Tag: Susilo Bambang Yudhoyono

  • Partai Demokrat Bakal Tempuh Jalur Hukum Usai Dituduh Dalangi Kasus Ijazah, Warganet: Pas Ketemu Geng Solo, Mlehoy

    Partai Demokrat Bakal Tempuh Jalur Hukum Usai Dituduh Dalangi Kasus Ijazah, Warganet: Pas Ketemu Geng Solo, Mlehoy

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pernyataan loyalis Jokowi, Silfester Matutina, yang menuding partai biru yang diasosiasikan Partai Demokrat membiayai Roy Surto Cs berbuntut.

    Partai berlambang mercy itu menyatakan tidak tinggal diam atas tuduhan yang menyebut mereka sebagai dalang di balik mencuatnya isu dugaan ijazah palsu mantan presiden Joko Widodo.

    Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) melalui siaran pers menyatakan tengah mempertimbangkan langkah hukum terhadap pihak-pihak yang menyebarkan narasi tersebut.

    “Kami mempertimbangkan langkah hukum terhadap siapa pun yang dengan sengaja mencemarkan nama baik partai kami melalui narasi-narasi palsu dan manipulatif,” katanya pada Selasa (29/7/2025).

    Pernyataan tersebut kini jadi sorotan warganet di media sosial. Banyak yang mendukung upaya Demokrat tersebut.

    “Gasss 🔥🔥🔥,” tulis akun pegiat media sosial bercentang biru di X, @PresidenKopi, sembari membagikan foto Ibas dan keterangan soal sikap partai.

    “Beneran ya @PDemokrat? jgn entar pas ketemu genk Solo mlehoy lagi..sikap politik juga, ini penting utk citra baik ke depan partai. Kalo Demokrat berani melawan @jokowi pemilu berikutnya sy kembali pilih Demokrat. Pak @SBYudhoyono mantan terbaik buat sy..sehat selalu Pak ❤️,” ujar warganet di kolom komentar unggahan itu.

    “Garang di awal aja bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla,” balas lainnya.

    “Enakan hidup jaman SBY cari kerja gampang, DEMOKRASI on the track, Media gak dibungkam, gak ada BUZZER SIALAN, BBM murah, subsidi rakyat ditambah terus, tidak utang ugal2an ribuan triliun, ada KEPASTIAN HUKUM, oposisi demo setiap hari bebas live TV,” tambah lainnya.

  • Pidato SBY Seperti Menepuk Air di Dulang Terpercik Muka Sendiri

    Pidato SBY Seperti Menepuk Air di Dulang Terpercik Muka Sendiri

    GELORA.CO – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Sri Mulyono menanggapi pernyataan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal negara yang kuat bisa mengalami keruntuhan apabila pemimpinnya menempatkan diri di atas hukum dan rakyat.

    Hal itu dikatakan SBY dalam pidato peradaban bertajuk World Disorder and the Future of Our Civilization di Ballroom Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu 30 Juli 2025.

    “Pidato Pak SBY ibarat menepuk air di dulang terpercik muka sendiri,” kata Sri Mulyono kepada RMOL, Rabu malam, 30 Juli 2025.

    Sri Mulyono mengatakan, saat berpidato atau tampil di publik, SBY terkenal sebagai tokoh yang ingin selalu tampil sempurna.

    “Pak SBY selalu memberikan petuah-petuah politik yang ideal, namun jejak politik beliau juga penuh noda,” kata Sri Mulyono.

    Sri Mulyono mengingatkan bahwa SBY yang memulai melakukan  abuse of power secara terbuka ketika mejabat sebagai Presiden RI. 

    “Pada 4 Februari 2013, Presiden SBY berpidato dari Jeddah (Arab Saudi) untuk meminta KPK segera menetapkan status hukum Anas Urbaningrum,” kata Sri Mulyono.

    Menurut Sri Mulyono, SBY selaku Prresiden telah melakukan pelanggaran hukum terang benderang terhadap Anas Urbaningrum yang Waktu itu menjabat ketua umum Partai Demokrat.

