Tempat Fasum: Masjid Istiqlal

  • Peran Perempuan dalam Bulan Ramadan: Keistimewaan dan Tantangan

    Peran Perempuan dalam Bulan Ramadan: Keistimewaan dan Tantangan

    Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan berkah, di mana setiap Muslim berusaha meningkatkan ibadah guna meraih rida Allah. Dalam Islam, perempuan memiliki posisi yang istimewa, termasuk dalam pelaksanaan ibadah selama bulan suci ini. Namun, terdapat beberapa aturan dan ketentuan khusus yang berkaitan dengan ibadah mereka di bulan Ramadan.

    Keutamaan Perempuan dalam Bulan Ramadan

    1. Peluang Besar untuk Meraih Pahala

    Perempuan, baik sebagai istri maupun ibu, memiliki banyak kesempatan untuk mendapatkan pahala berlimpah selama Ramadan. Selain menjalankan ibadah pribadi seperti salat dan puasa, mereka juga memperoleh pahala melalui aktivitas rumah tangga yang dilakukan dengan niat ibadah, seperti menyiapkan makanan untuk keluarga. Rasulullah bersabda:

    مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

    “Barang siapa yang memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang tersebut sedikit pun.” (HR. Tirmidzi No. 807)

    2. Didoakan oleh para Malaikat

    Perempuan yang berpuasa dengan penuh keikhlasan serta menjaga ibadahnya akan memperoleh doa dari para malaikat.

    إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ.

    “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada mereka yang makan sahur.”
    (HR. Ahmad No. 11368).

    Tantangan Perempuan dalam Menjalankan Ibadah di Bulan Ramadan

    1. Haid dan Nifas

    Perempuan yang mengalami haid atau nifas tidak diperbolehkan untuk melaksanakan puasa dan salat. Namun, mereka tetap bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan cara lain, seperti berzikir, berdoa, membaca tafsir Al-Qur’an, serta bersedekah. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

    كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ.

    “Kami mengalami haid di zaman Rasulullah lalu kami diperintahkan untuk mengqada puasa, tetapi tidak diperintahkan untuk mengganti salat yang ditinggalkan.” (HR. Muslim No. 335)

    2. Hamil dan Menyusui

    Perempuan yang sedang hamil atau menyusui dan merasa khawatir terhadap kondisi dirinya atau bayinya diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Namun, mereka memiliki kewajiban untuk menggantinya di lain waktu atau membayar fidiah sesuai dengan ketentuan syariat. 

    Allah berfirman:

    شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

    “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)

    Amalan yang Bisa Dilakukan oleh Perempuan Selain Puasa

    1. Memperbanyak Zikir dan Doa

    Bagi perempuan yang tidak dapat berpuasa, Ramadhan tetap dapat diisi dengan berbagai bentuk ibadah lain, seperti berdzikir, memperbanyak istighfar, dan berdoa. 

    Allah berfirman:

    الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

    “Orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring serta merenungkan penciptaan langit dan bumi, mereka berkata: ‘Wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini sia-sia. Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka’.” (QS. Ali Imran: 191)

    2. Bersedekah dan Berbuat Kebaikan Sosial

    Sedekah di bulan Ramadan memiliki keutamaan yang luar biasa. Perempuan dapat berperan aktif dalam berbagi rezeki dengan sesama sebagai bentuk ibadah tambahan. 

    Sabda Rasulullah, “Sedekah yang paling utama adalah sedekah yang diberikan di bulan Ramadan.” (HR. Tirmidzi No. 663).

    Oleh karena itu, bulan Ramadan adalah momen yang sangat berharga bagi setiap Muslim, termasuk perempuan, untuk meningkatkan amal ibadah dan memperoleh keberkahan. 

    Meskipun terdapat keringanan dalam beberapa ibadah bagi perempuan yang mengalami haid, nifas, kehamilan, atau sedang menyusui, mereka tetap memiliki berbagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti dengan berzikir, berdoa, bersedekah, dan melakukan berbagai amal kebaikan lainnya. Dengan memahami aturan-aturan Islam yang berlaku, perempuan dapat menjalani Ramadan dengan penuh keberkahan dan ketakwaan.

    *Penulis adalah mahasiswi Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • Benarkah Tanggal 17 Ramadan Lailah Al-Qadr?

    Benarkah Tanggal 17 Ramadan Lailah Al-Qadr?

    Bulan Ramadan merupakan salah satu bulan yang mulia bagi orang Islam. Hal tersebut tertuang dalam QS Al-Baqarah ayat (185): 

    شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

    “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang  lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas  petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” 

    Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan bahwa terpilihnya bulan Ramadan sebagai hari-hari tertentu diwajibkannya puasa menunjukkan, bahwa Ramadan adalah bulan mulia. Selain itu, di bulan Ramadan juga terdapat lailah Al-Qadr yang dianggap sebagai waktu diturunkannya Al-Qur’an, pedoman hidup orang Islam. 

    Masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat terkait kapan terjadinya lailah Al-Qadr. Al Qur’an sendiri tidak menjelaskan secara ekplisit dan gamblang terkait hal tersebut. Allah menyembunyikan kepastian terjadinya lailah Al-Qadr agar kita mengagungkan seluruh malam Ramadan. Seperti Allah menyembunyikan terkabulnya doa hambanya agar sang hamba senantiasa berdoa setiap waktu dan menyembunyikan wali Allah di antara manusia agar senantiasa memuliakan manusia seluruhnya tanpa memandang derajat dan pangkatnya.

    Dirahasiakannya lailah Al-Qadr juga merupakan bentuk kasih sayang Allah. Jika seseorang mengetahui pasti datangnya lailah Al-Qadr namun ia tetap berbuat dosa, maka dosanya akan berlipat dibanding ketika ia tidak mengetahui lailah Al-Qadr. 

    Penamaan malam tersebut dengan lailah Al-Qadr pun terdapat beberapa pendapat. Salah satunya mengatakan, nama lailah Al-Qadr disebabkan karena barang siapa menghidupkan malam tersebut akan mendapat derajat yang agung (عذيما قدرا) dan bertambah kemuliaannya di sisi Allah. 

    Quraish Shihab sendiri ketika memaknai Al-Qadr dalam Tafsir Al-Misbah menyebutkan ada empat pendapat ulama yang masyhur. Pertama penetapan, lailah Al-Qadr malam penetapan Allah atas perjalanan hidup makhluk selama  setahun. Pendapat ini dikuatkan oleh pengikutnya dengan menyebutkan firman Allah QS. Ad-Dukhan ayat (3-4): 

    اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ

    “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan pada malam itu ditetapkan  segala urusan bijak.” 

    Kedua, pengaturan. Maksudnya pada malam itu Allah mengatur strategi bagi Nabi-Nya dalam berdakwah pada kebajikan. 

    Ketiga, kemuliaan, malam tersebut menjadi mulia karena turun Al-Qur’an pada malam tersebut. Yang lain memaknai bahwa ibadah pada malam itu mempunyai nilai tambah dalam hal kemuliaannya dibanding malam yang lain. 

    Keempat, sempit. Maksudnya malam tersebut banyak malaikat turun ke bumi sehingga menjadikan bumi sempit. 

    Kembali pada masalah terkait waktu pastinya lailah Al-Qadr. Beberapa ulama cenderung menyatakan bahwa peristiwa turunnya Al Qur-an pada tanggal  17 Ramadan. Hal tersebut berdasarkan QS Al-Baqarah ayat (23): 

    وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ 

    “Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Nabi Muhammad) pada hari al-furqān (pembeda), yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

    Dari ayat di atas mereka memaknai نّاَقرِْفْالَمْيَي sebagai hari turunnya Al Qur’an. Sedangkanّۗنٰعْمَجْى الَقَتْالَمْيَي atau bertemunya dua pasukan sebagai perang Badr yang terjadi pada tanggal 17 bulan Ramadan. Karena hal tersebut mereka meyakini turunnya Al Qur’an adalah malam 17 Ramadan. 

