Jakarta, CNBC Indonesia – Bumi memasuki tahun baru di tengah ancaman “kiamat” perubahan iklim yang makin nyata dan tak bisa lagi dicegah. PBB memberikan peringatan keras bahwa waktu manusia tinggal sedikit dan harus berubah drastis pada 2025.
Dalam pesan akhir tahunnya, Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan agar negara-negara di dunia melakukan aksi nyata pada 2025. Pasalnya, puncak suhu terpanas lagi-lagi menyentuh rekor pada 2024.
“Ini adalah iklim runtuh, dalam real-time. Kita harus keluar dari jalan kehancuran ini, kita tak punya waktu lagi. Pada 2025, negara-negara harus menempatkan dunia di jalan keselamatan dengan memangkas dan mendukung transisi ke masa depan terbarukan. Ini kunci, dan masih mungkin,” kata Guterres.
Menurut IFL Science, kehidupan dan sumber hidup yang hilang akibat bencana alam yang makin sering dan parah akan terus berlanjut tanpa aksi nyata untuk menahan laju perubahan iklim akibat pemanasan global. Bahkan, 2024 dinilai sebagai tahun yang buruk buat iklim ditandai oleh kegagalan konferensi iklim COP29.
“KTT Iklim PBB COP29 lagi-lagi mengecewakan karena justru mempertegas status quo. Komitmen pendanaan menyedihkan, dan malah memperberat beban utang negara-negara terdampak perubahan iklim. Mereka padahal bekontribusi paling sedikit ke krisis iklim,” kata Aditi Sen dari Rainforest Action Network.
Pemerintah seluru dunia sebelumnya telah berkomitmen dalam Kesepakatan Paris untuk mencegah pemanasan global menembus level 1,5 derajat Celcius lebih panas dari level pra-industri. Namun, target tersebut sudah ditembus.
“Tidak ada jaminan soal apa yang bisa terjadi pada 2025. Namun, saya bersumpah untuk berdiri bersama mereka yang berusaha menciptakan masa depan yang lebih damai, setara, stabil dan sehat untuk semua orang. Bersama, kita bisa menjadi 2025 sebagai awal baru. Buat dunia yang terpecah, tetapi bangsa-bangsa yang bersatu,” kata Guterres.
(dem/dem)