Tempat Fasum: Masjid Istiqlal

  • Mau Tukar Uang Baru untuk Lebaran? Ini Daftar Lokasi di Jakarta

    Mau Tukar Uang Baru untuk Lebaran? Ini Daftar Lokasi di Jakarta

    Jakarta: Bank Indonesia (BI) kembali membuka layanan penukaran uang baru menjelang Ramadan dan Idulfitri 2025. 
     
    Program ini resmi dimulai pada 3 Maret hingga 27 Maret 2025, bekerja sama dengan perbankan di seluruh Indonesia. 
     
    Total uang layak edar (ULE) yang disiapkan BI mencapai Rp180,9 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama momen spesial ini.

    Selain menyediakan uang tunai, BI juga mendorong penggunaan transaksi digital melalui mobile banking, internet banking, dan QRIS agar pembayaran tetap praktis dan efisien.
     
     

    Penukaran uang dengan aplikasi PINTAR
    Untuk menghindari antrean panjang, masyarakat dapat memanfaatkan aplikasi Penukaran dan Tarik Uang Rupiah (PINTAR) yang bisa diakses melalui https://pintar.bi.go.id. 
    Dengan aplikasi ini, kamu bisa memilih jadwal dan lokasi penukaran sesuai keinginan.
     
    Deputi Gubernur BI, Doni P. Joewono, menegaskan bahwa program Semarak Rupiah Ramadan dan Berkah Idulfitri (SERAMBI) 2025 terus mengalami peningkatan kualitas. 
     
    “Penggunaan aplikasi PINTAR diharapkan dapat meningkatkan kepastian layanan dan mengurangi antrian/kepadatan di lokasi penukaran untuk kenyamanan dan kemudahan bagi masyarakat. Pengunaan aplikasi PINTAR juga diharapkan dapat meningkatkan  efisiensi dengan distribusi yang lebih merata dan langsung kepada masyarakat,” kata Doni dalam keterangan tertulis, Rabu, 5 Maret 2025.
     
    BI juga menggandeng perbankan dan Asosiasi Perusahaan Jasa Pengelolaan Uang Rupiah (PJPUR) untuk memastikan distribusi uang baru berjalan lancar dan tepat sasaran.
    Lokasi penukaran uang naru di Jakarta
    Masyarakat dapat melakukan penukaran uang di lokasi-lokasi strategis seperti rumah ibadah, tempat aktivitas keagamaan, dan kantor bank umum. 
     
    Layanan penukaran uang baik melalui kas keliling, penukaran terpadu, dan kantor bank umum, dilakukan melalui Aplikasi PINTAR terhitung mulai 3 Maret 2025 pukul 12.00 WIB dengan alamat https://pintar.bi.go.id.
     

    Berikut daftar lokasi penukaran uang baru Bank Indonesia dan beberapa bank ternama di Jakarta:

    Bank Indonesia
     
    Jakarta Pusat – Masjid Istiqlal: Jl. Taman Wijaya Kusuma, Ps. Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
    Jakarta Utarat – Islamic Center: Jalan Kramat Jaya Raya RW 1, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara
    Jakara Barat – Masjid K.H Hasyim Ashari: Jalan Daan Mogot KM 14,5 No.14, RT.3/RW.14, Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11750, Indonesia
    Jakarta Timur – Masjid At-Tin: Jalan Raya Taman Mini Pintu 1, Jakarta Timur
     
    BNI
     
    Grha BNI, Jl. Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta Pusat
    Jl. Melawai Raya No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
    Jl. Kyai Maja No. 75–76, Kebayoran Baru
    Jl. Prof. Supomo SH No. 25, Tebet, Jakarta Selatan
    Jl. Lada No. 1, Taman Sari, Pinangsia, Jakarta Barat
    Jl. Daan Mogot No. 234, Jakarta Barat
    Jl. Samping Stasiun Tanjung Priok No. 1, Jakarta Utara
    Jl. Pecenongan No. 52, Jakarta Pusat
    Jl. RS Fatmawati Blok 115 D3, Cilandak, Jakarta Selatan
    Jl. Jatinegara Timur No. 67, Jakarta Timur
    Jl. Kramat Raya No. 154–156, Jakarta
     
    BSI
     
    KC Jakarta Kebon Jeruk, Jl. Panjang Arteri Kelapa Dua No. 54 D
    KC Jakarta Kelapa Gading 1, Komplek Graha Bulevar Blok KGC No. A-02 dan A-03
    KC Jakarta Tanjung Priok 1, Jl. Enggano No. 42B–42
    KC Jakarta Pemuda, Komplek Graha Mas Pemuda, Blok AB1 dan AB2
    KC Jakarta Pondok Kelapa, Ruko Komplek Billy & Moon Blok E No. 5A–5B
    KC Jakarta Thamrin, Jl. MH Thamrin No. 5
    KC Jakarta Fatmawati 2, Jl. RS Fatmawati No. 12
    KC Jakarta Hasanudin, Jl. S. Hasanudin No. 57
    KC Jakarta Pondok Indah, Komplek Ruko Pondok Indah Plaza 1 Kav. II, Blok UA No. 6
    KC Jakarta Saharjo, Jl. Saharjo No. 204A
     
    BCA
     
    Menara Satu Sentra Kelapa Gading Lt. Dasar, Jl. Boulevard Barat Raya No. 1, Jakarta Utara
    Jl. Pantai Indah Kapuk Utara I Blok F, Jakarta Utara
    Jl. Matraman Raya No. 14–16, Jakarta Timur
    Jl. Tarum Barat Blok E No. 5, Jakarta Timur
    Jl. Asemka No. 27–30, Jakarta Barat
    Komplek Perumahan Green Garden Blok A.7 No. 31–35, Jakarta Barat
    Wisma Asia, Jl. S. Parman Kav. 79, Jakarta Barat
    Jl. KH Samanhudi No. 8, Jakarta Barat
    Wisma BCA Pondok Indah, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta Selatan
    Gedung Menara Karya Ground Floor, Jl. HR Rasuna Said Blok X-5 Kav. 1–2, Jakarta Selatan
     