    Namun pendapat tersebut tidak didukung oleh sebagian ulama. Argumentasi mereka adalah perang badar terjadi ketika Nabi Muhammad sudah hijrah ke Madinah, yang seharusnya ketika berlangsung perang badar, sudah banyak wahyu-wahyu Al-Qur’an yang turun. Maka anggapan jika awal turunnya  Al-Qur’an bersamaan dengan terjadinya perang badar tidak bisa diterima. 

    Mereka juga beranggapan bahwa kata Al Furqan tidak mesti harus dimaknai sebagai Al-Qur’an. Bisa jadi maksud yang diinginkan adalah pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Dan yang diturunkan Allah pada hari itu juga  tidak harus Al-Qur’an. Tetapi, bisa juga malaikat seperti dalam QS. Al-Anfal ayat (9): 

    اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ

    “(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu Dia mengabulkan (nya) bagimu (seraya berfirman), ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu berupa seribu malaikat yang datang  berturut-turut’.” 

    Sebagian yang lain menyatakan bahwa lailah Al-Qadr berlangsung selama satu bulan penuh. Pendapat ini didasarkan pada pendapat Ibnu Umar yang  menyatakan bahwa ia mendengar dari Rasulullah ketika beliau ditanya tentang lailah Al-Qadr. Rasul kemudian menjawab bahwa lailah Al-Qadr ada di seluruh Ramadan. 

    Pendapat lain menyebutkan bahwa lailah Al-Qadr turun di sepuluh hari  terakhir bulan Ramadan. Pendapat ini didasarkan pada riwayat Abi Said. Ketika Nabi Muhammad sedang beriktikaf pada sepuluh hari di pertengahan bulan  Ramadan, Malaikat Jibril berkata, “Sesungguhnya apa yang kamu cari ada di hadapanmu.” Maksudnya bukan di sepuluh hari pertengahan bulan Ramadan, namun setelahnya yaitu sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. 

    Sampai di sini masih belum bisa dipastikan mengenai terjadinya lailah Al Qadr, karena pendapat terkait hal tersebut sangat banyak dan beraneka ragam. 

    Dari yang disebutkan di atas tadi ada ulama yang condong terjadinya lailah Al Qadr pada tanggal 17 Ramadan, ada yang mengatakan seluruh Ramadan terdapat lailah Al-Qadr, ada yang mengatakan terdapat lailah Al-Qadr hanya di sepuluh hari terakhir saja, yang lebih spesifik mengatakan lailah Al-Qadr terdapat di bilangan ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan masih banyak pendapat ulama yang lainnya. 

    Sebenarnya hal yang harus dipahami dari lailah Al-Qadr adalah kelebihannya terletak pada pahalanya bukan kewajiban beribadahnya. Maka akan sangat keliru orang yang hanya melaksanakan kewajiban beribadah pada lailah  Al-Qadr dan meninggalkan beribadah pada waktu yang lain, dengan dalih ibadah yang dilakukan pada lailah Al-Qadr akan men-cover ibadah selama seribu bulan. 

    Jadi titik pentingnya bukan masalah mencari kebenaran pasti kapan datangnya lailah Al-Qadr. Namun bagaimana kita senantiasa istikamah dalam beribadah kepada Allah. Ibadah bukan terbatas pada bulan Ramadan saja, lebih lebih hanya sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Ibadah kepada Allah merupakan hal yang harus kita lakukan setiap waktu.

    *Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadhan di Masjid, Berikut Amalan Sunahnya

    Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadhan di Masjid, Berikut Amalan Sunahnya

    Selain itikaf, salat malam (qiyamul lail) juga sangat dianjurkan. Rasulullah SAW sangat tekun melaksanakannya di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Memperbanyak membaca dan merenungkan Al-Qur’an juga akan membawa keberkahan dan petunjuk hidup. Jangan lupakan zikir dan doa, memohon ampunan dan rahmat Allah SWT.

    Bersedekah juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan, baik berupa harta, makanan, atau bentuk lainnya. Sedekah merupakan ibadah sosial yang akan semakin bernilai di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Semua amalan ini akan semakin meningkatkan peluang kita untuk mendapatkan Lailatul Qadar dan meraih keberkahan di bulan suci ini.

    Ustaz Khalid mengingatkan bahwa waktu Lailatul Qadar dirahasiakan Allah SWT, bisa terjadi pada malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadhan. Oleh karena itu, di sepuluh hari terakhir Ramadhan, kita dianjurkan untuk lebih giat beribadah dan berdoa, memohon agar Allah SWT memudahkan kita untuk mendapatkan Lailatul Qadar.

    Masjid Istiqlal, sebagai contoh, menunjukkan kesiapannya untuk memfasilitasi jamaah yang ingin melaksanakan ibadah iktikaf. Selain itikaf, berbagai kegiatan keagamaan lain juga diselenggarakan, seperti tadarus Al-Qur’an setiap hari. Ini menunjukkan komitmen masjid untuk menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial selama bulan Ramadhan.

     

  • Investasi Saham Syariah, Strategi Terbaik Bangun Masa Depan Finansial yang Sehat – Halaman all

    Investasi Saham Syariah, Strategi Terbaik Bangun Masa Depan Finansial yang Sehat – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengusaha dan investor saham, Sandiaga Salahuddin Uno menegaskan berinvestasi di saham syariah merupakan langkah terbaik untuk membangun masa depan finansial yang sehat. 

    Ia menekankan, dengan memilih saham berbasis syariah, investor tidak hanya bisa meraih keuntungan dari dividen maupun kenaikan harga saham, tetapi juga tetap memegang teguh prinsip keuangan Islam.

    Sandiaga juga menyoroti saham-saham syariah yang masuk dalam indeks LQ45 bisa menjadi pilihan menarik bagi investor jangka panjang. Menurutnya, sektor konsumsi dan energi berbasis syariah masih memiliki potensi besar untuk berkembang.

    “Saham di sektor konsumsi dan energi yang berbasis syariah masih punya potensi besar. Ini bisa menjadi pilihan utama bagi yang ingin berinvestasi dengan prinsip halal dan berkelanjutan,” ujarnya di acara Nyantri Saham Bareng Kabar Bursa di Aula VIP Al Malik Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu 15 Maret 2025.

    Target 200 Ribu Investor Saham Syariah

    Bursa Efek Indonesia (BEI) juga tengah mencanangkan target peningkatan jumlah investor saham syariah di Indonesia pada 2025.

    Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI, Irwan Abdalloh, menyampaikan bahwa pihaknya menargetkan jumlah investor saham syariah mencapai 200 ribu pada tahun ini.

    “Kami selalu ada target jumlah investor baru dari OJK. Tapi kami pasang lebih tinggi lagi, berharap di 2025 ini bisa mendekati 200 ribu,” ujarnya.

    Hingga akhir 2024, jumlah investor saham syariah di Indonesia telah mencapai 196 ribu, dengan 90 persen di antaranya berasal dari kalangan anak muda berusia 17 hingga 35 tahun.

    Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 19 persen yang benar-benar aktif berinvestasi di pasar modal syariah.

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tingkat literasi ekonomi syariah di Indonesia baru mencapai 65 persen. 

