Jombang (beritajatim.com) – Tanah retak akibat guyuran hujan deras terjadi di Dukuh Jumok Dusun Semberlamong Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang, Kamis (7/3/2024). Sebanyak 10 rumah yang ada di sekitar lokasi rusak.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, warga yang menghuni rumah tersebut meninggalkan lokasi. Mereka mengungsi ke rumah kerabat terdekat. Sebanyak 10 rumah tersebut kondisinya cukup parah. Ada yang temboknya merekah, ada pula yang gentingnya mulai rontok.
“Tidak ada korban jiwa. Namun sebanyak 10 rumah di Dukuh Jumok kondisinya rusak. Karena hujan deras semalam menyebabkan tanah di lokasi retak,” kata Sekretaris FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) Kabupaten Jombang Amik Purdinata.
Amik menjelaskan, sebelumnya atau sekitar tahun 2022, pemukiman warga di Dukuh Jumok memang dalam intaian bencana. Tanah di lokasi mengalami retak-retak. Demikian juga dengan pemukiman warga setempat.
FPRB bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang dan Jawa Timur kemudian melakukan mitigasi bencana di dusun tersebut. Di antaranya, memberikan pelatihan tanggap bencana kepada warga.
Termasuk juga penelitian yang dilakukan tim ahli dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya terkait munculnya retakan belasan bangunan rumah warga di Dusun Jumok. Penelitian dilakukan sejak 24 Mei hingga 24 Juni 2023.
FPRB bersama BPBD Jombang juga memasang Early Warning System (EWS) alias alat sistem peringatan dini untuk mengukur potensi gempa. Alat yang dipasang itu akan berbunyi jika terjadi getaran pada tanah.
“Semalam tembok rumah warga ada yang rintuh. Makanya warga langsung meninggalkan lokasi. Warga sudah tanggap akan datangnya bencana. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu,” ujar Sekretaris FPRB Jombang ini menegaskan.
Dia mengungkapkan, pada Rabu malam, hujan deras mengguyur kawasan Wonosalam dan sekitarnya. Nah, air hujan tersebut mengisi tanah retak di Dukuh Jumok. Semakin malam semakin deras. Kemudian tanah merekah seperti teriris.
Itu berdampak pada bangunan rumah warga yang sudah retak. Warga kemudian mengemasi barang-barang berharga. “Mulai semalam sudah mengungsi. Karena jika tetap tinggal di sana, sangat berbahaya,” ujar Amik. [suf]