Liputan6.com, Jakarta – Pendiri dan CEO Gecko Robotics, Jake Loosararian pernah berada di titik rendah dalam hidupnya. Tapi akhirnya dia berhasil memperoleh kesuksesan. Ia menolak tawaran pembelian perusahaan dan memilih untuk mengikuti instingnya.
Pada 2015, dia hanya memiliki USD 135 di rekening bank dan hampir menyerah pada mimpinya membangun perusahaan yang mengembangkan robot pemanjat dinding untuk memindai infrastruktur seperti pembangkit listrik dan silo rudal nuklir.
Namun, ketika seorang pelanggan menawarkan USD 500.000 atau kurang lebih Rp 7,94 miliar (estimasi kurs Rp 15.897 per USD) untuk membeli Gecko, Loosararian membuat keputusan besar yaitu dia menolak tawaran itu.
“Uang itu sebenarnya sangat besar bagi saya,” katanya dikutip dari CNBC pada Rabu (11/12/2024).
Kini, Gecko Robotics bernilai USD 633 juta atau Rp 10 triliun dengan klien seperti Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS, serta masuk dalam peringkat ke-42 daftar CNBC Disruptor 50 tahun 2024.
Awal Kebangkitan Gecko
Keputusan besar lainnya datang pada minggu yang sama dengan tawaran USD 500.000 itu. Loosararian berbicara dengan perwakilan Y Combinator yaitu akselerator startup terkenal di Silicon Valley yang telah membantu meluncurkan perusahaan seperti Airbnb dan Reddit.
Tanpa mengenal Y Combinator sebelumnya, dia mengajukan aplikasi dan diterima. Gecko menerima investasi awal sebesar USD 125.000 dengan imbalan 7% saham. Valuasi awal perusahaan mencapai USD 1,8 juta, dan Loosararian mendapatkan akses ke jaringan investor besar.
Tawaran investasi lain datang dari seorang miliarder terkenal yang menilai Gecko sebesar USD 10 juta dan menawarkan pendanaan USD 2 juta. Namun, tawaran itu memiliki beberapa syarat antara lain perusahaan harus pindah ke San Francisco dan hanya mengembangkan robot di laboratorium, bukan di lapangan seperti yang diinginkan Loosararian.
“Saya tidak setuju dengan itu,” kata Loosararian. Menurutnya robotika harus dibangun dekat dengan pelanggan di lapangan.