    Sementara, total aset keuangan syariah di Indonesia telah mencapai Rp2.800 triliun, namun pangsa pasarnya masih berada di kisaran 10,35 persen hingga 11 persen, jauh di bawah Malaysia yang telah mencapai hampir 30 persen.

    Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi mengatakan sektor keuangan syariah terus bertumbuh, tapi masih banyak masyarakat yang belum memahami secara menyeluruh konsep serta manfaat dari produk-produk keuangan berbasis syariah.

    Menurutnya, tren digitalisasi membawa perubahan besar dalam pola konsumsi dan investasi masyarakat, terutama di kalangan anak muda.

    Dia juga melihat adanya fenomena seperti YOLO (You Only Live Once), FOMO (Fear of Missing Out), dan FOPO (Fear of Other People’s Opinion) yang membuat banyak generasi muda cenderung mengambil keputusan finansial tanpa pertimbangan yang matang.

    “Anak muda saat ini sangat melek teknologi, kreatif, dan cepat beradaptasi. Namun, ada fenomena seperti YOLO, FOMO, dan FOPO yang membuat mereka cenderung mengambil keputusan finansial tanpa pertimbangan matang,” ujar Ismail.

    Acara Nyantri Saham Bareng Kabar Bursa yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 15 Maret 2025, menjadi wadah bagi para ekonom, investor, dan pelaku pasar modal untuk membahas lanskap investasi di Indonesia. 

    Selain membahas kepastian hukum sebagai faktor krusial bagi investor asing, diskusi juga menyoroti bagaimana anak muda dapat memanfaatkan peluang investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global.

    Event ini diselenggarakan Kabar Bursa bekerja sama dengan Nasaruddin Umar Office (NUO) dan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), acara ini menghadirkan para ahli dan praktisi investasi untuk berbagi wawasan mengenai strategi investasi yang cerdas dan beretika.

     

     

  • Mengapa Ramadan Begitu Istimewa? Makna Puasa di Balik Perintah Ilahi

    Mengapa Ramadan Begitu Istimewa? Makna Puasa di Balik Perintah Ilahi

    Bulan Ramadan selalu dinantikan dengan penuh kerinduan, karena di dalamnya umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan dan memperbanyak ibadah. Kesempatan untuk meraih ampunan, keberkahan, dan peningkatan spiritual membuat bulan ini begitu istimewa. 

    Doa Allahumma ballighna Ramadhan (Ya Allah, sampaikanlah kami kepada bulan Ramadan) senantiasa dipanjatkan oleh mereka yang merindukan hadirnya bulan suci ini. Harapan terbesar bagi setiap Muslim adalah dapat menjalani Ramadan dengan penuh keikhlasan, memanfaatkan setiap momen untuk mendekatkan diri kepada Allah, serta meraih derajat ketakwaan.

    Puasa bukan hanya tentang menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami-istri, tetapi juga melatih kesabaran, kejujuran, serta pengendalian emosi. Dalam menjalankannya, seseorang diajak untuk lebih mawas diri, menahan amarah, menjauhi perkataan sia-sia, serta memperbaiki akhlak dalam berinteraksi dengan sesama. 

    Lebih dari sekadar ritual, puasa menjadi momentum refleksi dan transformasi diri agar setelah Ramadan berlalu, kebiasaan baik yang telah dibangun tetap terjaga. Dengan demikian, puasa bukan hanya kewajiban syariat, tetapi juga sarana pembentukan karakter dan peningkatan kualitas diri menuju kehidupan yang lebih bermakna.

    Selain itu, puasa juga mengajarkan nilai keikhlasan yang mendalam. Tidak seperti ibadah lain yang bisa terlihat oleh orang lain, puasa adalah ibadah tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah dan pelakunya. Inilah yang menjadikannya sebagai ujian ketulusan dalam beribadah. 

    Seseorang yang berpuasa dengan benar akan menumbuhkan kesadaran bahwa apa pun yang ia lakukan berada dalam pengawasan Allah, sehingga ia lebih berhati-hati dalam menjalankan kehidupannya, bahkan setelah bulan Ramadan berakhir.

    Jadwal buka puasa hari ini. – (Antara/Mohammad Ayudha)

    Banyak sekali makna rahasia di balik perintah puasa di bulan Ramadan. Salah satunya adalah menumbuhkan empati dan kepedulian terhadap sesama. Dengan menahan diri dari kenikmatan duniawi, seseorang diajak untuk lebih peka terhadap penderitaan orang lain dan menyadari bahwa kehidupan bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga tentang menyucikan hati. 

    Berpuasa mengajarkan bahwa ada orang-orang yang bahkan untuk makan sekali sehari pun harus bersusah payah. Kesadaran ini akan menumbuhkan rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan, sekaligus mendorong seseorang untuk lebih peduli terhadap mereka yang kurang beruntung.

    Secara alami, puasa juga melemahkan sifat egoisme dan keakuan dalam diri seseorang. Di bulan Ramadan, banyak orang yang lebih mudah tergerak untuk bersedekah, menyediakan makanan sahur, serta berbagi hidangan berbuka secara cuma-cuma.

    Dorongan untuk berbagi ini tidak hanya meringankan beban orang lain, tetapi juga secara perlahan mendidik hati agar menyadari bahwa segala yang dimiliki hanyalah titipan dari Allah. Dengan berbagi, seseorang belajar melepaskan ‘keakuan’ dan menggantinya dengan rasa syukur serta kepedulian yang lebih mendalam terhadap sesama.

    Saat seseorang berpuasa, ia secara naluriah berusaha menjauhi segala larangan Allah, meskipun sebenarnya ia bisa saja diam-diam makan tanpa diketahui orang lain. Namun, keyakinannya bahwa Allah senantiasa mengawasi membuatnya tetap teguh dalam ketaatan. Inilah bukti nyata bahwa puasa menanamkan kesadaran mendalam akan posisi dirinya sebagai hamba yang patuh kepada-Nya.

    Selain menjadi bulan penuh dengan kegiatan spiritual, Ramadan juga menghadirkan suasana yang unik dan berbeda dari bulan lainnya. Salah satu tradisi yang khas adalah mudik, di mana para perantau pulang ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga, menikmati sahur dan berbuka bersama dalam kehangatan yang sulit tergantikan. Keharmonisan ini tidak hanya terasa dalam lingkup keluarga, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat, terutama di Indonesia yang kaya akan budaya.

    Salah satu tradisi yang masih lestari adalah para remaja desa yang berkeliling sambil meneriakkan “Sahur! Sahur!” untuk membangunkan warga agar tidak melewatkan makan sahur. Tradisi ini bukan sekadar kebiasaan, tetapi juga simbol kebersamaan dan kepedulian sosial yang semakin mempererat tali persaudaraan di bulan yang penuh berkah ini.

    Tujuan utama puasa adalah untuk mencapai ketakwaan (la‘allakum tattaqun). Namun, keberhasilan seseorang dalam melewati bulan Ramadan bukan hanya diukur dari seberapa banyak ibadah yang dilakukan, tetapi juga dari seberapa besar perubahan positif yang terjadi dalam dirinya. Prof KH Nasaruddin Umar, M.A. dalam bukunya Kontemplasi Ramadhan mengatakan bahwa alumnus terbaik dari bulan Ramadan adalah mereka yang mampu menjabarkan keseimbangan antara kesalehan individu dan kesalehan sosial.

    Kesalehan sejati bukan hanya tentang hubungan pribadi dengan Allah, tetapi juga tentang kepedulian terhadap sesama. Betapa banyak orang yang rajin berpuasa, tetapi masih abai terhadap lingkungannya. Salat tepat waktu, tetapi masih membuang sampah sembarangan. 