    Bank Mandiri
     
    Jl. Raya Bekasi Km. 21, Pulogadung
    Komplek Green Ville Blok A No. 10–12, Jakarta Barat
    Jl. Enggano No. 42, Tanjung Priok
    Jl. KH Fakhrudin No. 15, Tanah Abang, Jakarta Pusat
    Jl. Cikini Raya No. 34–36, Menteng, Jakarta Pusat
    Jl. Kebon Sirih No. 73, Menteng, Jakarta Pusat
    Jl. Jatinegara Timur No. 58, Jakarta Timur
    Jl. RS Fatmawati No. 8, Cilandak
    Jl. Radio Dalam Raya No. 11–11A, Jakarta Selatan
    Pertokoan Pondok Pinang Center Blok A 36/38/40, Jl. Ciputat Raya
     
    Bank BRI
     
    KC Pluit, Jl. Pluit Kencana Raya No. 70, 72, 74 Blok D
    KC Veteran, Jl. Veteran No. 8, Jakarta Pusat
    KC Tanah Abang, Jl. Tanah Abang III No. 4
    KC Cut Mutiah, Jl. Cut Mutiah No. 12
    KC Jatinegara, Jl. Raya Jatinegara Timur IV No. 448
    KC Tanjung Priok, Jl. Yos Sudarso No. 1
    KC Jakarta Kebon Jeruk, Jl. Panjang Kelapa Dua RT 03 RW 01
    KC Jakarta Kemayoran, Jl. Angkasa No. 20
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Bukhori: Syariat Islam selaras dengan prinsip Pancasila

    Bukhori: Syariat Islam selaras dengan prinsip Pancasila

    Pribadi yang saleh tidak hanya ditunjukkan melalui penampilan dan pola ibadahnya saja, tetapi juga berdampak baik bagi orang sekitar.

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal Jakarta K.H. Bukhori Sail At-Tahiri mengatakan bahwa esensi dari syariat Islam, terutama ibadah puasa, selaras dengan prinsip-prinsip yang ada di Pancasila.

    Salah satu kesamaannya, menurut dia, adalah tertera dalam sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.

    “Dalam kaitannya dengan sila pertama Pancasila, orang yang berpuasa melakukannya karena beriman kepada Allah Subḥānahuwata’āla. Hubungan antara puasa Ramadhan dan ibadah lainnya dengan Pancasila sangat erat karena tujuan akhir dari ibadah adalah membentuk pribadi yang saleh,” kata Bukhori dalam siaran pers resmi yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

    Menurut Bukhori, pribadi yang saleh tidak hanya ditunjukkan melalui penampilan dan pola ibadahnya saja, tetapi juga berdampak baik bagi orang sekitar.

    Upaya untuk memberikan dampak baik kepada orang lain, kata dia, dapat dipelajari selama bulan puasa. Pasalnya, masyarakat diajarkan untuk bisa menahan diri, saling memberi, dan meningkatkan kepedulian antara sesama.

    Hal tersebut juga selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

    “Hal ini berkaitan dengan sila kedua Pancasila (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) serta sila kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia),” katanya.

    Bukhori berharap umat Islam tidak mudah digiring dengan narasi bahwa Pancasila bukanlah bagian dari syariat Islam.

    Justru, lanjut dia, esensi dari nilai syariat Islamlah yang melahirkan Pancasila sehingga keduanya bisa saling menguatkan dan menjadi jati diri bangsa hingga saat ini.

    “Oleh karena itu, pada bulan puasa adalah kondisi yang sangat mendukung bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa dan yang lainnya, sekaligus melaksanakan pengamalan butir-butir Pancasila,” pungkas Bukhori.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

  • Ramadan sebagai Sarana Memperbaiki dan Memperbanyak Amal Ibadah

    Ramadan sebagai Sarana Memperbaiki dan Memperbanyak Amal Ibadah

    Bulan Ramadan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Pada bulan ini, kaum muslimin diwajibkan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Ibadah puasa  dilaksanakan dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. 

    Aktivitas puasa ini membuat bulan Ramadan pun menjadi bulan dengan nuansa yang sangat berbeda. Bulan Ramadan merupakan bulan ibadah. Dalam keyakinan seorang muslim, ibadah pada bulan Ramadan menjanjikan banyak pahala dari Allah Swt, (Syam, 2017; Zaprulkhan, 2007). 

    Bulan Ramadan menjadi semakin istimewa, karena di dalamnya terdapat peristiwa turunnya Al-Qur’an dan  malam lailatulqadar. Dalam ajaran Islam, malam lailatulqadar adalah malam di mana rahmat  dan ampunan Allah melimpah ruah yang mampu membersihkan dosa-dosa yang telah lalu. 

    Kaum muslimin pun sangat menanti-nanti kehadiran bulan Ramadan. Saat waktunya  tiba, dengan gegap gempita semboyan “Marhaban Ya Ramadan” menyebar dalam  kesehariannya. Poster-poster dengan semboyan tersebut bertebaran, baik di jalan, di media  massa, bahkan hingga di media sosial. 

    Bulan Ramadan menawarkan hal-hal positif di  dalamnya. Adanya hal-hal positif yang menyenangkan dapat membuat seseorang merasakan  kegembiraan. 

    Nuansa gembira menyambut bulan Ramadan pun tertuang dalam salah satu hadis. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, Allah  akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.” 

    Dalam tradisi ulama-ulama salaf terdahulu, terkenal ucapan doa yakni, “Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadan, selamatkan Ramadan untukku, dan selamatkanlah aku hingga selesai Ramadan.” 

    Dalil maupun doa yang disebutkan, secara langsung menegaskan bahwa bagi seorang muslim rasa bahagia ketika bulan Ramadan datang adalah sebuah keniscayaan. Rasa bahagia ini pun diekspresikan  dengan amalan-amalan khusus. 

    Dalam tradisi Islam, setidaknya ada tiga amalan saat  menyambut bulan Ramadan, yakni: (1) amalan hati berupa keikhlasan dan rasa gembira, (2) berziarah ke makam orang tua yang telah mendahului, dan (3) saling memaafkan antar sesama, (Hadrawy, 2012; Syam, 2017).  

    Nuansa kebahagiaan pada bulan Ramadan pun terkait dengan ibadah puasa. Aktivitas puasa ini diawali dengan makan sahur dan diakhiri dengan makan berbuka puasa. Pada banyak  keluarga muslim, aktivitas ini sering kali menjadi ajang makan bersama-sama dengan keluarga, kerabat, rekan kerja, hingga kawan lama, (Hidayat, 2016; Khozin, 2017), sehingga momen ini  menjadi salah satu momen istimewa. 

