Jakarta, CNBC Indonesia – Kerusakan Bumi kian parah. Bahkan banyak tanda-tanda vital yang ditemui jauh lebih buruk dari yang tercatat sebelumnya.
Sebuah laporan menyebutkan 25 dari 35 tanda vital tahun lalu lebih buruk dari yang tercatat sebelumnya. Tanda vital Bumi menggambarkan sinyal “kiamat” perubahan iklim akibat pemanasan global. Ini termasuk terkait kadar karbon dioksida dan populasi manusia.
Laporan itu juga menyebutkan suhu permukaan Bumi dan laut telah mencapai titik tertingginya. Ini terjadi karena pembakaran bahan bakar fosil yang mengalami peningkatan.
Populasi manusia dan jumlah sapi serta domba meningkat, masing-masing 200 ribu dan 170 ribu ekor per hari. Akibatnya, rekor emisi gas rumah kaca pecah berkali-kali.
Para ilmuwan juga mencatat pemanasan global mengakibatkan cuaca ekstrem terjadi di seluruh dunia. Mulai dari badai hingga kejadian panas ekstrem.
“Kita berada di tengah pergolakan iklim yang membahayakan kehidupan Bumi yang belum pernah dilihat manusia sebelumnya,” kata pemimpin kelompok ilmuwan itu, William Ripple dari Oregon State University, dikutip dari The Guardian, Selasa (26/11/2024).
“Kelebihan ekologi, mengambil lebih dari yang diberikan Bumi, mendorong planet ini dalam kondisi iklim mengancam dari aapun yang disaksikan orang prasejarah,” ucapnya menambahkan.
Dia juga mengatakan dampak dari perubahan iklim pada manusia. Yakni jutaan orang bahkan mencapai miliaran orang berpotensi mengungsi, yang pada akhirnya bisa menyebabkan ketidakstabilan geopolitik yang lebih besar.
Di tengah situasi ini, penggunaan batu bara, minyak dan gas masih mendominasi tahun lalu. Ini terjadi meski di sisi lain ada pertumbuhan sebesar 15% pada penggunaan energi angin dan Matahari.
Para ilmuwan menilai tindakan tegas bisa melindungi Bumi dan mencegah manusia lebih menderita lagi. Pada akhirnya memastikan generasi berikutnya hidup dalam dunia yang lebih layak huni.
(dem/dem)