    Ilustrasi berpuasa di luar negeri. – (AP/Altaf Qadri)

    Rutin ikut pengajian, tetapi enggan menolong tetangganya yang kesulitan. Kesalehan individu tanpa kesalehan sosial adalah perkara yang mustahil. Oleh karena itu, seorang Muslim sejati tidak hanya fokus memperbaiki hubungan dengan Allah, tetapi juga harus berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.

    Ramadan bukan sekadar ritual tahunan yang datang dan pergi tanpa makna, melainkan sebuah cermin yang memperlihatkan sejauh mana manusia mampu mengendalikan diri, merasakan empati, dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan serta sesama. Di bulan inilah seseorang diuji untuk melepaskan ego, meredam nafsu duniawi, serta melatih hati agar lebih peka terhadap nilai-nilai kebaikan. 

    Oleh karena itu, Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi tentang perjalanan batin yang mengajarkan makna hidup yang lebih dalam.

    Lebih dari itu, Ramadan mengajarkan bahwa perubahan tidak hanya terjadi dalam satu bulan, tetapi harus berlanjut sepanjang kehidupan. Kesalehan yang dibangun selama Ramadan seharusnya tidak luntur begitu bulan ini berakhir, melainkan menjadi titik awal untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. 

    Jika ibadah dan pengorbanan yang dilakukan selama bulan suci ini hanya bertahan sementara, maka esensi Ramadan belum benar-benar tertanam dalam diri. Maka, pertanyaannya bukan lagi apakah kita mampu menjalani Ramadan dengan baik, tetapi apakah kita mampu membawa semangat Ramadan dalam setiap langkah kehidupan setelahnya?

    Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • Puasa Ramadan Membentuk Kesalehan Spiritual dan Sosial

    Puasa Ramadan Membentuk Kesalehan Spiritual dan Sosial

    Jakarta, Beritasatu.com – Ibadah puasa di bulan Ramadan tidak hanya berdimensi spiritual  semata. Lebih dari itu, puasa Ramadan juga menjadi sarana efektif untuk  membentuk ketakwaan sosial. Konsep ketakwaan yang hakiki tidak berhenti  pada hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya, namun juga  berwujud dalam hubungan horizontal antarsesama manusia. 

    Landasan ini  ditegaskan dalam firman Allah Swt dalam QS. Al-Baqarah ayat 183:

    يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ‏ ١٨٣

    Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa  sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu  bertakwa”. 

    Takwa meliputi dua unsur yaitu unsur spiritual dan unsur sosial, oleh  sebab itu, puasa selain untuk memenuhi kewajiban sebagai umat Islam, juga  mengajarkan kita sifat-sifat mulia, yaitu kejujuran dan amanah karena ibadah  puasa merupakan interaksi antara hamba dan Tuhan semata, tidak ada  orang lain yang benar-benar tahu apakah kita berpuasa atau tidak, hanya kita dan Allah yang mengetahui. 

    Puasa juga mengajarkan kesabaran karena kita  dituntut untuk menahan hal-hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan  minum dan lain sebagainya, selain itu kita juga dituntut untuk menjauhi hal-hal membatalkan pahala puasa, seperti marah, perkataan dan perbuatan keji dan  kotor. Rasulullah SAW bersabda: 

    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلا يَرْفُثْ وَلا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ

    Puasa adalah perisai, maka jangan berkata kotor, jika ada yang mengajak  berkelahi atau mencaci maki, maka katakanlah, saya lagi berpuasa. 

    Dari hadis ini kita belajar, bahwa saat puasa kita tidak boleh membalas  cacian orang lain, juga menahan emosi saat ada yang mengajak berkelahi,  tujuannya agar tidak ada kata-kata kotor yang keluar dari lisan kita yang  berpotensi menghapus pahala-pahala puasa. Rasulullah bersabda:

    روى البخاري (1903) (6057) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْل فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ 

    Siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan kotor, maka Allah tidak butuh ia  meninggalkan makan dan minum (Allah tidak butuh puasanya) 

    Lalu kenapa Allah melarang kita dari perkataan dan perbuatan keji dan  kotor, karena Allah ingin puasa kita sempurna, Allah ingin pahala puasa kita  utuh dan sesuai dengan kepayahan kita usahakan selama satu bulan penuh,  Allah ingin pahala puasa tidak dicampur dengan hal-hal kotor, karena Allah  hanya menerima hal-hal yang baik saja, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّهَا النَّاسُ ، إِنَّ اللَّهَ طَيِّبُ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا …… رواه مسلم

    Allah zat yang baik, tidak menerima kecuali hal yang baik. 

    Bisa saja seseorang berpuasa satu bulan full, namun tidak ada yang  didapatkan dari puasanya kecuali rasa haus dan lapar saja, penyebabnya  karena saat berpuasa, tidak bisa menjaga lisan dari perkataan kotor atau  menyakitkan bagi yang lain, mata dari memandang hal-hal yang dilarang,  telinga mendengar hal-hal yang tidak baik dan anggota badan lainnya dari hal-hal  yang bisa menggagalkan pahala puasa. Rasulullah SAW bersabda:

    رُبَّ صَائِمِ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ

    Banyak orang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar 

    Perkataan dan perbuatan keji, kotor serta menyakiti orang lain dapat  menghilangkan pahala puasa serta amal saleh lainnya, bahkan bisa  memberangus semua amal baik yang pernah dilakukan selama hidup, dan  membuat pelakunya bangkrut di hari kiamat. Rasulullah SAW pernah bertanya pada  para sahabat:

    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ ” قَالُوا : الْمُفْلِسُ فِينَا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاتِهِ وَصِيَامِهِ وَزَكَاتِهِ ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا ، وَقَذَفَ هَذَا ، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا ، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا ، وَضَرَبَ هَذَا ، فَيَقْعُدُ فَيَقْتَصُّ هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْتَضَ مَا عَلَيْهِ مِنَ الْخَطَايَا ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطْرِحَ عَلَيْهِ ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ “. رواه الترميذي ومسلم وأحمد

    “Tahukah kalian, Siapakah orang yang mengalami bangkrut berat diantara  kalian?” Para sahabat menjawab pertanyaan Nabi: “Mereka adalah orang yang  tidak memiliki suatu harta apapun. Rasul menjawab, Orang yang menderita bangkrut berat dari umatku adalah orang yang dibangkitkan di hari kemudian  dengan membanggakan amal ibadahnya yang banyak, ia datang dengan  membawa pahala salatnya yang begitu besar, pahala puasa, pahala zakat,  sedekah, amal dan sebagainya. Tetapi kemudian datang pula menyertai orang  itu, orang yang dulu pernah dicaci maki, pernah dituduh berbuat jahat, orang  yang hartanya pernah dimakan olehnya, orang yang pernah ditumpahkan  darahnya. Semua mereka yang dianiaya orang tersebut, dibagikan amal-amal  kebaikannya, sehingga amal kebaikannya habis. Setelah amal kebaikannya  habis, maka diambillah dosa dan kesalahan dari orang-orang yang pernah  dianiaya, kemudian dilemparkan kepadanya kemudian dicampakkannya  orang itu ke dalam neraka” (HR. at-Tirmidzi, Muslim dan Ahmad). 

