Jakarta: Adopsi teknologi blockchain yang semakin pesat di sektor keuangan mendorong pengembangan tokenisasi aset oleh pelaku industri, tidak hanya fintech tetapi juga institusi keuangan tradisional.
Dalam laporan Project Wira berjudul Peluang Tokenisasi Aset Indonesia yang diterbitkan BRI Ventures (BVI), Saison Capital, D3 Labs, dan Tiger Research, permintaan untuk aset tokenisasi di Indonesia diprediksi mencapai USD88 miliar pada 2030. Tokenisasi membuka peluang bagi investor ritel dengan menurunkan batas investasi minimum, yang diharapkan mampu meningkatkan inklusi keuangan secara signifikan.
Tokenisasi, yang merupakan proses mengkonversi aset fisik atau riil menjadi aset digital melalui jaringan blockchain, menciptakan apa yang kemudian disebut sebagai tokenisasi aset dunia nyata (Real World Asset).
Meskipun masih dalam tahap awal, tokenisasi RWA semakin menarik perhatian institusi keuangan karena menawarkan potensi besar dalam meningkatkan efisiensi, transparansi, dan likuiditas, sekaligus mendorong inklusi keuangan dan pendalaman pasar keuangan (financial deepening).
Co-CEO D3 Labs,Tigran Adhiwirya, menjelaskan Tokenisasi bukan semata gimmick, tetapi membawa nilai tambah nyata untuk industri keuangan, khususnya dalam aspek likuiditas dan inklusivitas.
“Dengan minat pasar yang tinggi terhadap solusi dari tokenisasi dan dukungan regulator yang progresif terhadap blockchain, antara lain melalui pelaksanaan regulatory sandbox (ruang uji coba), potensi pengembangan tokenisasi di Indonesia masih sangat besar. Bahkan, kami melihat sektor tokenisasi kita bisa menjadi yang terdepan di kawasan Asia Tenggara dan dapat menjadi salah satu motor penting bagi ekonomi nasional.” jelas dia dikutip Minggu, 24 November 2024.
Untuk itu, Tigran menekankan pentingnya kolaborasi antar semua pelaku di ekosistem ini guna membawa best practise tokenisasi di Indonesia.
Salah satu contoh implementasi tokenisasi di Indonesia adalah kolaborasi BTN bersama D3 Labs dalam mengembangkan produk tokenisasi aset properti pertama di Indonesia. Melalui skema Dana Investasi Real Estat (DIRE) berbasis teknologi blockchain, BTN mempersiapkan tokenisasi aset properti.
Berkontribusi tinggi kepada ekonomi nasional
Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo menjelaskan implementasi tokenisasi di sektor properti bisa berdampak pada kontribusi industri yang lebih signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Ia mencontohkan bagaimana tokenisasi RWA dapat mendukung pendanaan program strategis pemerintah seperti target membangun tiga juta rumah per tahun, karena memungkinkan likuiditas yang tinggi.
“Sebagai banker, pendanaan bisa kita dapatkan, antara lain dari third party fund, time deposit, dan current account, yang pertumbuhannya rata-rata paling tinggi di kisaran 10-12 persen per tahun. Karena itu, diperlukan pendanaan dari instrumen pasarseperti Mortgage Backed Securities (MBS) atau DIRE. Lewat tokenisasi, perluasan akses ke instrumen seperti MBS bisa dilakukan sehingga mendukung pendalaman pasar (financial deepening).” tegas dia.
Mempermudah kepemelikan emas
Sementara itu, Direktur Teknologi Informasi dan Digital PT Pegadaian Teguh Wahyono mengungkapkan bahwa tokenisasi akan mempermudah masyarakat dalam memiliki aset emas.
“Permintaan terhadap emas itu tinggi, untuk itu tokenisasi menjadi penting karena dapat membuat prosesnya lebih mudah, efisien, dan juga lebih likuid.” tegas dia.
Selain memudahkan masyarakat dalam hal membeli dan menyimpan emas, tokenisasi memungkinkan perusahaan untuk menjangkau pasar lebih luas.
”Karena dipecah lewat tokenisasi, denominasi bisa lebih kecil. Suatu produk yang nilainya milyaran bisa dipecah-pecah menjadi lebih kecil, sehingga dapat lebih terjangkau oleh masyarakat. Untuk saat ini (tokenisasi) kami masih siapkan, berkoordinasi dengan OJK.” jelas dia.
Saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan pendalaman potensi pengembangan tokenisasi dalam surat hutang, emas, dan real estate, yang beririsan dengan pengawasan lembaga jasa keuangan lainnya.
Kepala Departemen Pengaturan dan Perizinan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto OJK Djoko Kurnijanto menjelaskan pentingnya keseimbangan antara inovasi dan regulasi untuk memastikan kemajuan blockchain di Indonesia, termasuk tokenisasi.
“Kedepan teknologi ini akan mewarnai semua ranah kehidupan. Tokenisasi, khususnya, meningkatkan likuiditas dan inklusivitas karena investor bisa membeli dalam jumlah kecil karena aset sudah bisa dipecah. Tantangan kedepan adalah bagaimana meningkatkan literasi keuangan digital. Kolaborasi dan kerja sama jadi kunci,” ungkap Djoko.
Djoko menuturkan ada sekitar 18,5 juta orang Indonesia atau 6,7 persen dari populasi yang memiliki aset digital, melampaui investor saham yang berjumlah lebih dari 6 juta investor. Hal ini menjadi fondasi kuat bagi perkembangan tokenisasi di Indonesia.
Di luar industri keuangan, tokenisasi juga memiliki potensi untuk dikembangkan di sektor strategis lain, seperti komoditas. Terlebih, Indonesia merupakan eksportir terbesar dunia untuk komoditas seperti minyak sawit dan batu bara. Tokenisasi mampu memangkas inefisiensi yang menjadi salah satu tantangan besar dalam supply chain di sektor komoditas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(SAW)