Terjadi Hujan Batu Saat Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus, Ini Penjelasan PVMBG
Editor
KOMPAS.com –
Gunung Lewotobi Laki-laki
meletus pada Minggu (3/11/2024). Erupsi ini disertai dengan hujan batu.
Warga Kabupaten
Flores Timur
, Nusa Tenggara Timur, yang berada di sekitar gunung tersebut, merasakan malam mencekam.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Hadi Wijaya mengatakan, karakteristik erupsi Lewotobi Laki-laki merupakan erupsi eksplosif yang ditandai dengan lontaran batu.
“Tadi kita lihat lubang sampai 13 meter diameternya, dengan kedalaman hingga 5 meter,” ujarnya, Rabu (6/11/2024), dikutip dari
Antara.
Dampak lainnya, hujan batu tersebut merusak sejumlah bangunan, seperti rumah warga maupun fasilitas umum.
“Kenapa sekolah hancur? Saya kira seperti Gunung Merapi di Yogyakarta, yang ambruk karena tebalnya abu vulkanik, tapi ini tidak. Ini karena adanya lontaran batu pijar, sehingga mampu membentuk lubang sampai 5 meter tadi, ini luar biasanya,” ucapnya di Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur.
Hadi menuturkan, PVMBG akan menganalisis dan mengkaji secara mendalam mengenai fenomena erupsi itu.
PVMBG akan menerjunkan ahli ilmu bumi untuk meneliti gunung tersebut.
Lewotobi Laki-laki meletus pada pukul 23.57 Wita. Agnes Wungu Belen (60) menceritakan detik-detik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Minggu malam itu, di tengah hujan lebat, Agnes dan keluarga yang belum tertidur tiba-tiba mendengar gemuruh dari arah gunung.
Beberapa saat kemudian, atap rumah Agnes dihujani batu. Mereka lantas menyelamatkan diri ke bawah meja.
“Malam itu kami duduk di bawah kolong meja. Kami pasrah dengan keadaan. Karena kalau kami lari, bisa saja kami terkena batu dari gunung,” ungkapnya, Selasa (5/11/2024).
Mereka baru keluar rumah pada Senin (4/11/2024) pagi. Agnes dan keluarga terkaget lantaran banyak rumah warga yang rusak.
“Pagi itu saya melihat banyak rumah yang hancur. Sekolah juga rusak,” tuturnya.
Kini, Agnes dan keluarga mengungsi di Desa Bokang, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur.
Tak cuma merusak rumah, hujan batu juga mengakibatkan jalan berlubang. Jalur yang paling terdampak ialah di Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura; dan Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang.
Sepanjang jalan Trans Flores, lubang-lubang besar. Selain itu, terdapat pula material vulkanik, seperti kerikil dan pasir, yang menumpuk di badan jalan.
“Sejauh pengamatan kami, ada empat lubang yang cukup dalam,” jelas anggota Kepolisian Resor (Polres) Flores Timur, Aiptu Yakobus Alelang, di Wulanggitang, Rabu.
Lubang-lubang tersebut telah dipasangi garis polisi agar mudah terlihat oleh pengendara, terutama ketika malam hari.
Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, mengungkapkan, batu-batu berukuran besar merusak banyak rumah. Sedangkan, batu api mengakibatkan beberapa rumah dan sekolah terbakar.
“Jadi korban itu kebanyakan karena reruntuhan atau terbakar,” terangnya sewaktu meninjau dampak letusan Lewotobi Laki-laki di Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Rabu.
Agus menjelaskan, kedatangannya ke Flores Timur untuk membawa bantuan darurat, sekaligus memastikan para pengungsi ditangani secara baik.
“Setiap titik pengungsian kita bangun dapur umum untuk memberikan makan kepada para pengungsi,” bebernya.
Hingga Kamis (7/11/2024), status Gunung Lewotobi Laki-laki masih berada pada Level IV atau Awas.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Serafinus Sandi Hayon Jehadu | Editor: Andi Hartik, Glor K Wadrianto, Dita Angga Rusiana), Antara
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.