    Dari hadis ini kita bisa memahami bahwa kesalehan spiritual saja tidak  cukup, kita juga butuh kesalehan sosial. Oleh sebab itu, melalui puasa, Allah  ingin mengajarkan kesalehan sosial kepada kita, melalui rasa lapar sepanjang  siang dalam jangka waktu satu bulan penuh. Lalu selain sebuah kewajiban,  pesan apa yang Allah sematkan dalam rasa lapar kita? Yaitu rasa empati, agar  kita peduli kepada tetangga-tetangga kita yang fakir dan miskin, agar kita  merasakan (meskipun hanya sebulan) rasa lapar yang mereka alami sepanjang  hidup yang penuh kekurangan, sebagian dari mereka bahkan ada yang tidak tau  apa yang akan mereka makan besok. Sehingga dengan kita merasakan lapar  yang sama dengan mereka di bulan Ramadan ini, ada rasa empati yang timbul  di hati, untuk berbagi dari harta yang kita miliki baik di Ramadan maupun di luar Ramadan. 

    Jika yang demikian dapat kita terapkan di Ramadan ini dan bulan bulan setelahnya, maka puncak tujuan dari kewajiban puasa akan tercapai  yaitu تتقون لعلكم atau kalau dalam bahasa kita نتقي لعلنا agar kita semua menjadi  orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua,  sehingga kita tergolong orang-orang yang bertakwa.

    Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI) 

  • Ayat-ayat Ekologi: Tuntunan Al-Qur’an dalam Merawat Bumi

    Ayat-ayat Ekologi: Tuntunan Al-Qur’an dalam Merawat Bumi

    Sejak awal penciptaan Bapak Manusia pertama, para malaikat merasa khawatir terhadap kerusakan Bumi yang diperbuat oleh umat Manusia. (QS. Al-Baqarah: 30). 

    وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

    “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” 

    Namun, Allah Taala memiliki pengetahuan bahwa kerusakan di Bumi yang dilakukan oleh umat manusia dapat mereka atasi dengan mendayagunakan akal dan hati nuraninya. Allah Taala juga membekali manusia dengan isyarat dan petunjuk berupa Al-Qur’an, agar dapat memanfaatkan Bumi dan menggunakannya dengan bijak. 

    Kini, saatnya kita menyadari bahwa bumi telah mengalami krisis akut, yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem darat dan laut kita. Krisis iklim yang terjadi saat ini merupakan akibat dari sikap manusia yang tidak mempertimbangkan ayat kawniyah Allah sebagai cara untuk mengepresikan agama yang bernafaskan kesadaran spiritual-ekologis, sebagaimana surah Al-A’raf ayat (31).

    يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَࣖ

    “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

    Berdasarkan ayat tersebut dapat dirumuskan bahwa krisis iklim dan kerusakan bumi disebabkan adanya sikap berlebih-berlebihan (israf) dalam menggunakan sumber daya Alam. 

    Sikap israf atau berlebih-lebihan dapat dipahami sebagai sikap berlebihan dan melampaui batas. Dalam Mu’jam al-Arabi, Israf juga diartikan sebagai sikap lalai, kebodohan dan keteledoran. Dalam berbagai jurnal, Israf juga dipahami sebagai sikap boros. 

    Allah Taala juga menyebut Fir’aun sebagai musrifuun (Yunus: 83) yang berarti melampaui batas dan berbuat kerusakan. Menurut al-Biqa’i,  sikap israf merupakan sikap yang dapat membawa kerusakan bagi orang banyak. (Al-Biqa’i: 208) 

    Ibnu ‘Ashur mendefinisikan sikap Israf sebagai perilaku boros yang tercela karena berdampak buruk bagi Masyarakat luas. Sikap yang biasanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan dan relasi kuasa. Sikap israf sangat berbahaya jika diabaikan, khususnya bagi keberlangsungan aneka ragam hayati dan biotalaut. 

    Sikap israf juga dapat mengancam jiwa diri sendiri dan orang lain.  Misalnya, mengonsumsi makanan secara berlebihan, penambangan yang berlebihan dan lainnya.

    Tuntunan Al-Qur’an dalam Menjaga Bumi

    Al-Qur’an mengecam dengan tegas sifat israf karena akan mendatangkan kemudaratan. Al-Qur’an menyebut kata israf sebanyak 23 kali, sebagai bukti bahwa sikap ini sangat berbahaya bagi tatanan sosial maupun keberlangsungan hidup umat manusia. Krisis lingkungan yang melanda bumi ini juga disebabkan adanya sikap Israf. 

    Jika kita tidak membangun kesadaran ekologis dengan bersikap apatis dan berlagak sebagaimana orang bodoh dalam penggunaan plastik maka kita juga telah menderita sifat israf. Untuk mencegah sikap israf, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:

    1. Hemat Energi 

    Hemat energi dapat menjadi Langkah awal yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir sikap israf. Matikan semua perangkat elektronik saat tidak digunakan dan memilih perangkat elektronik yang hemat energi. Gunakan transportasi umum atau bersepeda untuk mengurangi penggunaan bahan bakar. 

    Bahan bakar merupakan hasil tambang yang diperoleh dengan cara melakukan ekskavasi secara berlebihan. Banyak tambang di Indonesia, yang tidak memperhatikan Amdal yang berlaku dan hanya bertujuan meraup keuntungan industri, tanpa memperhatikan keberlangsungan hidup manusia dan keanekaragaman hayati yang hidup didalamnya. Karena sering kali tambang dibuka dekat dengan lingkungan masyarakat. 

    Dengan adanya tambang yang diekskavasi secara berlebihan, akan merusak sumber air, kualitas tanah yang dampaknya bukan saja lingkungan, namun juga ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan mereka. Hal ini perlu menjadi kesadaran bersama, bahwa energi yang kita nikmati setiap hari telah mendatangkan petaka bagi bumi dan masyarakat yang dekat dengan area tambang. 

    2. Rencanakan Menu Makanan

    Rencanakan menu makanan dengan baik, beli bahan makanan sesuai kebutuhan, dan olah makanan yang mendekati tanggal kedaluwarsa. Sisa makanan dapat diolah kembali atau dibagikan kepada yang membutuhkan. Karena sisa makanan dapat mengeluarkan gas metana, yaitu gas yang lebih berbahaya dari karbondioksida.  

    Berdasarkan data The Economic Intelligence Unit, Indonesia dapat menghasilkan sampah makanan terbesar kedua di dunia pada tahun 2021. (Yudhistira, 2023) 

    Dengan merencanakan menu dan takaran makanan, maka akan menekan karbon makanan dari rumah. Sehingga dapat juga menekan pencemaran lingkungan dan gas rumah kaca, sehingga Bumi tidak terlalu berat menanggung rasa sakit yang telah lama dideritanya. Rasulullah SAW merupakan teladan terbaik dalam merencanakan dan menekan sampah karbon bekas makanan.  

    مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

    “Tidak ada wadah yang lebih buruk yang dipenuhi oleh manusia selain perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap saja untuk menegakkan tulang punggungnya. Namun jika ia harus makan lebih banyak, maka hendaklah sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Hakim).

    Secara prinsip dapat dipahami, bahwa Rasulullah merencanakan jumlah makanan yang masuk dalam tubuhnya. Agar terjaga kesehatan dan kekuatan beliau dalam berdakwah dan memimpin negara. Rasulullah SAW juga memberikan peringatan, bahwa jumlah takaran makanan harus direncanakan sejak awal, agar tidak terjadi mubazir yang mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan.

    3. Bijaksana dalam Penggunaan Air

    Al-Qur’an banyak menekankan pentingnya air bagi kehidupan. Salah satunya terdapat dalam Q.S. An-Nahl ayat (10).

    هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لَّكُمْ مِّنْهُ شَرَابٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ

    “Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu. Sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan yang dengannya kamu menggembalakan ternakmu.”

    Pada satu ayat ini saja, Allah telah menyinggung peranan air secara mendasar bagi manusia. Dengan demikian, manusia harus terlibat secara aktif menjaga kualitas air dan bijak dalam menggunakannya. 

