Tak Hanya Michelin, Pabrik Ban di Citeureup Rumahkan 100 Karyawan

Tak Hanya Michelin, Pabrik Ban di Citeureup Rumahkan 100 Karyawan

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) mengungkapkan ada produsen ban lainnya yang juga merumahkan sejumlah karyawannya, selain PT Multistrada Arah Sarana Tbk (Michelin Indonesia) yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sebanyak 280 pekerja.

Ketua Umum APBI Aziz Pane mengatakan, pabrikan ban terpaksa mengambil keputusan untuk mengurangi tenaga kerja, seiring dengan lesunya kondisi pasar dalam negeri yang memberikan tekanan pada industri ban nasional.

“Ada lagi anggota APBI yang merumahkan karyawannya sekitar 100 orang karena keadaan pasar dalam negeri tidak membaik,” ujar Aziz kepada Bisnis, Senin (3/11/2025).

Kendati demikian, Aziz tak menyebut secara gamblang perusahaan ban apa yang dimaksud. Dia hanya memberi bocoran bahwa perusahaan ban tersebut berlokasi di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 

“Memang ada satu lagi pabrik ban di Citeureup yang saat ini merumahkan sebagian karyawannya, tetapi sepertinya ini hanya bersifat sementara,” jelasnya.

Asosiasi pun mendorong perusahaan ban lainnya untuk tetap membuka ruang dialog dan negosiasi dengan para pekerja guna menghindari terjadinya PHK. Salah satu opsinya, kata Aziz, karyawan dirumahkan sementara sembari menunggu kondisi membaik, lalu dipekerjakan kembali dengan gaji yang dinegosiasikan ulang.

Berdasarkan penelusuran Bisnis, ada sejumlah pabrik ban yang berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Misalnya, PT Elangperdana Tyre Industry yang memiliki pabrik seluas 208.000 meter persegi di lokasi tersebut. Pabrik ban itu memproduksi merek Accelera dan Forceum.

Selain itu, ada juga PT Indo Kordsa Tbk. (BRAM) yang berlokasi di Citeureup, Bogor. Bidang usaha perseroan meliputi produksi kain ban, benang nilon dan polyester, benang serat industri atau benang filamen buatan.

Tak ketinggalan, ada pula PT Banteng Pratama Rubber yang memiliki pabrik di lahan seluas 10 hektare di Citeureup, Bogor. Pabrik tersebut mempekerjakan lebih dari 1.500 karyawan untuk memproduksi ban motor merek Mizzle serta ban sepeda merek Luckystone.

“Penyebab utamanya adalah daya beli masyarakat yang sedang melemah, seiring dengan lesunya kondisi ekonomi global. Harapannya, situasi bisa mulai membaik di akhir tahun ini. Kalau tidak, kondisinya bisa makin berat,” kata Aziz.

Selain itu, lanjutnya, produk ban dari China terus masuk dengan harga jauh lebih murah. Hal ini terjadi karena pasar dunia juga sedang lesu sehingga stok ban asal China yang melimpah dialihkan ke negara lain, termasuk Indonesia. 

“Apalagi di Indonesia sendiri ada sekitar 33 pelabuhan yang tidak terawasi dengan baik sehingga impor ilegal cukup mudah masuk,” pungkasnya.