    Berbagai kemudahan diterima untuk memudahkan jalannya peristiwa makan bersama ini. Misalnya, jam kerja selama Ramadan disesuaikan, biasanya kantor-kantor memberikan kebijakan jam kerja yang lebih pendek. Jam masuk kerja  menjadi lebih lambat, sementara jam pulang kerja menjadi lebih cepat. Hal ini memudahkan  seorang muslim menjalani aktivitas makan bersama, baik pada saat sahur maupun berbuka puasa (Khozin, 2017).  

    Selain puasa, Ramadan diisi dengan beragam aktivitas ibadah rutin mulai dari tadarus Al-Qur’an, pengajian-pengajian, salat tarawih berjemaah, hingga iktikaf pada minggu terakhir bulan Ramadan. Aktivitas ibadah ini tidak sekedar dilaksanakan sendiri, tetapi dilaksanakan  secara berjemaah. 

    Tidak jarang, aktivitas ibadah pun menjadi ajang bertatap muka dengan  tetangga atau orang lainnya. Nuansa positif dapat terasa, dengan adanya pengalaman bertegur sapa atau sekedar melepas rindu orang-orang yang sudah lama tidak bertemu, (Zaprulkhan,  2007). 

    Bulan Ramadan merupakan bulan yang di mana segala amal perbuatan baik dilipatgandakan, maka dari itu umat muslim biasanya memanfaatkan waktu untuk memperbanyak amal ibadah. Bisa menggunakan waktu dengan baik merupakan hal yang  sangat baik dan beruntung dimiliki oleh seseorang. Namun hal itu hanya dapat dilakukan oleh  orang yang paham betapa pentingnya waktu sehingga mampu menggunakan, memanfaatkan  serta mengontrol waktu secara optimal dalam kehidupannya. 

    Waktu mempunyai peran penting  dalam kehidupan, sebab waktu mampu memberikan keuntungan, juga kerugian serta pengalaman yang berharga bagi kehidupan. Waktu mempunyai karakteristik yang tidak bisa diubah, berhenti, ditabung karena pada dasarkan waktu terus berjalan, berputar sesuai dengan ketentuan sehingga dikatakanlah waktu itu cepat berlalu sehingga tidak bisa diputar kembali, waktu itu mustahil kembali, dan waktu harta termahal yang tidak ada bandingannya dengan  emas, permata, takhta dan segala jenis harta apa pun.  

    Waktu cepat berlalu, dan jika berlalu ia tak mungkin kembali, maka berarti waktu adalah harta termahal bagi manusia. Rahasia mahalnya waktu itu karena ia merupakan sarana  untuk setiap aktivitas, kreativitas dan produktivitas manusia. Waktu adalah modal pokok bagi manusia, baik secara individu maupun masyarakat. Waktu bukanlah emas seperti yang sering  dikatakan peribahasa selama ini, tapi waktu itu lebih mahal daripada emas, Permata, intan,  berlian, ataupun batu mulia. 

    Menurut Hasan Al Banna, “Waktu adalah kehidupan.” Kehidupan  manusia tidak lain adalah waktu yang ia lewati dari saat ia dilahirkan sampai meninggal. Hasan Al Bashri mengatakan, “Hai anak Adam, sesungguhnya (kehidupan) kamu adalah himpunan hari-hari. Setiap hari milikmu itu pergi, berarti pergilah sebagian darimu”. 

    Sebab itu, orang yang  tidak menghargai nilai waktu, kelak hidupnya akan menyesal. Suatu saat ia akan menyadari  betapa bernilai dan mahalnya waktu bagi amal dan kehidupan manusia.  

    Waktu sama halnya dengan umur manusia. Bila waktunya habis di dunia ini maka  manusia itu mati. Maka waktu merupakan salah satu nikmat yang sangat berharga bagi manusia yang diberikan oleh Allah. Semua hal yang berjalan di dunia ini mengikuti waktu, baik itu matahari berputar sesuai dengan porosnya yaitu terbit di pagi hari dan terbenam di sore hari,  begitu juga bulan yang akan muncul bila malam tiba. 

    Hal itu juga dilakukan oleh setiap ciptaan Allah lainnya. Semuanya akan melakukan aktivitas masing-masing bila waktunya telah tiba. Begitu juga dengan manusia. 

    Manusia melakukan aktivitas dan perjalanan hidupnya melalui waktu. Untuk melakukan aktivitas yang menuai hasil seperti yang diharapkan maka perlu mengatur waktu. Mengatur waktu dalam hidup adalah satu hal yang sangat penting. Menargetkan selesainya sebuah perbuatan dengan menentukan waktu sebagai batasan adalah satu hal yang  dianjurkan. Waktu mempunyai kedudukan yang sangat agung dalam kehidupan. 

    Manusia diciptakan Allah dengan sebaik-baik wujud serta dikaruniakan akal pikiran supaya mampu digunakan dengan baik. Sehingga mampu membedakan yang baik dan benar,  mampu menggunakan nikmat dengan sebaik- baiknya dan memanfaatkan kesempatan dengan  optimal. Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk dijadikan sebagai tempat untuk mengumpulkan berbagai amal kebajikan guna sebagai bekal dan penolong di akhirat.  

    Mati merupakan akhir dari perjalanan manusia yang akan diperhitungan setiap pekerjaan di hari akhir nanti. Rasulullah memberi nasihat kepada seseorang supaya memanfaatkan hari-hari selama hidupnya sebelum matinya. Hidup merupakan nikmat yang besar yang dikarunia oleh Allah, maka sebaik-baik manusia adalah yang mempergunakan kehidupannya dijalan yang  diridai oleh Allah. 

    *Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • Antrean Panjang! Warga Berebut Tukar Uang Lebaran Lewat Layanan Pintar BI

    Antrean Panjang! Warga Berebut Tukar Uang Lebaran Lewat Layanan Pintar BI

    Jakarta: Masyarakat tampak antusias menukar uang rupiah melalui layanan Pintar Bank Indonesia (BI) hari ini. 
     
    Lewat situs pintar.bi.go.id, warga bisa dengan mudah memilih jumlah uang yang ingin ditukarkan serta lokasi dan jadwal penukaran.
     
    Melansir Antara, Selasa, 4 Maret 2025, berdasarkan pantauan di Posko Penukaran Uang Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, antrean panjang terlihat sejak pagi. 

    Sekitar 300 orang mengantri dalam empat sesi penukaran yang berlangsung mulai pukul 10.00 hingga 14.00 WIB. Mereka yang hadir sudah lebih dulu melakukan pendaftaran melalui website BI.
     