    Kita dapat memulai dengan memperbaiki segera pipa yang bocor, membuka keran air tidak terlalu kencang sehingga banyak air yang terbuang. Serta menampung air Ketika hujan, sebagai cara untuk menyiram tanaman, memberi makan hewan dan sebagainya. Jika manusia bijaksana dalam menggunakan air, maka kita juga hakikatnya terlibat aktif dalam menjaga bumi kita.

    4. Kurangi Penggunaan Plastik

    Meskipun plastik sekali pakai tampak ringkas dan modern, namun faktanya plastik dapat merusak dan mengancam keanekaragaman hayati, udara, air dan tanah. Rasulullah SAW, telah memberikan petunjuk bagi kita, agar tidak menggunakan wadah yang dapat berbahaya bagi tubuh kita, seperti plastik. 

    Namun, karena belum adanya plastik di masa itu, Rasulullah melarang kita untuk minum atau menggunakan air yang dipanaskan oleh sinar matahari yang diletakkan di dalam wadah. Sebagaimana hadis beliau: 

    “Rasulullah SAW melarang minum air dari bejana yang dipanaskan oleh matahari karena bisa menyebabkan penyakit kusta.” (HR. Al-Baihaqi) 

    Hadis ini menunjukkan perhatian Rasulullah SAW terhadap kesehatan dan keselamatan umatnya. Pemanasan bejana oleh matahari dapat menyebabkan reaksi kimia yang berbahaya, terutama pada bejana yang terbuat dari bahan tertentu seperti plastik atau logam. 

    Bejana plastik yang terkena panas matahari dapat melepaskan bahan kimia berbahaya seperti BPA (bisphenol A) dan ftalat. Bahan kimia ini dapat meresap ke dalam makanan atau minuman yang disimpan dalam wadah plastik tersebut, yang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan hormon dan risiko penyakit kronis. 

    Panas di sini bukan hanya panas yang terkena sinar matahari langsung, namun juga terhadap makanan panas yang diletakkan pada wadah plastik seperti halnya styrofoam, plastik sekali pakai dan lainnya. 

    Penting, untuk mewaspadai dan memperhatikan serta menyadari pentingnya meminimalisir sekecil mungkin penggunaan plastik. Agar tubuh kita sehat, pencemaran lingkungan dan krisis iklim dapat ditekan. Penting sekali, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah untuk menerapkan aturan secara tepat tentang penggunaan plastik bagi pelaku usaha dan masyarakat. 

    5. Kelola sampah

    Mengelola sampah merupakan bentuk tanggung jawab kita sebagai manusia yang diberikan Allah mandat sebagai pengelola bumi. Allah Taala bahkan menyebut orang-orang yang tidak mengelola Bumi dan memperhatikan kebesaran Allah sebagai orang yang kufur terhadap nikmatnya. Sebagaimana firmannya dalam surat Al-Shad ayat (27-28).

    وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاۤءَ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًاۗ ذٰلِكَ ظَنُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنَ النَّارِۗ *  اَمْ نَجْعَلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَالْمُفْسِدِيْنَ فِى الْاَرْضِۖ اَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِيْنَ كَالْفُجَّارِ

    “Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya secara sia-sia. Itulah anggapan orang-orang yang kufur. Maka, celakalah orang-orang yang kufur karena (mereka akan masuk) neraka. Apakah (pantas) Kami menjadikan orang-orang yang beriman dan beramal saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Pantaskah Kami menjadikan orang-orang yang bertakwa sama dengan para pendurhaka?”

    Mengelola sampah dapat dimulai dari rumah dengan memisahkan sampah rumah tangga terbagi menjadi tiga sampah. Sampah organik, seperti kulit sayur dan buah. Sampah bekas makanan, sampah bekas makanan dapat diberikan kepada hewan peliharaan seperti ayam, bebek dan lainnya. 

    Sampah plastik recycle. Usahakan gunakan plastik yang dapat di-recycle dan setorkan kepada bank sampah atau tukang loak. Untuk sampah plastik yang tidak bisa di-recycle, sampai hari ini belum mendapatkan solusi pengelolaan yang ramah lingkungan, kecuali pabrik yang memproduksinya mampu mengolahnya kembali.

    *Penulis adalah mahasiswi Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • Pemerintah Perpanjang Libur Lebaran Sekolah Jadi 20 Hari, Dimulai 21 Maret!

    Pemerintah Perpanjang Libur Lebaran Sekolah Jadi 20 Hari, Dimulai 21 Maret!

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Agama (Kemenag) resmi memajukan hari libur Hari Raya Idulfitri 1446 H/2025 bagi sekolah. Semula, libur lebaran dimulai pada 24 Maret 2025, namun kini diubah mulai 21 Maret 2025. Alhasil, libur lebaran sekolah terhitung 20 hari. 

    Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan pihaknya mengupayakan waktu masa libur lebaran lebih panjang dalam rangka menambah rentang perjalanan mudik sehingga diharapkan dapat mengurai kemacetan. 

    “Tadinya kita sepakati edaran pertama itu tanggal 24 Maret 2025, tapi karena madrasah liburnya lebih ada hari Jumat, disitu ada hari Jumat, Sabtu ya makanya kita ubah itu menjadi 21 Maret 2025,” ujar Nasaruddin dalam keterangan resminya, Minggu (16/3/2025). 

    Imam Besar Masjid Istiqlal berharap terdapat rentang waktu untuk masyarakat dalam perjalanan mudik sehingga dapat menghindari puncak kemacetan arus mudik maupun balik lebaran 2025.

    “Dengan demikian rentang perjalanan mudik ini nanti akan lebih panjang, kurang lebih 20 hari jadi bisa lebih panjang untuk masyarakat, bisa dipakai untuk mengurai kemacetan yang bisa terjadi,” jelasnya.

    Selain itu, Kementerian Agama juga berupaya membantu kelancaran mudik dengan mengoptimalkan peran masjid sebagai posko Lebaran di jalur-jalur yang dilalui pemudik. 

    “Masjid-masjid yang dilewati jalur pemudik itu diharapkan menyiapkan air minum gratis, karena di dalam hukum Islam itu, musafir itu adalah mujahid, musafir itu sangat berpahala kita kalau kita beri makan dan beri minum,” tuturnya.

    Tak hanya itu, Menag juga mengimbau pengurus masjid untuk menyediakan berbagai fasilitas bagi pemudik, seperti dapur kecil bagi ibu menyusui, tempat istirahat, kamar khusus perempuan, serta ruang untuk mengisi daya handphone atau motor listrik. 

    “Kami mencoba untuk berkoordinasi dengan para pengurus masjid agar diperbaiki toiletnya, karena kalau kita mengandalkan semuanya di rest area, di tol-tol tertentu, itu nanti akan terjadi penumpukan. Jadi nanti kita akan menciptakan satu kondisi di masjid itu juga sebagai tempat pemberhentian yang paling bagus,” pungkasnya.

  • Simak Tips Berhasil Tukar Uang Baru Lebaran 2025 Lewat Situs Pintar BI – Halaman all

    Simak Tips Berhasil Tukar Uang Baru Lebaran 2025 Lewat Situs Pintar BI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tiara boleh bernapas lega. ‘Perjuangannya’ selama hampir 2 jam 43 menit memantau situs Pintar BI dengan alamat https://pintar.bi.go.id, akhirnya membuahkan hasil.

    Warga asal Boyolali, Jawa Tengah itu berhasil melakukan pemesanan untuk menukarkan uang baru dalam rangka Lebaran 2025.

    “Akhirnya, saya berhasil masuk ke situs Pintar BI sekitar pukul 11.43 WIB setelah terus memantau situs tersebut dari jam 9 kurang,” kata Tiara kepada Tribunnews.com, Minggu (16/3/2025).