    “Presiden SBY telah menabrak hukum atau menginjak-injak hukum yang seharusnya berjalan independen,” kata Sri Mulyono.

    Apabila hari ini SBY berbicara manis tentang penegakan hukum, kata Sri Mulyono, hal itu merupakan keahliannya dalam pencitraan.

    Ia menduga ada agenda politik keluarga yang sedang diperjuangkan dalam waktu dekat ini atau menyongsong Pemilu 2029. 

    “Lidah memang tak bertulang namun sejarah mencatat abuse of power yang dilakukan Pak SBY waktu menjadi penguasa,” demikian Sri Mulyono.

  • Negara Kuat Bisa Runtuh Jika Pemimpin Menempatkan Diri di Atas Pranata Hukum

    Negara Kuat Bisa Runtuh Jika Pemimpin Menempatkan Diri di Atas Pranata Hukum

    GELORA.CO – Negara yang kuat bisa mengalami keruntuhan apabila pemimpinnya menempatkan diri di atas hukum dan rakyat.

    Demikian penegasan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pidato peradaban bertajuk World Disorder and the Future of Our Civilization di Ballroom Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu 30 Juli 2025.

    “Satu abad terakhir, kita kerap menyaksikan negara kuat jatuh, saya ulangi, negara kuat jatuh lantaran pemimpinnya meletakkan dirinya di atas pranata hukum, di atas sistem yang adil, dan di atas kesetiaan sejati terhadap negara dan rakyatnya,” kata SBY.

    Dalam pidatonya, SBY lantas mengingatkan soal bagaimana penguasa Prancis sebelum revolusi Prancis pada 1789 memegang kekuasaan yang absolut, seperti Raja Louis XIV dan Louis XVI.

    “Bahkan dikatakan ‘negara adalah saya’, ‘hukum adalah saya’, ‘konstitusi adalah saya’, ‘keadilan adalah saya’, ‘suara rakyat adalah saya’. Jangan-jangan mengatakan ‘Tuhan adalah saya,’” kata SBY.

    “Ini yang sejarah melakukan koreksi terus-menerus dan terjadi banyak di belahan bumi,” sambungnya.

    Dikatakan SBY, pandangan-pandangan tersebut mendapatkan konfirmasi dalam analisis modern. Seperti misalnya Jared Diamond dalam bukunya berjudul Collapse.

    Jared Diamond, kata SBY, memetakan lima faktor Utama yang menyebabkan runtuhnya peradaban negara.

    “Pertama kerusakan lingkungan, perubahan iklim, permusuhan dengan tetangga, yang dimaksudkan peperangan, berkurangnya mitra dagang, hati-hati dalam mengelola perdagangan internasional dan respons internal yang buruk terhadap krisis,” kata SBY.

    SBY melanjutkan bahwa Diamond menekankan bahwa peradaban tidak jatuh karena tantangan itu sendiri, tetapi karena kegagalan untuk belajar dan beradaptasi. 

    “Oleh karena itu, dianjurkan dalam abad 21 yang begitu dinamis, kita harus bisa beradaptasi, to adapt and to adjust, to change ourselves fot the better,” demikian SBY.

  • Gibran Tak Selevel dengan AHY

    Gibran Tak Selevel dengan AHY

    GELORA.CO -Mantan politisi Partai Demokrat, Roy Suryo, merespons spekulasi yang mengaitkan partai berlambang mercy di balik isu dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

    Tudingan adanya tokoh politik besar di balik isu tersebut sebelumnya dilontarkan oleh Sekjen Peradi Bersatu, Ade Darmawan, yang menyebut sosok berpengaruh dengan ciri mengenakan baju biru. 

    Menanggapi tudingan tersebut, Roy membantah keterlibatan Partai Demokrat dan menilai tuduhan itu terlalu mengada-ada. Belakangan isu ini merembet dengan dikaitkan agenda politik 2029

    Termasuk membenturkan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan Ketum Demokrat sekaligus putra Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

    “Saya melihat beda jauh lah kelasnya. Nggak ada apa-apanya Gibran kalau dibandingkan dengan AHY,” ujar Roy di kanal YouTube Forum Keadilan TV, Rabu, 30 Juli 2025.