    Warga rela antre demi uang baru
    Ahmad Ghozaki, salah satu warga yang ikut menukar uang, mengaku layanan ini memudahkan, meski tetap ada tantangan. 
     
    “Menurut saya sih susah juga, karena saya harus cuti kerja. Rumah saya kebetulan juga jauh dari Depok. Jadi, menurut saya agak cukup susah juga, karena harus meluangkan waktu untuk benar-benar datang dan menukarkan uang,” keluh Ghozaki.
     
    Ghozaki menukar uang sebesar Rp2,7 juta dalam pecahan Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, dan Rp2.000 untuk keperluan Lebaran, seperti berbagi angpau dengan keponakan dan belanja. 
     
    Ia berharap BI menambah lokasi penukaran agar lebih banyak warga bisa mengakses layanan ini dengan mudah.
     
    Khoiriyah, pekerja swasta, juga merasakan persaingan ketat saat mendaftar online. 
     
    “Kita harus cepat-cepat pas daftar online karena kuotanya mungkin dibatasi ya. Harus cepat-cepatan lah supaya cepat dapat, karena cepat abis kuotanya, daftarnya harus cepat-cepat gitu,” ujar Khoriyah.
     
    Ia menukar Rp3,7 juta untuk membagikan THR ke keluarga.
    Maksimal tukar Rp4,3 juta
    Layanan penukaran uang melalui Pintar BI membatasi jumlah maksimal hingga Rp4,3 juta per orang, dengan rincian pecahan mulai dari Rp50.000 hingga Rp2.000. 
     
    Sayangnya, di DKI Jakarta, penukaran hanya tersedia di beberapa lokasi, di antaranya:
     
    – Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan – Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat 
    – Masjid At-Tiin, TMII, Jakarta Timur
    – Masjid K.H. Hasyim Asyari, Kecamatan Cengkareng, Kota Jakarta Barat
    – PusatIslamic Center, Kecamatan Koja, Jakarta Utara
     
    Masyarakat berharap ke depannya, BI dapat menambah kuota dan lokasi agar layanan ini lebih mudah diakses. Jadi, apakah Anda sudah siap berburu uang baru untuk Lebaran? Jangan sampai kehabisan kuota, ya!
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Dua Dekade Pusat Studi Al-Qur’an, Program Cari Ustad Berkeliling Masjid di Pulau Jawa

    Dua Dekade Pusat Studi Al-Qur’an, Program Cari Ustad Berkeliling Masjid di Pulau Jawa

    loading…

    Menyambut dua dekade (20 tahun) Pusat Studi Al-Qur’an, Program Cari Ustad berkeliling masjid di Pulau Jawa. Program yang hadir selama Ramadan 2025 ini menyajikan sejumlah tema beragam dari masalah sosial, lingkungan hingga lainnya. Foto: Ist

    JAKARTA – Menyambut dua dekade (20 tahun) Pusat Studi Al-Qur’an, Program Cari Ustad yang berkolaborasi dengan Aqua berkeliling masjid di Pulau Jawa .

    Program yang hadir selama Ramadan 2025 ini menyajikan sejumlah tema beragam dari masalah sosial, lingkungan hingga lainnya.

    Corporate Communication Director Aqua Arif Mujahidin menyadari pihaknya lahir dan besar bersama umat Islam di Indonesia. “Kami senang bisa ikut mendukung kegiatan pengembangan umat melalui pendekatan nilai-nilai Al-Qur’an demi terwujudnya umat Islam yang maju dan cinta Tanah Air,” ujarnya, Senin (3/3/2025).

    Sebelumnya, Aqua hadir dalam perayaan dua dekade (20 tahun) Pusat Studi Al-Qur’an di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (15/2/2025) lalu. Dalam perayaan itu, misi membumikan nilai Al-Qur’an harus hadir dalam keberagamaan masyarakat Indonesia.

    Kolaborasi dengan Pusat Studi Al-Qur’an diharapkan menginspirasi lebih banyak orang untuk menjalankan hidup sehat dengan mengonsumsi produk halal dan thayyib yang penuh kebaikan.

    Termasuk kegiatan Cari Ustad yang hadir dalam konten YouTube. Membuktikan komitmen Aqua terhadap keislaman melalui sarana media sosial.

    “Ini merupakan platform yang dibuat oleh PSQ berisi daftar ustaz/ustazah di mana masyarakat dapat mengundang para ustaz/ustazah untuk mengisi kegiatan di seluruh Indonesia,” kata Arif.

    Sedangkan program Ruang Tengah memiliki konsep titik tengah untuk bertemu dari perbedaan pandangan dan juga keahlian.

    “Agar semua pihak dapat saling menghargai dan menjaga pemikiran kritis, program ini mulai dilaksanakan secara offline dan online di bulan Ramadan 2025 dengan mengambil tema Kemurnian Ramadan,” ucapnya.

    (jon)

  • Pramono instruksikan SDA untuk buka Pintu Air Manggarai

    Pramono instruksikan SDA untuk buka Pintu Air Manggarai

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur Jakarta Pramono Anung menginstruksikan Dinas Sumber Daya Air (SDA) untuk membuka Pintu Air Manggarai, Menteng, Jakarta Pusat demi mengurangi beban air sehingga banjir di sejumlah daerah ini dapat diatasi.

    “Jadi, yang kita buka yang ke arah (Sungai) Ciliwung Lama, dioperasikan satu pintu dibuka penuh setinggi 175 cm,” ujar dia saat meninjau Pintu Air Manggarai, Jakarta, Selasa.

    Adapun, pada Selasa sore ini, tinggi permukaan air di Pintu Air Manggarai ini mencapai 850 sentimeter (cm) atau masuk kategori siaga dua.

    Karena itu, Pramono meminta Pintu Air Manggarai dibuka, agar air yang masuk tidak lebih banyak ke wilayah Ciliwung bagian timur karena saat ini beban air di sana cukup tinggi.

    Selain itu, Pramono juga menginstruksikan pintu air yang mengarah ke Kanal Banjir Barat (KBB) dibuka setinggi 800 cm, serta pintu ke arah Masjid Istiqlal.

    “Ke arah Kanal Banjir Barat dioperasikan tiga pintu dibuka setinggi 800 cm. Kemudian air ke Istiqlal dioperasikan dua pintu dan untuk itu dijaga dan kami menjamin Istiqlal tidak akan banjir,” jelas dia.

