Target Lifting 1 Juta Barel Minyak Mundur Jadi 2033, Masih Realistis Tercapai?

17 March 2024, 19:30

Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHERencana jangka panjang alias Long Term Plan (LTP) lifting minyak nasional sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) di tahun 2030 akan dikaji ulang. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan, target tersebut bisa mundur 2-3 tahun alias menjadi tahun 2033.Menurut SKK Migas, jalan terjal menuju target tersebut disebabkan operasional hulu migas terkendala pandemi COVID-19 selama 2 tahun. Pandemi juga membuat banyak proyek yang seharusnya sudah on stream, akhirnya tertunda.Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Moshe Rizal, menilai target 1 juta barel sebenarnya sudah sulit sejak awal, terlepas ada atau tidaknya pandemi COVID-19.“Mau ada pandemi atau tidak ada pandemi, kalau mau mendapatkan 1 juta barel itu di tahun 2019 atau 2018 seharusnya (produksi) sudah mulai naik. Bukannya turun terus,” jelasnya kepada kumparan, Minggu (17/3).Adapun realisasi lifting minyak sepanjang tahun 2023 mencapai 605 ribu BOPD. Sementara target lifting minyak di tahun 2024 sesuai APBN sebesar 635 ribu BOPD dan berdasarkan work, program, and budget (WPnB) targetnya 596 ribu BOPD.Petani mencangkul sawah dengan latar belakang sumur eksplorasi East Pondok Aren (EPN)-001 di WK PEP Tambun Field, di Desa Sukawijaya, Tambelang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (20/12/2023). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTOMandeknya lifting minyak nasional, kata Moshe, disebabkan penurunan alamiah dari lapangan-lapangan migas eksisting dan belum ada lagi penemuan besar (giant discovery) cadangan minyak yang bisa menopang penurunan tersebut.Dengan demikian, jika pemerintah masih setia dengan peta jalan bisnis apa adanya (business as usual) tanpa ada upaya dan inovasi baru, maka target LTP tetap akan sulit tercapai meskipun sudah mundur menjadi 2033.“Kalau dibilang mundur 3 tahun ya saya lihat ini makin lama makin pesimis kita jadinya. Cuma memang harapan kita sih bisa tercapai. Tapi kalau seperti ini terus kondisinya tanpa ada kemajuan, business as usual ya saya kurang bisa percaya untuk bisa tercapai,” tegas Moshe.Menurutnya, penambahan produksi hingga 400-500 ribu BOPD masih sulit tercapai dalam waktu 10 tahun ke depan. Ada dua kunci untuk bisa mengejar ketertinggalan ini, yaitu semakin gencar eksplorasi dan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).“Belum ada yang buat kita yakin bisa mencapai 1 juta dalam waktu 10 tahun. Susah, tidak mudah karena lapangan kita sudah depleted, sudah tua atau mature. Produksinya sudah mulai menurun secara alamiah,” tuturnya.“Memang harus ada tambahan teknologi. Jadi dua hal, eksplorasi sama EOR. Dua hal itu bisa menaikkan produksi, kalau cuma mengerem penurunan ya kita bisa mengebor sebanyak-banyaknya, kalau menaikkan produksi EOR sama eksplorasi,” tambah Moshe.Sementara itu, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan Indonesia harus menemukan setidaknya dua penemuan cadangan besar baru untuk bisa mengejar target LTP di tahun 2033.Keduanya, kata Komaidi, harus setara Blok Rokan yang saat ini merupakan produsen minyak terbesar sekitar 160 ribu BOPD, atau Lapangan Banyuurip di Blok Cepu yang merupakan produsen minyak terbesar kedua dengan kisaran produksi 145 ribu BOPD.Lapangan Banyu Urip yang dioperasikan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Jumat (1/3/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan“Jadi ini akan tercapai sebenarnya kalau kita menemukan Rokan ada 1 lagi, Banyuurip ada 1 lagi, jadi itu baru bisa. Tapi kalau tidak ada cadangan sebesar itu ya mengoptimalkan lapangan yang sudah ada mungkin hanya tercapai di tahun tertentu, habis itu turun lagi,” jelas Komaidi.Dia menilai, investasi hulu migas saat ini masih fokus kepada kegiatan eksploitasi yang mitigasi risikonya lebih kecil dibandingkan eksplorasi. Hal ini kemudian menyebabkan minimnya penemuan cadangan minyak.Dengan begitu, dia berharap dengan kajian ulang LTP SKK Migas bisa sekaligus menyertai peta jalan yang lebih detail sehingga target ini tidak terkesan mengawang-awang lagi.“Sekarang ada indikasi mungkin tidak dicapai di 2030, akan diundur, tapi kalaupun diundur 3-5 tahun tapi roadmap-nya juga belum jelas kemungkinan nanti dijadwal ulang, akan diundur lagi,” katanya.“Memang agak sulit ya lapangan-lapangan kita sudah dalam fase menurun sementara cadangan-cadangan untuk kompensasi roadmap-nya tidak jelas,” pungkas Komaidi.

Partai

K / L

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi