Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Tanda ‘Kiamat’ Kalau Aurora Sampai ke Indonesia

Tanda ‘Kiamat’ Kalau Aurora Sampai ke Indonesia

Jakarta

Kata ilmuwan, mungkin saja fenomena aurora terlihat di negara khatulistiwa termasuk Indonesia, tapi ada risikonya. Dampak yang terjadi adalah ‘kiamat’ pada satelit atau kiamat internet.

Seperti disampaikan oleh Guru Besar Astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB) Dhani Herdiwijaya dalam unggahan Bosscha Observatory, aurora pernah terlihat di Jepang. Kejadiannya pada 1858, usai badai matahari terkuat yakni Badai Carrington.

“Untuk kenampakan aurora, berdasarkan sejarahnya bisa sampai ke Jepang (lintang 20-an derajat), yaitu pada saat badai Matahari terkuat yang tercatat tanggal 1-2 September 1859,” ungkap Prof Dhani.

[Gambas:Instagram]

Belum ada laporan aurora sampai ke ekuator, walaupun aurora sampai ke Jepang. Akan tetapi, tak tertutup kemungkinan bahwa fenomena tersebut sampai ke wilayah-wilayah di garis ekuator. Catatannya, badai matahari yang terjadi harus lebih kuat dari badai tahun 1859.

“Tapi jika itu terjadi di era sekarang, boleh dipastikan akan terjadi kiamat satelit/kiamat internet, artinya lebih dari 80 persen satelit akan mati,” terangnya.

Dikutip dari CNN Indonesia, badai matahari 1859 adalah tsunami antariksa terbesar yang pernah tercatat sejauh ini. Saat itu, astronom dibuat takjub dengan penambahan jumlah bintik di piringan Matahari. Di antara ilmuwan ini, ada Richard Carrington, yang mana pengamat langit amatir di sebuah kota kecil bernama Redhill, dekat London, Inggris.

Pada 1 September 1859, Carrington dibutakan oleh kilatan cahaya yang tiba-tiba saat membuat sketsa bintik Matahari. Ia menggambarkannya sebagai ‘suar cahaya putih’. Fenomena itu berlangsung sekitar 5 menit. Suar tersebut kemudian diketahui sebagai Lontaran Massa Korona (Coronal Mass Ejection/CME). Dalam waktu 17,6 jam, CME melintasi lebih 150 juta kilometer antara Matahari dan Bumi dan melepaskan kekuatannya ke Bumi.

Selang sehari dari kejadian itu, Bumi mengalami badai geomagnetik. Badai itu memicu kekacauan sistem telegraf dan pemandangan aurora di daerah tropis terjadi, bukan suatu hal yang lazim terjadi. Fenomena ini pun tercatat sebagai Badai Matahari paling dahsyat sejauh ini.

(ask/fay)