    Lalu, apabila dibutuhkan, maka pintu air lainnya yang mengarah ke objek-objek vital untuk juga dibuka secara perlahan.

    Namun, Pramono menjamin hal ini tak akan menimbulkan banjir di daerah-daerah strategis Jakarta.

    “Kalau memang nanti masih seperti ini terus (permukaan air tinggi) maka pintu air yang sensitif kami buka pelan-pelan. Tapi kami jamin tidak akan menimbulkan banjir di daerah-daerah strategis Jakarta,” ujar Pramono.

    Selain Pintu Air Manggarai, Pramono juga meminta Dinas SDA DKI mengaktifkan sebanyak 500 pompa pada sekitar 200 titik agar air bisa segera dibuang ke laut.

    Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat sebanyak 105 rukun tetangga (RT) dan lima ruas jalan di Jakarta banjir pada Selasa siang.

    Banjir disebabkan tingginya intensitas hujan yang terjadi di kawasan hulu pada Minggu (2/3) dan Senin (3/3) malam hingga status Bendung Katulampa di Bogor, Jawa Barat sempat menyentuh level siaga satu.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

  • Urgensi Hifz Al-Daulah dalam Menjaga Stabilitas Sosial

    Urgensi Hifz Al-Daulah dalam Menjaga Stabilitas Sosial

    Baru-baru ini media diramaikan oleh pemberitaan aksi demo yang dilakukan  oleh sejumlah mahasiswa. Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia menggelar aksi demonstrasi bertajuk “Indonesia Gelap” di depan Istana Merdeka pada 17 Februari 2025, Jakarta Pusat. Aksi ini merupakan respons terhadap kebijakan  pemerintah yang dianggap merugikan sektor pendidikan dan kesejahteraan  masyarakat. 

    Aksi ini mencerminkan kekecewaan mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat, khususnya dalam bidang  pendidikan dan penegakan hukum. Selain itu, demonstrasi ini juga menjadi simbol  perlawanan terhadap berbagai kebijakan yang dinilai merugikan masyarakat dan  lingkungan. Para mahasiswa berharap pemerintah segera menindaklanjuti tuntutan  tersebut demi terciptanya Indonesia yang lebih adil dan sejahtera. 

    Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat menjalankan kehidupannya  secara terisolasi, karena keberadaannya selalu bergantung pada interaksi dengan  individu lain dalam komunitasnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia  membutuhkan dukungan sosial, baik dalam bentuk hubungan keluarga, pertemanan,  maupun organisasi yang lebih luas seperti masyarakat dan negara. 

    Tanpa keberadaan  komunitas yang stabil dan harmonis, individu akan mengalami kesulitan dalam  memenuhi kebutuhan dasar, baik secara emosional, ekonomi, maupun intelektual.  Oleh karena itu, menjaga stabilitas sosial menjadi suatu keharusan agar  keseimbangan dalam masyarakat tetap terjaga, sehingga setiap individu dapat  berfungsi secara optimal dalam perannya masing-masing. 

    Stabilitas sosial tidak hanya  berdampak pada kehidupan individu, tetapi juga menentukan keberlangsungan  sebuah bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari dalam  maupun luar komunitasnya. 

    Untuk memastikan tatanan sosial tetap kuat dan harmonis, berbagai ancaman  yang berpotensi menyebabkan perpecahan harus diantisipasi sejak dini. Konflik  internal dalam masyarakat, seperti kesenjangan sosial, diskriminasi, dan penyebaran  informasi yang menyesatkan, dapat menjadi pemicu disintegrasi yang merusak  persatuan. 

    Begitu pula dengan ancaman eksternal, seperti intervensi asing atau  ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai kebersamaan, yang dapat  menggoyahkan fondasi sosial yang telah dibangun. 

    Oleh karena itu, diperlukan  langkah-langkah strategis yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam  menjaga persatuan dan mencegah potensi konflik. Pendidikan yang menanamkan  nilai toleransi, keadilan sosial, dan solidaritas menjadi salah satu cara efektif dalam 

    membangun ketahanan sosial. Selain itu, peran aktif pemerintah dan lembaga  masyarakat dalam menciptakan kebijakan yang adil serta menegakkan hukum secara  transparan juga menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas sosial. Dengan  demikian, masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera dapat terwujud,  memungkinkan setiap individu untuk berkembang dan berkontribusi secara positif  dalam kehidupan bersama. 

    Dalam Islam, prinsip-prinsip mendasar yang menjadi tujuan utama hukum  syariat, yang dikenal sebagai maqashid al-syari’ah al-dharuriyah. Maqashid al syari’ah merupakan perspektif yang dinamis dan adaptif dalam menghadapi  tantangan zaman. Pemahaman terhadap nalar ushulli yang dikembangkan oleh para ushuliyun dalam menetapkan hierarki nilai hukum menjadi jembatan penting dalam menghasilkan produk hukum yang relevan dengan perubahan sosial. 

    Prinsip ini tidak hanya harus dipahami secara konseptual, tetapi juga harus  diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, upaya dalam mewujudkan maqashid al-syari’ah harus memperhatikan aspek-aspek yang berperan dalam  menjaga keseimbangan sosial dan ketahanan masyarakat, (al-Najar, 2008: 157). 

    Masyarakat merupakan struktur yang terdiri dari berbagai elemen yang saling  berkaitan. Abdul Majid al-Najar mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah  sistem yang kompleks, di mana kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh  interaksi antara berbagai institusi di dalamnya. 

    Demi memastikan maqashid al syari’ah al-dharuriyah dapat tercapai, terdapat dua hal mendasar yang harus dijaga,  yaitu: (1) mempertahankan eksistensi berbagai institusi sosial, dan, (2) menjamin kesinambungan hubungan yang harmonis di antara institusi-institusi tersebut.  Konsep inilah yang kemudian dikenal dengan istilah hifzh al-daulah, (al-Najar, 2008:  158). 

    Selain mendukung pembentukan keluarga sebagai unit sosial terkecil, Islam  juga menekankan pentingnya pendirian negara yang berfungsi sebagai wadah dalam menjaga keberlangsungan kehidupan sosial. Dalam Al-Qur’an, ayat yang kerap dijadikan rujukan dalam konteks pemerintahan adalah Q.S. al-Nisa: 59. 

    يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًاࣖ

    “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri  (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah  (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik  (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).”

    Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut, kata “uli” adalah  bentuk jamak dari “waliy”, yang bermakna pemimpin, pengelola, atau penguasa.  Sedangkan “al-amr” merujuk pada urusan atau wewenang dalam pemerintahan.  

    Dengan demikian, “uli al-amr” merujuk kepada individu-individu yang memiliki  otoritas dalam mengatur urusan masyarakat, mencakup berbagai elemen yang  memiliki tanggung jawab sosial, baik dalam ranah pemerintahan maupun bidang lain yang berkontribusi terhadap tatanan sosial, seperti aparat keamanan dan kaum cendekiawan, (Shihab, 2000: 460-461). 

    Secara konseptual, definisi negara memiliki berbagai perspektif. Aristoteles  menggambarkan negara sebagai lembaga yang bertujuan untuk mencapai kebaikan  tertinggi bagi umat manusia. Sementara itu, pemikir Islam, al-Mawardi,  mendefinisikan negara sebagai institusi politik yang berperan sebagai penerus fungsi  kenabian dalam mengatur urusan agama dan kehidupan duniawi, (al-Khattani dan  Nurdin, 2000: 15). 

    Jika ditelaah lebih lanjut, pandangan al-Mawardi sejalan dengan pemikiran Quraish Shihab dalam tafsirnya, yang menegaskan bahwa negara memiliki peran penting dalam mengakomodasi aspek keagamaan dan sosial masyarakat. Namun, bentuk sistem pemerintahan yang diterapkan bersifat fleksibel, selama dapat  menjalankan fungsinya dengan optimal. 

    Sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam memastikan tercapainya maqashid al-syari’ah, negara tidak dapat bergerak sendiri. Diperlukan kolaborasi dan  sinergi antara negara dengan berbagai institusi sosial yang ada. Masyarakat juga  harus memiliki komitmen dalam menaati aturan yang ditetapkan oleh pemerintah  guna menciptakan kehidupan yang aman dan harmonis. Ketaatan terhadap hukum menjadi kunci dalam menjaga ketertiban dan menghindari konflik sosial. 

    Konsep ini selaras dengan pemikiran Socrates dan Plato yang menyatakan bahwa hukum dan negara berfungsi untuk menciptakan keadilan, ketertiban, serta keamanan dalam kehidupan masyarakat, (Schmid, 1965: 9-15). 

    Fenomena maraknya konservatisme agama belakangan ini turut menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas politik negara. Gus Dur pernah menyoroti bahwa salah satu agenda kaum konservatif adalah mengupayakan formalisasi Islam dalam  sistem pemerintahan melalui konsep khilafah. Padahal, jika ditinjau lebih dalam, Pancasila sejatinya telah mencerminkan nilai-nilai Islam yang bersifat universal dan substansial, (Wahid, 2011: xvii). 

    Oleh karena itu, upaya penguatan konsep hifzh al daulah harus terus dioptimalkan. Maqashid al-syari’ah tidak akan terwujud dengan baik jika kondisi negara berada dalam situasi konflik dan ketidakstabilan. 

    *Penulis adalah mahasiswi Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • Meneladani Sifat Nabi Muhammad SAW: Dermawan kepada Sesama

    Meneladani Sifat Nabi Muhammad SAW: Dermawan kepada Sesama

    Pada bulan Ramadan yang penuh rahmat dan keberkahan, terdapat malam yang sangat agung. Malam itu dikatakan lebih baik daripada seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadr. Selain itu, ada pula malam Nuzulul Qur’an yang berarti malam turunnya Al-Qur’an. Dengan keutamaan yang terdapat pada malam-malam tersebut, bulan Ramadan menjadi bulan yang penuh dengan kasih sayang Allah Swt. 

    Umat Nabi Muhammad SAW pun pasti berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Selain menahan nafsu dari hal yang membatalkan puasa, umat Islam juga diperintahkan untuk memperbanyak amal baik. Salah satu caranya adalah dengan meneladani berbagai sifat terpuji yang dimiliki Nabi Muhammad SAW.

    Sebagai sosok nabi yang segala perbuatannya menjadi suri teladan bagi umatnya, Nabi Muhammad SAW banyak sekali mencontohkan kebaikan, salah satunya lewat kedermawanan yang beliau lakukan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Nabi Muhammad SAW bahkan menjadi lebih dermawan ketika bulan Ramadan:

    عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ.

    Artinya:  Ibnu ‘Abbas RA meriwayatkan: “Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dermawan. Beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadan ketika ditemui Jibril. Jibril biasa menemui beliau di setiap malam bulan Ramadan, lalu beliau saling mempelajari Al-Qur’an dengannya. Sungguh, Rasulullah SAW lebih dermawan dalam kebaikan dibanding angin yang berhembus.” (HR Al-Bukhari No 3220, Muslim No 2308)

    Dari hadis ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling agung dan paling banyak kedermawanannya, terutama saat bulan Ramadan. Salah satu syarah dari hadis ini menyebutkan bahwa kedermawanan adalah kerelaan hati dalam memberi tanpa adanya rasa timbal balik. Dalam hal ini, Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dalam memberi dan berinfak.

    Bahkan dalam Syarah Muslim karya Imam An-Nawawi disebutkan bahwa angin yang berhembus (الريح المرسلة) melambangkan kecepatan dan keumuman. Artinya, sifat kedermawanan Nabi lebih cepat dibandingkan dengan angin yang berhembus.

    Pada riwayat lain juga disebutkan tentang keutamaan bersedekah pada bulan Ramadan:

    عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ

    Artinya: Dari Anas RA, dikatakan: “Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?” Rasul menjawab, “Sedekah di bulan Ramadan.” (HR. At-Tirmidzi No. 663)

    Dari hadis ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa sedekah atau kedermawanan kepada sesama adalah hal yang sangat dianjurkan oleh Nabi, terutama jika dilakukan pada bulan Ramadan.

    Selain sebagai utusan Allah Swt untuk umatnya, Nabi Muhammad SAW juga memiliki peran sebagai pemimpin pada zamannya. Beliau mendedikasikan dirinya untuk Allah Swt dan umatnya. Tidak seperti kebanyakan pemimpin yang memposisikan diri sebagai raja atau hartawan, Nabi berperilaku sangat sederhana.

