Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Teruskan Tradisi Keluarga, Cabup Jember Gus Fawait Jadi Imam dan Khatib Salat Id

Teruskan Tradisi Keluarga, Cabup Jember Gus Fawait Jadi Imam dan Khatib Salat Id

Jember (beritajatim.com) – Politisi Partai Gerindra dan kandidat bupati Muhammad ‘Gus’ Fawait melanjutkan tradisi menjadi khotib salat Idulfitri, di Pondok Pesantren Nurul Khotib Al-Qodiri IV, Desa Wringinagung, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu (10/4/2024).

“Sejak lulus SMA dan kemudian kuliah S1, saya selalu kebagian membacakan khotbah. Ketika masih ada almarhum Abah, beliau yang menjadi imam salat, saya yang jadi khatib. Setelah Abah wafat, imam salat dilanjutkan almarhum kakak saya, Kiai Lutfi,” kata Fawait kepada Beritajatim.com.

Setelah sang kakak meninggal dunia, tradisi itu berlanjut. Legislator DPRD Jawa Timur itu akhirnya harus merangkap, menjadi imam sekaligus khatib salat Idulfitri.

Fawait mengatakan, lebaran tahun ini sangat berkesan karena bersamaan dengan selesainya pemilihan presiden. “Ini momentum untuk menyatukan. Tidak ada lagi pendukung presiden nomor urut 1, 2, dan 3. Semua adalah bangsa Indonesia yang bersaudara. Apalagi ditandai dengan pelaksanaan Idulfitri bersama pada hari ini,” jelasnya.

Fawait menyerukan kepada masyarakat untuk menjaga kerukunan dan kekompakan. “Semua karena cinta, ojo lali moco salawat. Saya titip doa, semoga Indonesia tetap selamat, selalu aman, dan kuat,” katanya.

Setelah menunaikan salat Idulfitri, Fawait bersilaturahmi dengan masyarakat sekitar pondok dan berkumpul dengan keluarga. “Saya sungkem dengan ummi (ibu), dan kemudian berziarah ke makam Abah dan kakak,” katanya.

Ada tradisi yang berbeda di desa asal Fawait dengan Surabaya. “Kalau di desa, hari pertama lebaran belum ada ketupat. Beda dengan di kota. Kalau di desa, baru hari ketujuh ada ketupat, setelah puasa sunnah syawal pada hari kedua sampai ketujuh. Riyoyo kupat,” kata Fawait.

Perbedaan tradisi ini sempat bikin kecele Fawait saat menempuh kuliah di Universitas Airlangga, Surabaya. “Teman-teman saya di kota sudah makan ketupat pada hari pertama lebaran. Saya agak heran. Biasanya di desa, pada hari pertama lebaran kami makan opor, rendang, bakso, tanpa ketupat,” katanya tersenyum. [wir]