Saat ini, Apple memiliki tiga pabrik di India, dan bulan lalu, mereka bahkan memperpanjang jam kerja di pabrik terbesar milik Foxconn di Chennai hingga hari Minggu. Meski demikian, menurut bank investasi asal AS, Evercore, lebih dari 50% produk Mac dan 80% iPad Apple masih dirakit di China.
Sementara itu, Apple Watch sebagian besar dibuat di Vietnam. Para analis memperkirakan Apple tidak akan memindahkan perakitan iPhone ke Amerika Serikat, meskipun pemerintahan AS menekankan pentingnya membawa kembali produksi produk teknologi ke dalam negeri.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyebut bahwa pengumuman investasi Apple sebesar 500 miliar dolar AS menunjukkan kemungkinan iPhone buatan AS masih terbuka.
“Kalau Apple merasa AS tidak mampu melakukannya, mereka mungkin tidak akan menggelontorkan dana sebesar itu,” kata dia.
Namun, para ahli meragukan kemungkinan tersebut. Firma keuangan Wedbush Securities menyebut, jika produksi iPhone benar-benar dipindahkan ke AS, harga satu unit bisa melonjak lebih dari tiga kali lipat.
“Kalau konsumen ingin iPhone seharga 3.500 dolar, silakan saja buat di New Jersey, Texas, atau negara bagian lain,” ujar analis Wedbush, Dan Ives.
Fraser Johnson, profesor di Ivey Business School, Kanada, sekaligus pakar rantai pasok Apple, mengatakan bahwa infrastruktur dan tenaga kerja fleksibel untuk merakit iPhone tidak tersedia di AS.
“Melatih 200.000 hingga 300.000 orang untuk merakit iPhone bukan hal yang realistis,” katanya. Hingga berita ini dikutip, Apple belum memberikan komentar resmi terkait rencana ini.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3583370/original/073322000_1632619300-Apple_iPhone-iPad-Availability_Beijing-Store-Exterior_09242021.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)