Jakarta, CNN Indonesia —
Israel dan Hamas sepakat melakukan gencatan senjata selama empat hari pada 24-27 November lalu.
Setelah empat hari, gencatan senjata diperpanjang lagi selama dua hari.
Gencatan senjata ini disetujui setelah berminggu-minggu negosiasi, yang ditengahi Qatar hingga Mesir.
Israel mau membebaskan 150 tahanan Palestina apabila Hamas melepaskan 50 sandera. Dalam kesepakatan ini, kedua belah pihak juga setuju untuk mengizinkan truk-truk bantuan kemanusiaan yang mengangkut makanan, air, hingga gas memasuki Gaza.
Mereka juga sepakat tidak saling menyerang dan menghentikan aktivitas udara serta darat.
Kesepakatan gencatan senjata itu pun berjalan baik hingga hari terakhir pada 27 November. Israel dan Hamas lantas kembali bernegosiasi untuk perpanjangan durasi gencatan senjata di Gaza, yang tentunya dimediasi Qatar lagi.
Qatar lantas mengumumkan bahwa keduanya setuju memperpanjang gencatan senjata sementara selama dua hari mulai 28-19 November.
Sejak pertama berhasil memediasi negosiasi, sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, mengucapkan terima kasih kepada Qatar karena sukses membuat kedua pihak yang bertikai itu menjatuhkan sementara senjata mereka. Ucapan itu kembali disampaikan setelah Qatar berhasil memperpanjang gencatan senjata lagi kali ini.
Qatar nyatanya bisa melunakkan hati Israel yang dari awal ogah gencatan senjata. Hal ini menjadi sorotan lantaran Qatar selama ini tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel.
Sementara itu, Qatar juga menyatakan tak mendukung serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Lantas kenapa Qatar bisa menjadi mediator untuk Israel-Hamas?
Qatar mampu memainkan peran ini karena menjadi rumah bagi pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah, yakni pangkalan udara Al-Udeid. Qatar bisa memediasi Israel-Hamas salah satunya karena menjalin hubungan baik dengan AS.
Dilansir dari NPR, Qatar juga menjadi markas bagi para pemimpin Hamas. Menurut seorang pejabat Qatar yang meminta anonim, kantor politik Hamas di Doha dibuka lebih dari satu dekade lalu dengan berkoordinasi dengan AS.
Pejabat itu menerangkan AS telah meminta Qatar untuk membangun jalur komunikasi tak langsung dengan Hamas. Hal ini dilakukan karena status Hamas yang dicap AS sebagai organisasi teroris.
Qatar juga sudah lama menjadi tuan rumah atau pihak yang bicara langsung dengan kelompok-kelompok yang tidak ingin ditangani langsung oleh AS dan Eropa dalam negosiasi yang sulit.
Ini membantu memberi pengaruh bagi Qatar sebagai pemain kunci di panggung global dan mempererat hubungan Qatar dengan berbagai pemain lainnya mulai dari AS hingga Iran.
Sementara itu, pangkalan udara AS di Qatar juga digunakan oleh AS dan lainnya untuk meluncurkan serangan udara terhadap kelompok milisi di Irak dan Suriah.
Lebih jauh, Qatar turut berperan penting dalam mengevakuasi orang-orang dari Afghanistan dua tahun lalu, selama evakuasi yang dilakukan AS dari negara itu usai Afghanistan diambil alih lagi oleh Taliban.
Qatar pun menjadi tuan rumah pembicaraan damai antara AS dan Taliban serta pertemuan-pertemuan lainnya.
Menurut NPR, Doha juga telah membantu membebaskan sandera Barat dari kelompok ekstremis di Suriah dan baru-baru ini menegosiasikan pertukaran tahanan pejabat tinggi antara AS dan Iran.
Seiring dengan pengaruh Qatar ini, Presiden AS Joe Biden lantas menunjuk negara itu sebagai sekutu utama non-NATO AS.
Akhir tahun lalu, AS menggambarkan Qatar sebagai salah satu “mitra militer terdekat Amerika Serikat di kawasan itu” dan mengatakan upaya Qatar di Gaza telah membantu menstabilkan wilayah tersebut.
Negara Teluk pertama yang jalin hubungan dengan Israel
Qatar adalah salah satu Negara Teluk pertama yang menjalin hubungan dagang resmi dengan Israel pada 1990-an.
Namun demikian, kantor Israel di Doha ditutup permanen setelah perang Israel di Gaza pada 2009, yang disebut sebagai Operasi Cast Lead atau Pembantaian Gaza.
Sejak saat itu, Qatar tak menjalin hubungan resmi apa pun dengan Israel.
(blq/bac)
[Gambas:Video CNN]