Ponorogo (bertajatim.com) – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, pada Sabtu (17/5/2025) sore memicu terjadinya bencana longsor di Dukuh Semenok, Desa Ngebek.
Sebuah tebing setinggi 10 meter dan lebar 15 meter yang berada di belakang rumah Kepala Desa Ngebel, Suprianto (40), ambruk dan langsung menimpa dapur rumahnya.
Insiden ini menyebabkan empat orang mengalami luka-luka. Saat kejadian, dapur rumah dalam kondisi ramai karena sedang digunakan untuk kegiatan gotong royong menyiapkan konsumsi rapat persiapan acara bersih desa yang dijadwalkan berlangsung pada 23 Mei mendatang.
“Saat itu kami sedang menyiapkan konsumsi rapat untuk acara bersih desa tanggal 23 Mei nanti,” ungkap Endah Maya Sari (39), istri Suprianto, saat ditemui pada Minggu (18/5/2025).
Endah juga menjadi salah satu korban dalam insiden ini. Ia menceritakan detik-detik longsor terjadi. Menurutnya, suara gemuruh terdengar dari arah belakang dapur sebelum akhirnya tebing longsor dan menimpa bangunan dapur tempat mereka berkumpul.
“Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari belakang, lalu tebing runtuh, menimpa dapur tempat kami berada,” katanya.
Dari delapan orang yang berada di lokasi saat kejadian, empat orang berhasil menyelamatkan diri. Sementara empat lainnya, termasuk Endah, mengalami luka akibat tertimpa material longsor.
Dua korban lainnya adalah Sarilah (60) dan Untari (43), yang mengalami luka ringan. Sedangkan Meisya (9), putri Suprianto, mengalami luka sobek di kaki dan trauma. Meisya sempat mendapatkan perawatan medis di puskesmas dan kini diungsikan ke rumah neneknya demi pemulihan.
Sekretaris Desa Ngebel, Sarwo, membenarkan bahwa hujan dengan intensitas tinggi mengguyur kawasan tersebut sejak siang hingga sore hari. Ia menduga hujan deras menjadi penyebab utama terjadinya longsor karena kondisi tanah yang labil.
“Tebing itu memang berada persis di belakang rumah Pak Kades, dan tanahnya labil. Kejadian peringatan bagi kita semua agar lebih waspada,” ujar Sarwo.
Pasca kejadian, warga setempat langsung bergerak cepat melakukan evakuasi dan gotong royong membersihkan puing-puing bangunan. Banyaknya material longsor membuat proses pembersihan berlangsung hingga malam.
Kegiatan gotong royong dilanjutkan keesokan harinya untuk memastikan lingkungan kembali aman dan bersih. “Hari ini dilanjutkan lagi, warga gotong royong membersihkan material longsorannya,” pungkas Sarwo.
Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat di wilayah rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat musim hujan. [end/suf]