    Contoh Kedermawanan Nabi Muhammad SAWIlustrasi Sedekah, Zakat, Amal, Donasi – (Freepik/-)

    Banyak kisah yang menggambarkan bahwa Nabi tampak seperti orang miskin, padahal beliau adalah sosok yang sangat sederhana. Salah satu buktinya adalah kisah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, di mana Anas bin Malik berkata:

    “Kami berada bersama Anas bin Malik. Di majelis kami terdapat banyak roti berkualitas bagus. Tetapi Anas bin Malik terkenang akan kesederhanaan Nabi SAW dan berkata, ‘Nabi SAW tidak pernah memakan roti ini sama sekali.’”

    Nabi Muhammad SAW sebenarnya memiliki harta, termasuk mahar pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah RA berupa puluhan unta. Setelah diangkat sebagai Rasul, beliau juga memperoleh seperlima dari harta ghanimah (rampasan perang). Jumlah harta tersebut sangat besar, namun beliau memilih untuk hidup sederhana dan bersahaja bersama umatnya.

    Sebagai seorang pemimpin umat, Nabi juga bukan tipe pemimpin yang suka memperkaya diri. Bahkan, beliau tidak akan membiarkan hartanya tertimbun di rumah. Beliau pasti akan menyedekahkannya kepada umat yang membutuhkan.

    Banyak hadis yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW sering memberikan hartanya kepada umatnya, bahkan ketika beliau sedang menggunakannya. Kedermawanan Nabi sangatlah masyhur di kalangan sahabat. Beliau adalah sosok yang tidak akan menolak permintaan siapa pun. Bahkan, beliau kerap kali mendahulukan umatnya dibandingkan dengan dirinya sendiri.

    Kesederhanaan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW memberikan pelajaran berharga kepada umatnya. Sederhana bukan berarti miskin, tetapi merasa cukup dengan apa yang dimiliki.

    Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW bahkan ingin hidup dan wafat sebagai orang miskin karena beliau melihat bahwa orang miskin yang memiliki sedikit harta akan lebih mudah dihisab dan lebih dahulu masuk surga dibanding orang kaya. Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW memandang bahwa harta bukanlah sesuatu yang harus dipegang hingga mati, tetapi sebagai wasilah menuju kehidupan yang hakiki.

    Dari penjelasan di atas, kita dapat memetik pelajaran bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling dermawan, terutama di bulan Ramadan. Maka dari itu, hendaknya kita meneladani sifat terpuji beliau dengan berbagi kepada sesama, terutama kepada mereka yang lebih membutuhkan.  Karena Ramadan adalah bulan yang mulia, maka hendaknya kita memperbanyak amal kebaikan.

    Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • 5 Lokasi Penukaran Uang Baru 2025 di Jakarta, Lengkap dengan Jam Operasional

    5 Lokasi Penukaran Uang Baru 2025 di Jakarta, Lengkap dengan Jam Operasional

    PIKIRAN RAKYAT – Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 H/2025 M, Bank Indonesia (BI) menyediakan layanan penukaran uang baru melalui kas keliling di berbagai lokasi strategis di Jakarta.

    Layanan ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat mendapatkan uang pecahan baru yang layak edar untuk kebutuhan Lebaran.

    Jika Anda melakukan pendaftaran 3 Maret 2025, berikut adalah 5 lokasi penukaran uang baru 2025 di Jakarta, lengkap dengan jam operasionalnya:

    5 Lokasi Penukaran Uang Baru 2025 di Jakarta

    1. Jakarta Barat

    Lokasi: Masjid KH Hasyim Ashari, Jl. Daan Mogot KM 14,5 No. 14, Duri Kosambi, Cengkareng

    Tanggal: 4 Maret 2025 & 6 Maret 2025

    Waktu: 4 Maret (13:00 – 14:00 WIB), 6 Maret (12:00 – 13:00 WIB)

    2. Jakarta Selatan

    Lokasi: Masjid Al-Azhar, Jl. Sisingamangaraja XII No. 12, Kebayoran Baru

    Tanggal: 4 Maret 2025

    Waktu: 13:00 – 14:00 WIB

    Lokasi tukar uang baru.*

    3. Jakarta Pusat

    Lokasi: Masjid Istiqlal, Jl. Taman Wijaya Kusuma, Ps. Baru, Sawah Besar

    Tanggal: 5 Maret 2025

    Waktu: 13:00 – 14:00 WIB

    4. Jakarta Utara

    Lokasi: Islamic Center, Jl. Kramat Jaya Raya RW 1, Tugu Utara, Koja

    Tanggal: 5 Maret 2025

    Waktu: 13:00 – 14:00 WIB

    5. Jakarta Timur

    Lokasi: Masjid At-Tin, Jl. Raya Taman Mini Pintu 1

    Tanggal: 6 Maret 2025

    Waktu: 12:00 – 13:00 WIB

    Cara Penukaran Uang Baru

    1. Penukaran uang baru dilakukan melalui pemesanan online di laman resmi pintar.bi.go.id.

    2. Pilih lokasi dan jadwal penukaran yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

    3. Bawa bukti pemesanan dan KTP asli saat melakukan penukaran.

    Tips Penukaran Uang Baru

    – Lakukan pemesanan online sesuai jadwal yang telah ditentukan.

    – Datang ke lokasi penukaran tepat waktu.

    – Bawa bukti pemesanan dan KTP asli.

    – Siapkan uang tunai yang akan ditukarkan.

    Disclaimer: Jadwal dan lokasi dapat berubah sewaktu-waktu. Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi terbaru dari BI.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Ramadan dan Transformasi Sosial: Dampak Solidaritas terhadap Ekonomi

    Ramadan dan Transformasi Sosial: Dampak Solidaritas terhadap Ekonomi

    Ramadan, sebagai bulan yang penuh berkah, tidak hanya membawa perubahan spiritual bagi umat Muslim, tetapi juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Salah satu aspek utama dari transformasi sosial selama Ramadan adalah meningkatnya solidaritas di kalangan masyarakat, yang memiliki dampak yang jauh lebih luas, termasuk dalam aspek ekonomi. Solidaritas yang terbangun selama bulan puasa ini memainkan peran penting dalam mempererat hubungan antar individu dan komunitas, serta menciptakan peluang untuk perbaikan dalam sektor ekonomi.

    Selama bulan Ramadan, umat Muslim didorong untuk lebih memperhatikan kebutuhan sesama, yang terlihat dalam berbagai aktivitas sosial seperti berbuka puasa bersama, memberikan sedekah, dan menyalurkan zakat. Salah satu kewajiban penting dalam bulan ini adalah membayar zakat fitrah, yang bertujuan untuk membantu mereka yang kurang mampu. 