    Diketahui, Bank Indonesia (BI) kini tak lagi membuka layanan penukaran uang baru secara langsung atau go show. 

    Semua layanan penukaran uang baru Lebaran 2025 dapat dilakukan dengan cara mendaftar dan memesan terlebih dahulu melalui situs atau aplikasi Pintar BI secara serentak di seluruh Indonesia.

    Dan pada Minggu hari ini, BI membuka layanan pemesanan penukaran uang baru untuk periode ke-III mulai pukul 09.00 WIB.

    Hanya saja, situs Pintar BI mendadak down alias tidak bisa diakses bahkan sebelum waktu pemesanan dibuka. 

    Tiara pun mengalami hal serupa. Ia juga sempat mengeluhkan susahnya mengakses layanan penukaran uang baru untuk Lebaran 2025 melalui situs Pintar BI.

    “Dari jam 9 kurang, mantengin situs Pintar BI sampai beberapa kali refresh, tetap saja nggak bisa diakses.”

    “Padahal saya sudah pakai 2 device yaitu komputer dan HP, terus buka beberapa tab,” kata dia.

    BI akhirnya mengaku, aplikasi Pintar BI mengalami kendala teknis lantaran tingginya akses.

    Bank sentral tersebut lantas mengumumkan, https://pintar.bi.go.id dapat diakses kembali pada pukul 11.00 WIB.

    “Ketika sudah jam 11.00 WIB, saya coba kembali akses pintar.bi.go.id. Saya refresh terus berkali-kali, sampe nggak kehitung lagi,” kata dia.

    Sekira 43 menit kemudian saat hampir menyerah, ia justru berhasil mengakses situs pintar.bi.go.id. Segera ia memilih provinsi dan memasukkan kota yang menjadi lokasi penukaran.

    “Tadi langsung cepet saja, ketik Surakarta di kolom kabupaten/kota, karena kalau harus cari satu per satu agak lama, takut nggak bisa diakses lagi,” tuturnya.

    Setelah meng-input kota, ia segera mengklik lokasi penukaran uang kemudian mengisi data seperti nomor KTP, nama, nomor telepon, dan alamat email.

    Tibalah saat meng-input nominal pecahan uang Rupiah yang akan ia tukarkan. Tiara sempat tertahan karena tak bisa menambahkan atau mengurangi nominal pecahan.

    “Terus ide, buka tab baru, ulang lagi dari awal milih lokasi penukaran sampai akhirnya berhasil pesan penukaran uang baru.”

    “Tadi sempat kepikiran mau refresh setelah isi data, tapi takut harus ngulang lagi, jadi saya biarin dulu saja. Ternyata ketika coba pakai tab lain, malah langsung berhasil,” kata dia.

    Tiara mengaku, jika tanpa menunggu hingga situs Pintar BI dapat diakses, ia hanya membutuhkan waktu 5-6 menit untuk melakukan pemesanan.

    “Isi datanya cepet banget. Lamanya itu ya nunggu bisa mengakses situs Pintar BI,” kata dia.

    Hal serupa juga disampaikan oleh sejumlah warganet melalui akun media sosial. Salah satunya di akun Instagram Kantor Perwakilan BI Solo.

    “Alhamdulillah Pukul 11.00wib – dapat,” tulis akun @bayuwardhana_ yang mengaku memesan uang baru senilai Rp 2.300.000.

    Kepada netizen lain yang ikut bertanya, ia mengaku tidak ada kiat khusus agar bisa ‘menembus’ situs Pintar BI. Ia hanya sering refresh ketika Pintar BI susah diakses.

    “Tidak kiat khusus kak sering-sering refresh saat akan pesan,” tambahnya.

    Hal serupa juga disampaikan warga lainnya, Arnidia yang berhasil mendaftar Pintar BI untuk tukar uang baru pada periode sebelumnya.

    Arnidia menjelaskan, website Pintar BI sempat tidak dapat diakses saat pendaftaran dibuka. Namun selang satu hingga dua jam kemudian, website tersebut kembali normal.

    Dia bisa mendaftar untuk penukaran uang baru di Kas Keliling yang tersedia di Masjid Istiqlal, Jakarta. 

    “Memang waktu awal kita buka, kan dia pembukaan jam 9 ya, itu memang benar-benar down, karena emang mungkin semua orang berebut untuk masuk ke server itu, cuma setelah kita tunggu 1 jam, 2 jam itu bisa lancar lagi,” jelasnya saat ditemui setelah menukar uang di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (10/3/2025). 

    Dia pun membagikan tips berhasil daftar penukaran uang baru melalui website Pintar BI tersebut. 

    Pertama, jangan terlalu sering refresh website. Meskipun saat awal website error, dia mengaku sempat puluhan kali me-refresh website namun website justru sulit dibuka. 

    “Jangan terlalu sering klik refresh. Jadi kalau kita sudah masuk ke menu selanjutnya, pertama kita dari home menu itu, terus kalau semuanya udah ngisi data diri, ya sudah ditunggu aja, jangan kebanyakan di-klik.”

    “Nanti dia secara otomatis akan loading sendiri kalau servernya sudah benar,” ucapnya dikutip dari Kompas.com.

    Kedua, dia menyarankan agar membuka website di banyak jendela atau tab browser. 

    “Kalau bisa jangan buka cuma 1 tab doang, mengandalkan 1 tab doang. Jadi dicoba kalau semuanya yang 1 stuck error, jadi coba di tab baru lagi,” kata dia. 

    Dengan cara itulah dia berhasil mendaftar penukaran uang baru di BI. Menurutnya, penukaran uang di BI cukup memudahkan karena tidak perlu antre panjang dan tidak dikenakan biaya admin.

    Masyarakat tak perlu khawatir jika pada “war” penukaran uang baru pada periode kali ini, tidak berhasil.

    Sebab, BI masih membuka layanan penukaran uang baru untuk periode ke-IV.

    Pendaftaran penukaran uang baru untuk periode IV akan dibuka pada Minggu, 23 Maret 2025 pukul 09.00 WIB, dengan masa penukaran 24-27 Maret 2025.

    Proses pendaftaran juga tetap dilakukan melalui situs https://pintar.bi.go.id. Masyarakat hanya perlu menyiapkan data diri.

    Berikut cara tukar uang baru untuk Lebaran 2025 melalui pintar.bi.go.id di HP, dikutip dari akun Instagram Kantor Perwakilan BI Solo:

    Buka website PINTAR di https://pintar.bi.go.id.
    Pada halaman utama PINTAR, klik menu “Penukaran Uang Rupiah Melalui Kas Keliling”.
    Pilih provinsi tempat Anda tinggal lalu pilih lokasi dan waktu penukaran.
    Isi data pemesan sesuai dengan kartu identitas dan input nominal pecahan uang Rupiah yang akan ditukarkan.
    Download dan simpan bukti pemesanan yang dikirimkan melalui email.
    Datang ke lokasi penukaran pada tanggal dan waktu yang ditentukan dengan membawa KTP asli beserta bukti pemesanan.

    Bukti pemesanan memuat informasi kode pemesanan, nama penukar, lokasi penukaran, jadwal penukaran, serta jumlah uang yang akan ditukarkan.

    Yang perlu diperhatikan, BI membatasi jumlah uang yang akan ditukarkan.

