Tol Laut 2015-2025: Armada 39 Kapal, Muatan Masih Timpang

Tol Laut 2015-2025: Armada 39 Kapal, Muatan Masih Timpang

Bisnis.com, JAKARTA — Hampir 11 tahun tol laut beroperasi, tercatat ada 39 kapal yang berlayar ke seluruh pelosok Indonesia dengan total 39 trayek dan mayoritas berasal dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Mengutip data Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) Kementerian Perhubungan (Kemenhub), banyaknya kapal maupun trayek berubah setiap tahunnya, termasuk jumlah pelabuhan yang dilayani. Namun, cenderung mengalami penyusutan setidaknya sejak 2022. 

Sementara itu, hanya jumlah muatan yang setiap tahunnya mencatatkan kenaikan. Pada 2015 atau pertama kali tol laut meluncur pada November, tercatat berhasil membawa 30 ton dan 88 TEUs. 

Kemudian meningkat pada 2016 menjadi 2.742 ton dan 4.159 TEUs dengan total 6 kapal dan 6 trayek serta melayani 40 pelabuhan singgah. Pada 2024, tol laut beroperasi dengan 37 armada kapal dan 37 trayek yang totalnya membawa muatan sebanyak 1.440,82 ton dan 35.391 TEUs. 

Per Agustus 2025, dengan adanya tambahan kapal maupun trayek menjadi 39, tercatat telah mengangkut muatan sebanyak 1.093,48 ton dan 18.800 TEUs. Dari target 581 voyage, telah tercapai 408 voyage atau mencakup 70,22%. 

Di mana 39 kapal terdiri dari 15 kapal negara, lima kapal milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), enam kapal milik ASDP, serta 13 kapal milik swasta. Kapal-kapal tersebut menyinggahi 104 pelabuhan dengan pola subsidi operasional kapal, subsidi kontainer, dan subsidi muatan. 

Melihat rutenya, sebanyak 19 trayek merupakan penugasan sementara sisanya merupakan lelang. Pelni menjalankan delapan trayek, PT Djakarta Lloyd berlayar dengan lima trayek, dan ASDP (titip muatan) bertugas untuk enam trayek. 

Kapal di lepas pantai

Adapun PT Citrabaru Adinusantara, PT Luas Line, dan PT Subsea Lintas Globalindo masing-masing bertugas menjalankan dua trayek. PT Lintas Samudera menjalankan satu trayek dan PT Mentasi Mas tiga trayek. Untuk PT Meratus dan PT Temas dengan pola titip kontainer, masing-masing berlayar dengan empat trayek dan enam trayek tol laut.

Hadapi Ketimpangan Arus Barang

Ketimpangan arus barang berangkat maupun balik menjadi tantangan utama dan isu tahunan dalam program tol laut yang menyebabkan beban biaya operasional pagi para operator, termasuk operator pelat merah. 

Melihat realisasi pelaksanaan angkutan barang melalui tol laut sepanjang tahun ini sampai dengan Agustus 2025, terpantau masih adanya ketimpangan muatan balik kapal. 

Di mana total muatan kontainer ukuran 20 kaki yang diangkut pada keberangkatan mencapai 14.705, tetapi hanya 4.095 kontainer yang dibawa saat kapal balik. Secara persentase, masing-masing sebanyak 78,21% dan 21,78% terhadap total kontainer yang dibawa berangkat dan balik. 

Secara perinci dari total 39 kapal, Kapal Logistik Nusantara 05 yang dioperasikan oleh Pelni mampu mengangkut muatan terbanyak sepanjang 2025 dengan rute Tanjung Perak–437–Makassar–862–Morotai–72–Galela–144–Maba–125–Weda–1205–Tanjung Perak. Total muatan berangkat/balik mencapai 1.082/626 TEUs dari kuota muatan per voyage 220/106. 

Kemudian diikuti Kapal Logistik Nusantara 01/06 rute Tanjung Perak–1264–Fak-fak–180–Kaimana–130–Tual (Pulau pulau Kur & Tayando Tam–117–Dobo–1313–Tanjung Perak dengan realisasi muatan 1.037/174 dari kuota muatan per voyage 220/50. 

Di samping itu, terdapat kapal-kapal yang sama sekali tidak memiliki muatan saat kembali ke pelabuhan pangkalan, seperti Kapal Palung Mas (Tanjung Perak-Nunukan PP) dan Kapal Red Rock, Red Resource, Reliance (Tanjung Perak-Reo PP) yang dioperasikan oleh PT Merates. 

Pengamat Maritim Marcellus Hakeng pun berharap bahwa pemerintah dapat mencari jalan keluar terhadap ketimpangan arus balik muatan dalam tol laut. Sehingga bukan hanya barang-barang dari Pulau Jawa yang diangkut ke wilayah 3T, tetapi juga membumikan produk hasil wilayah 3T ke seluruh Indonesia. 

“Tol laut bukan hanya sekadar jalur logistik, tetapi jalur yang memastikan hasil bumi dari NTT bisa masuk ke pasar nasional,” tuturnya, Kamis (25/9/2025). 

Pemerintah melalui Direktur Jenderal Hubungan Laut Kemenhub Muhammad Masyhud menuturkan bahwa saat ini tengah melakukan evaluasi terhadap skema maupun titik-titik yang akan dilayani tol laut. 

Masyhud mengungkapkan pada dasarnya efisiensi tersebut dalam rangka optimalisasi anggaran. Harapannya, satu atau dua bulan ke depan dapat rampung dan lebih efisien. 

“Pemerintah [Prabowo Subianto] meminta kami mengefisienkan [tol laut] sehingga baik skemanya dan titik-titik yang dilayani juga kami evaluasi,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip pada Rabu (24/9/2025).