    Bahkan Roy Suryo menilai, jika dibandingkan dengan Ketua DPR RI, Puan Maharani, kemampuan dan kepemimpinan Gibran tidak ada apa-apanya.

    Maka dari itu Roy tidak heran jika saat ini 

    sejumlah purnawirawan TNI mendesak Gibran segera dimakzulkan dari posisi Wakil Presiden RI mendampingi Prabowo Subianto.

    “Kalau nggak (selevel), ngapain juga Forum Purnawirawan TNI mengusulkan memakzulkan Gibran dari wakil presiden?” tandas Roy Suryo

  • Harapan AHY: RI bukan hanya Pemain Global, tetapi juga Pemimpin

    Harapan AHY: RI bukan hanya Pemain Global, tetapi juga Pemimpin

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) turut menyimak pidato peradaban Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) “World Disorder and The Future of Our Civilization” di Ballroom Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025).

    “Jadi membahas bagaimana dunia saat ini juga seperti terfragmentasi,” katanya.

    Menurut AHY, banyak sekali ketidakpastian dari sisi geopolitik, ekonomi, bahkan perang. Ketidakpastian itu berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap Indo-Pasifik, Asia-Pasifik, termasuk Asia Tenggara dan Indonesia.

    “Jadi tadi Pak SBY dengan sangat gamblang dan juga bisa menjelaskan melalui perspektif sejarah panjang dunia dengan segala jatuh bangun peradaban, the rise and fall of great powers, termasuk juga bagaimana dunia seharusnya bergerak ke depan,” ujar AHY.

    “Untungnya Indonesia punya peran yang sangat penting, Indonesia sebagai negara yang besar dan penting, juga diharapkan bisa menjadi bukan hanya pemain global tetapi juga menjadi pemimpin,” lanjut Ketua Umum Partai Demokrat tersebut.

    Oleh karena itu, AHY berpesan agar semua pihak tidak boleh terjebak di masa lalu. Apalagi hanya memikirkan hari ini saja, tetapi bagaimana melihat masa depan, termasuk ancaman dan tantangan nyata terkait dengan krisis iklim dan dampaknya terhadap dunia.

    “Jadi dalam kerangka bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, saya rasa Indonesia harus terus berada pada track yang saat ini tengah dijalankan, bagaimana kita ingin mencapai kemandirian, tidak boleh tergantung oleh siapapun, tetapi dengan semangat partnership, global collaboration. Karena tidak ada bangsa dunia yang bisa berdiri sendiri, jalan sendiri-sendiri, justru dalam krisis dunia, termasuk menghadapi berbagai disrupsi, dunia harus bersatu dan Indonesia ada di situ,” kata AHY.

    Lebih lanjut, dia berharap Indonesia bisa menjadi satu kekuatan yang solid dan mencari solusi terbaik di dunia.

    “Ya, tadi juga dijelaskan bahwa ya intinya ekonomi akan menjadi bukan hanya indikator, tetapi juga akan membuktikan apakah masyarakat Indonesia bisa semakin maju dan juga sejahtera. Di antara upaya-upaya untuk menghadirkan kemajuan di bidang ekonomi, transformasi yang kita jalankan hari ini juga mengacu pada kesiapan infrastruktur,” ujar AHY.

    (miq/miq)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Harapan AHY: RI bukan hanya Pemain Global, tetapi juga Pemimpin

    Kereta Cepat Whoosh Lanjut ke Surabaya, AHY: Ini Proyek Besar!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri koordinator Bidang Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan akan terus membangun konektivitas antar wilayah di Indonesia. Salah satunya adalah lewat pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang diteruskan sampai Surabaya.