    Masyarakat dapat memilih pecahan yang akan ditukarkan dengan jumlah maksimal per pecahan sebagaimana rincian berikut:

    Pecahan: Rp 50 ribu 
    Bilyet: 30
    Nominal: Rp 1.500.000
    Pecahan: Rp 20 ribu 
    Bilyet: 25 
    Nominal: Rp 500.000
    Pecahan: Rp 10 ribu 
    Bilyet: 100 
    Nominal: Rp 1.000.000
    Pecahan: Rp 5 ribu 
    Bilyet: 200
    Nominal: Rp 1.000.000
    Pecahan: Rp 2 ribu 
    Bilyet: 100
    Nominal: Rp 200.000
    Pecahan: Rp 1.000
    Bilyet: 100
    Nominal: Rp 100.000

    (Tribunnews.com/Sri Juliati)

  • Keutamaan Puasa Ramadan dalam Perspektif Tafsir Klasik dan Kontemporer

    Keutamaan Puasa Ramadan dalam Perspektif Tafsir Klasik dan Kontemporer

    Ramadan adalah bulan suci yang ditunggu-tunggu umat Islam. Sebelum memasuki bulan ini, umumnya umat Muslim mempersiapkan hati, niat dan ilmu yang berkaitan dengannya. Begitu pula dengan segala keutamaannya, sehingga bisa benar-benar memaksimalkan kesempatan emas sebulan penuh tanpa sia-sia.  

    Pada bulan ini, Allah mewajibkan ibadah puasa sebulan penuh sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat (183): 

    يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

    “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.”

    Ayat ini memberi makna bahwa puasa bukan hanya kewajiban ritual, namun juga memiliki  tujuan utama yaitu membentuk ketakwaan. Tafsir klasik dan kontemporer memberikan berbagai pandangan mengenai keutamaan puasa Ramadan, baik dari segi pahala, manfaat  spiritual, hingga dampak sosialnya. 

    Keutamaan Puasa dalam Tafsir Klasik (Tafsir Ibnu Katsir) 

    Dalam kitab tafsirnya, imam Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa Allah memerintahkan puasa bagi  orang-orang yang beriman. Makna puasa sendiri adalah menahan diri dari makan, minum,  berhubungan badan, dengan niat yang murni karena Allah جل جلاله. 

    Berpuasa mengandung hikmah dalam membersihkan dan menyucikan jiwa serta membebaskannya dari hal-hal negatif, baik  bagi kesehatan tubuh maupun akhlak. Allah menegaskan bahwa sebagaimana puasa diwajibkan bagi umat Islam, kewajiban ini juga telah diterapkan pada umat-umat sebelumnya. 

    Dengan adanya teladan dari generasi terdahulu, hal ini menjadi dorongan bagi umat islam untuk menjalankan ibadah puasa dengan lebih sempurna dibandingkan yang telah dilakukan oleh umat sebelumnya.  

    Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa puasa Ramadan memiliki tujuan yang sangat  penting yaitu untuk menumbuhkan ketakwaan dalam diri seorang Muslim. Beliau menafsirkan  ُكْم تَتَّقُو َن kataَّلَعَ ل (agar kamu bertakwa) karena dengan berpuasa dapat menyucikan jiwa dan mempersempit jalan setan, sebagaimana dalam sebuah hadis di dalam kitab sahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :  

    يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

    Hai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu memberi nafkah, maka kawinlah; dan  barang siapa yang tidak mampu (memberi nafkah), hendaklah ia berpuasa, karena  sesungguhnya puasa merupakan peredam baginya. 

    Dalam tafsirnya terhadap ayat (185) dari Surah Al-Baqarah: 

    شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ

    “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk  bagi manusia serta penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil), barang siapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di  bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” 

    Allah جل جلاله mengistimewakan bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lainnya karena dalam bulan inilah Al-Qur’an yang mulia diturunkan. Sebagaimana Allah menetapkan Ramadan sebagai waktu turunnya Al-Qur’an, dalam hadis juga disebutkan bahwa kitab-kitab Allah lainnya pun diturunkan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW pada bulan yang  penuh berkah ini. 

    Keutamaan Puasa dalam Tafsir Kontemporer 

    Dalam kajian tafsir modern, puasa tidak hanya dilihat dari aspek spiritual, tetapi juga dari  perspektif sosial dan kesehatan. Beberapa penelitian dalam jurnal ilmiah menyoroti beberapa aspek berikut: 

    1. Puasa sebagai Sarana Pembersihan Diri 

    Beberapa kajian tafsir modern menyebutkan bahwa puasa memiliki dampak positif dalam membentuk disiplin diri dan mengurangi kecanduan terhadap hal-hal yang merusak tubuh seperti makanan berlebihan, rokok, dan kebiasaan buruk lainnya. 

    Puasa juga mengajarkan kesabaran dan kepedulian sosial terhadap sesama, terutama terhadap mereka yang kurang mampu. 

    2. Dampak Sosial Puasa 

    Dalam kajian tafsir kontemporer, puasa dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan solidaritas sosial. Dengan menahan diri dari makanan dan minuman, seseorang lebih  dapat merasakan penderitaan kaum fakir miskin. Karena jika setiap harinya hidup berkecukupan atau bahkan lebih, mesti tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya orang-orang fakir menjalani hari-hari mereka yang penuh kekurangan. 

    Hal ini mendorong kita sebagai umat Islam untuk lebih banyak berbagi dan bersedekah selama bulan Ramadan dan diharapkan menjadi kebiasaan baik yang akan terus berjalan bahkan setelah Ramadan berakhir. 

    3. Manfaat Kesehatan Puasa 

    Dalam sebuah jurnal yang berjudul “Puasa Ramadhan dalam Perspektif Kesehatan” yang ditulis oleh Sumarno Adi Subrata, ia menjelaskan bahwa puasa Ramadan selain  memiliki manfaat untuk membentuk Muslim yang bertakwa, juga memiliki manfaat  dari sisi kesehatan mulai dari kesehatan saraf mata, ibu hamil, pasien dengan diabetes,  gangguan fungsi renal, gangguan kolesterol dan obesitas, hormon kortisol, sistem  kekebalan subuh, pasien dengan ulkus peptikum, dan pasien dengan kanker. 

    Analisis Komparatif 

    Puasa Ramadan memiliki keutamaan yang dibahas secara luas dalam berbagai tafsir, baik klasik maupun kontemporer. Meskipun kedua pendekatan ini berlandaskan pada sumber yang  sama, yakni Al-Qur’an dan hadis, terdapat perbedaan dalam cara pemaknaan dan penekanannya. 

    Tafsir klasik lebih banyak berfokus pada aspek spiritual dan ibadah puasa sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah. Sedangkan tafsir kontemporer melihat dengan berkembangnya zaman dan teknologi, ia tetap mempertahankan aspek spiritual dari puasa, namun juga mengaitkannya dengan ilmu pengetahuan modern, baik dalam bidang sosial  maupun kesehatan. 

    Dengan pendekatan yang lebih kontekstual, tafsir kontemporer membantu umat Islam memahami relevansi puasa dalam kehidupan modern tanpa menghilangkan esensi spiritual yang telah ditekankan dalam tafsir klasik.

    Kesimpulan  

    Berdasarkan kajian tafsir klasik dan kontemporer, dapat disimpulkan bahwa puasa memiliki  berbagai keutamaan yang relevan dengan kehidupan modern, di antaranya: 

    Penguatan Spiritual: Puasa membangun kedisiplinan dan ketakwaan kepada Allah. Peningkatan Kesehatan: Studi ilmiah membuktikan bahwa puasa memiliki manfaat  kesehatan yang signifikan. Kesejahteraan Sosial: Puasa meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap kaum duafa. Kontrol Diri: Puasa melatih kesabaran dan kemampuan menahan diri dari hawa nafsu.

    *Penulis adalah mahasiswi Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)