Media berbasis di Hong Kong itu juga menilai bahwa Indonesia ingin menghadirkan pemikiran kelas dunia dalam kebijakan ekonominya. Langkah ini dianggap sebagai bukti bahwa negara tidak takut diawasi oleh para ahli dengan standar tinggi.
Indonesia juga disebut ingin menghindari jebakan sistem pemerintahan otoriter dan praktik keuangan yang tidak terkendali. “Indonesia berusaha melompat ke era baru kapitalisme negara yang strategis, di mana manajemen profesional dan kepentingan publik dapat berjalan bersamaan dan tidak saling bertentangan,” tulis Green.
Ia juga menyoroti bahwa investor sering kali menginginkan perubahan, tetapi ragu ketika perubahan tersebut tampak tidak biasa.
“Mengalihkan dividen BUMN melalui struktur baru mungkin tidak biasa, tetapi situasi saat ini tidak dapat dipertahankan,” lanjutnya.
Selain itu, artikel tersebut menyebut bahwa negara-negara Asia lainnya dapat mengambil pelajaran dari langkah Indonesia dalam mengelola sumber daya negara.
“Banyak negara di wilayah ini memiliki sumber daya negara yang sangat besar, namun sering kali tidak dikelola dengan baik, tidak dimanfaatkan secara maksimal, atau dipolitisasi. Mereka dapat memperoleh manfaat yang sangat besar dengan memperkenalkan penasihat eksternal,” kata Green.
Lebih lanjut, ia mengkritik pasar yang dinilai membuat kesalahan besar dalam membaca situasi.
“Mereka salah mengira ambisi sebagai ketidakstabilan, reformasi sebagai risiko. Ini adalah kesalahan yang sangat mahal,” tulisnya.
Green menutup analisisnya dengan menegaskan bahwa pengelolaan yang tepat dan kerja sama internasional dapat menjadikan Danantara sebagai model dana kekayaan negara yang tidak hanya berfokus pada aset, tetapi juga masa depan. “Dengan tata kelola yang tepat dan kerja sama internasional, Danantara dapat menjadi contoh bagi jenis baru dana kekayaan negara yang tidak hanya berinvestasi pada aset, tapi juga pada masa depan,” pungkasnya. (*)