golkar mendukung upaya pemerintah Presiden Prabowo melakukan efisiensi logistik dan kelancaran arus barang.

    Di sisi lain, dikatakan bahwa Pemerintah harus memastikan agar kebijakan tersebut menjadi penguatan industri nasional, termasuk skala UMKM, utamanya untuk keperluan substitusi bahan baku industri yang tengah tumbuh.

    Sebelumnya, pemerintah menetapkan relaksasi pada 10 komoditas atau barang impor.

    Dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (30/6), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyampaikan kebijakan tersebut merupakan salah satu kebijakan deregulasi yang menindaklanjuti arahan Presiden Prabowo Subianto, terutama untuk menghadapi ketidakpastian dan hal yang terjadi atau tidak bisa diperkirakan, terkait dengan perkembangan perdagangan dan perekonomian dunia.

    Aturan tentang kebijakan dan pengaturan impor sebelumnya tercantum dalam Permendag Nomor 8 Tahun 2024, yang kemudian dideregulasi atau direvisi melalui Permendag 16/2025 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor yang mengatur ketentuan umum.

    Pewarta: Agatha Olivia Victoria
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Daikin Rilis Produk AC Terbaru Buatan Lokal, Bidik Pangsa Pasar 30%

    Daikin Rilis Produk AC Terbaru Buatan Lokal, Bidik Pangsa Pasar 30%

    Bisnis.com, JAKARTA — Daikin Indonesia menargetkan penguasaan pangsa pasar air conditioner (AC) di pasar domestik mencapai 25%—30% pada tahun ini setelah meluncurkan produk terbaru 100% buatan lokal di pabrikan Indonesia. 

    Setelah mengoperasikan pabrik AC skala penuh pertama di Indonesia dengan nilai investasi Rp3,3 triliun, Daikin merilis seri perdana AC hunian yakni Nusantara Prestige yang membawa tiga model. 

    Asisten General Manager PT Daikin Airconditioning Indonesia Alexander Eko Wibowo mengatakan, pihaknya akan fokus penjualan untuk domestik pada produk baru tersebut mengingat potensi pasar yang cukup besar di Tanah Air. 

    “Market share Daikin sekitar 24%–25%, itu harapannya bisa naik. Kan sekarang yang impor sudah kita setop jadi yang baru ini kita menggantikan yang impor, mungkin bisa naik 25%–30%,” kata Alex saat ditemui di Jakarta, Senin (30/6/2025). 

    Hingga saat ini, Daikin telah memperluas jaringan distribusi ke seluruh wilayah seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi secara keseluruhan, dan sebagian di wilayah Papua. 

    Adapun, produk Nusantara Prestige ini menggantikan produk AC yang selama ini diimpor dari Malaysia dan Thailand. Dua dari tiga model AC yang ada di series ini telah mengantongi sertifikat tingkat komponen dalam negeri (TKDN) lebih dari 40%.

    “Sebelumnya produk kita banyak dari Thailand waktu itu ke Indonesia, kemarin dari Thailand mungkin sekitar 70% sisanya dari Malaysia,” tuturnya. 

    Produk ini diproduksi di pabrik yang berlokasi di Greenland International Industrial Center (GIIC), Cikarang. Adapun, kapasitas produksi saat ini mencapai 1 juta unit set per tahun. 

    Tiga model AC seri Nusantara Prestige di antaranya merupakan AC inverter yaitu ALPHA Inverter dan BETA Inverter, sementara satu model merupakan AC standar dinamai SMS (Super Mini Split). 

    Terkait ketersediaan AC Nusantara Prestige, Daikin menyatakan, ketersediaannya akan berjalan simultan di berbagai toko elektronik maupun platform penjualan daring mulai Juli 2025. Mengenai tingkat harga yang ditetapkan, akan diumumkan seturut dengan ketersediaannya nanti.