    Selain zakat, tradisi berbagi makanan saat berbuka puasa dan memberikan sumbangan menjadi aktivitas yang memperkuat rasa kebersamaan. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya bersifat individu, tetapi juga mendorong terciptanya solidaritas dalam komunitas (Wajdi, 2023).

    Solidaritas yang muncul juga terlihat dalam peningkatan kegiatan gotong royong, seperti membantu tetangga yang membutuhkan atau membagikan makanan kepada panti asuhan dan rumah sakit. Ramadan, dengan nilai-nilai spiritual yang terkandung, mengajarkan umat untuk tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga memberikan perhatian kepada orang lain, terutama mereka yang sedang menghadapi kesulitan. 

    Hal ini membawa perubahan dalam cara pandang masyarakat, memperkuat rasa kebersamaan dan empati. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:”Dan bersegeralah kamu (dalam kebaikan) untuk memaafkan dan meraih ampunan dari Tuhanmu, dan rahmat-Nya. Itu lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui.” (QS Al-Hadid: 21)

    Hadits Nabi Muhammad SAW juga menguatkan pesan tersebut:”Barang siapa yang memberi makan orang yang berpuasa untuk berbuka, maka dia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa.” (HR Tirmidzi). Hadits ini menegaskan pentingnya berbagi makanan dan solidaritas sosial selama Ramadan, yang mendatangkan pahala besar bagi pemberinya.

    Dampak Solidaritas terhadap EkonomiSuasana Pasar Ramadan di kompleks Pasar Sentral Pekkabata, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Sabtu (1/3/2025). – (Beritasatu.com/Asyharuddin Arbab)

    Peningkatan solidaritas selama bulan Ramadan tidak hanya mempengaruhi hubungan sosial, tetapi juga memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian. Salah satu fenomena yang terlihat jelas adalah peningkatan konsumsi, meskipun pada tingkat individu, pola konsumsi lebih terfokus pada kebutuhan dasar. 

    Namun, tradisi berbuka puasa bersama, pembagian makanan, dan zakat mal turut memperkuat perekonomian di sektor tertentu (Ali, 2023). Ramadan memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk lebih peduli terhadap kesejahteraan sesama, melalui berbagai kegiatan sosial yang turut berkontribusi pada ekonomi lokal.

    Selama Ramadan, banyak usaha mikro dan kecil yang merasakan dampak positif dari kebiasaan berbuka puasa bersama. Rumah makan, warung, dan pedagang kaki lima yang menyediakan takjil, makanan utama, serta hidangan khusus lainnya, mengalami peningkatan permintaan. Kegiatan ini menjadi momen bagi masyarakat untuk saling berbagi, serta mendukung ekonomi lokal, terutama usaha kecil. 

    Permintaan terhadap makanan dan minuman meningkat secara signifikan selama bulan Ramadan, memberikan keuntungan besar bagi sektor kuliner (Suryani, 2023). Imam al-Suyuti dalam tafsir al-Durr al-Manthur menjelaskan bahwa ibadah puasa dan solidaritas yang berkembang selama Ramadan dapat memicu peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya dalam sektor perdagangan lokal yang memanfaatkan momen berbuka puasa untuk meningkatkan pendapatan.

    Zakat dan Pengaruhnya pada Distribusi PendapatanIlustrasi Zakat Fitrah – (Freepik/-)

    Zakat memainkan peran penting dalam mengurangi ketimpangan sosial-ekonomi. Selama Ramadan, umat Muslim diwajibkan membayar zakat fitrah yang sebagian besar digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Pendistribusian zakat, baik dalam bentuk uang maupun barang kebutuhan pokok, mengurangi beban ekonomi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan.

    Selain itu, zakat dapat menjadi pendorong bagi ekonomi lokal dengan membuka peluang bagi individu atau komunitas untuk memulai usaha kecil atau mengembangkan keterampilan mereka (Mulyani, 2023). Zakat berperan penting dalam memperlancar distribusi kekayaan, memperkuat solidaritas antar sesama, serta mengurangi kesenjangan sosial. 

    Zakat, selain kewajiban spiritual, juga berfungsi sebagai instrumen untuk menyeimbangkan perekonomian masyarakat. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an:”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, untuk membersihkan dan menyucikan mereka…” (QS At-Taubah: 103). Ayat ini menegaskan bahwa zakat tidak hanya membersihkan harta, tetapi juga berdampak positif pada perekonomian dengan memastikan distribusi kekayaan yang lebih adil.

    Kewirausahaan Sosial dan Kegiatan Filantropi

    Ramadan juga membuka peluang bagi kewirausahaan sosial, di mana banyak individu atau organisasi memanfaatkan bulan ini untuk mengadakan kegiatan filantropi, seperti program berbagi makanan, pakaian, atau pendidikan. Kegiatan ini tidak hanya memberi manfaat bagi penerima, tetapi juga mendorong kolaborasi antara berbagai sektor, termasuk sektor swasta, lembaga keagamaan, dan komunitas. 

    Program-program ini sering memberikan dampak langsung terhadap ekonomi lokal, misalnya dengan menciptakan lapangan pekerjaan sementara atau meningkatkan pendapatan bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan sosial tersebut (Wahyudi, 2023). Pemberian harta dalam bentuk zakat dan sedekah selama Ramadan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan rasa keadilan sosial. 

    Beliau menyatakan bahwa harta yang dikeluarkan untuk membantu sesama di bulan Ramadan adalah harta yang dapat membersihkan jiwa dan membawa berkah (al-Ghazali, 1995). Hal ini mencerminkan bahwa kegiatan filantropi dan kewirausahaan sosial selama Ramadan tidak hanya menguntungkan penerima, tetapi juga membawa keberkahan bagi pemberinya.

    Kesimpulan

    Ramadan bukan hanya bulan untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga membawa perubahan sosial yang positif, terutama melalui solidaritas. Selama bulan ini, kegiatan berbuka puasa bersama, zakat, dan bantuan sosial mempererat hubungan antar individu dan komunitas. 

    Dampak ekonomi terlihat melalui peningkatan aktivitas usaha lokal, terutama kuliner, serta distribusi kekayaan yang lebih merata melalui zakat. Kewirausahaan sosial juga tumbuh, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, Ramadan tidak hanya memperkuat hubungan spiritual, tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi ekonomi dan sosial masyarakat.

    Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)