PIKIRAN RAKYAT – Gencatan senjata di Gaza menimbulkan serangan Israel dibelokkan ke arah Tepi Barat yang diduduki, salah satunya kota Jenin. Terbaru, Perdana Menteri Israel Penjajah kirim tiga tank Israel masuk ke kota tersebut.
Tank tempur sudah berkeliaran sejak Senin. Sambil merekam, warga Palestina Ahmed al-Amouri (56) mengirimkan pesan pada Netanyahu. Ia mengenang, terakhir kali tank muncul di sana lebih dari dua dekade lalu, ketika Israel Penjajah berusaha menghancurkan Intifada kedua tahun 2002.
Ia bergabung dengan orang-orang yang menonton dan berswafoto di depan kendaraan lapis baja itu, bahkan ikut melemparkan batu ke arah tank saat mereka memasuki Jenin.
“Tidak ada gunanya membawa tank itu sampai ke sini. Kota ini kosong!” kata ayah dari lima anak tersebut, dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 27 Februari 2025.
“Saya dan ribuan orang lainnya sudah diusir, dan kecuali mereka bertarung melawan iblis mereka sendiri, mereka tidak akan menemukan siapa pun di kamp yang bisa diajak bertarung,” ujarnya menambahkan.
Ia mengikuti tank-tank tersebut dari Wad Burkeen, desa tempatnya tinggal sekarang, sekitar 10 menit berjalan kaki dari kediamannya di kamp Jenin, yang secara terpaksa ia tinggalkan bersama 14 anggota keluarganya sejak 26 Januari.
Kamp pengungsi di Tepi Barat sejatinya telah menampung ribuan warga Palestina, yang nenek moyangnya diusir oleh kelompok Zionis untuk memberi jalan bagi deklarasi negara Israel pada tahun 1948.
Selama bertahun-tahun, perlawanan bersenjata muncul di sana. Pada tahun 2002, saat tank-tank Israel meratakan gang-gang di kamp-kamp ini, para pejuang siap dengan jebakan dan serangan mendadak.
Namun, saat tiga tank memasuki Jenin minggu ini dan diparkir di kawasan Al-Jabriyat, tidak ada perlawanan sama sekali. Jenin tak ubahnya kota mati.
Politik, Bukan Taktik
Pengerahan tank ini terjadi setelah lebih dari sebulan serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki. “Operasi Tembok Besi” itu dimulai tepat setelah gencatan senjata tercapai di Gaza.
Menurut para analis, motivasi Israel lebih bersifat politik daripada keamanan, dilihat sebagai langkah untuk meredakan kemarahan politisi sayap kanan Israel yang kesal dengan gencatan senjata tersebut.
Serangan di Tepi Barat telah menewaskan sedikitnya 61 orang dan mengungsi lebih dari 40.000 orang sejak akhir Januari.
“Perang di Gaza dan sekarang di Tepi Barat adalah bagian dari strategi hukuman kolektif Israel,” kata anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Wasel Abu Yousef.
Menurutnya, langkah ini akan membuka jalan bagi pembangunan pemukiman ilegal Israel yang lebih banyak lagi.
“Penghancuran kota-kota Palestina dan pengusiran penduduk adalah taktik politik yang dirancang untuk memperketat cengkeraman Israel di wilayah yang diduduki,” tutur dia. ****
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News