    Ia berujar bahwa pembukaan konektivitas antar wilayah serta sentra ekonomi yang baru dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    “Kami akan terus mengawal upaya untuk memperkuat konektivitas antar wilayah dan membuka sentra-sentra pertumbuhan ekonomi baru yang pada akhirnya akan sekali lagi meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tentunya termasuk konektivitas di bidang berkereta api,” ucapnya setelah menghadiri pidato politik Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono bertajuk “World Disorder” di Menara Bank Mega, Jakarta, Rabu (30/7/2025).

    Ia mengatakan Kereta Cepat menjadi salah satu moda transportasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas masyarakat.

    Foto: Kereta Cepat Whoosh. (Dok. KCIC)
    Kereta Cepat Whoosh. (Dok. KCIC)

    “Kita ingin high speed railway dan juga high speed train ini juga bisa menjadi salah satu moda transportasi yang semakin modern dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas masyarakat,” ucapnya.

    Ia juga menegaskan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya merupakan proyek yang besar. Oleh karena itu, AHY mengatakan bahwa tidak ingin tergesa-gesa dan berhati-hati untuk membangun proyek ini.

    “Masih terus direncanakan, ini adalah proyek yang besar. Kita tidak ingin tergesa-gesa karena banyak sekali yang harus dihitung dengan baik karena ini juga melibatkan banyak sekali daerah yang akan dilintasi dan kita juga belajar dari pengalaman kereta cepat Jakarta-Bandung tentu ada hal-hal yang bisa kita terus perbaiki,” bebernya.

    “Tetapi yang jelas semangatnya adalah dengan membangun konektivitas yang semakin baik dan cepat ke depan ini,” pungkasnya.

    (ras/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • SBY: Pemimpin Manapun di Dunia Sekarang Ini, Harus Bersedia Menurunkan Ego dan Ambisinya – Page 3

    SBY: Pemimpin Manapun di Dunia Sekarang Ini, Harus Bersedia Menurunkan Ego dan Ambisinya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti soal keadaan dunia yang saat ini penuh dengan ketidakpastian. Termasuk, perang yang belakangan kerap terjadi di berbagai negara.

    Padahal, lanjut SBY, ketahanan sebuah peradaban bukanlah terletak pada kekuatan senjata atau kebesaran angkatan bersenjata, melainkan pada kemampuan untuk mencegah perang itu terjadi.

    “Khusus urusan tentang apakah suatu negara harus berperang atau sebaliknya, kalau kepentingan nasional dapat dicapai secara damai, tidak harus berperang,” kata SBY dalam Pidato Kebangsaannya terkait gejala “The World Disorder and The Future of Our Civilization” yang digelar Institut Peradaban di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025).

    SBY pun berbagi pengalamannya saat masih aktif di dunia militer. Menurut dia, sepelik apapun masalah yang pernah dihadapi sebagai seorang TNI aktif, jalur damai bakal dipilih ketimbang harus mengangkat senjata untuk menyelesaikan masalah tersebut.

    “Kalau masih ada jalan damai untuk tegaknya sang merah putih, kami akan memilih jalan damai itu. Mengapa? Kami, para jenderal, sangat mengetahui harga mahal yang harus dibayar dalam sebuah peperangan, termasuk beban negara untuk membiayai mesin peperangan yang besar dan bisa berlangsung sangat lama,” jelas SBY.

    SBY mengakui, cara serupa juga ia terapkan saat dipercaya sebagai Presiden RI keenam terpilih. Dia lebih mengutamakan pendekatan politik dan diplomasi.

    “Presiden itu bukan hanya commander in chief, tetapi juga diplomat in chief,” ucapnya.

     

     

  • Kelakar SBY soal Banyak Melukis dan Bermusik: Biar Asap Dapur Mengepul 
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        30 Juli 2025

    Kelakar SBY soal Banyak Melukis dan Bermusik: Biar Asap Dapur Mengepul Nasional 30 Juli 2025

    Kelakar SBY soal Banyak Melukis dan Bermusik: Biar Asap Dapur Mengepul
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Presiden ke-6 RI
    Susilo Bambang Yudhoyono
    (
    SBY
    ) berkelakar soal aktivitasnya setelah tidak lagi menjabat di pemerintahan.
    Dia mengaku kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan melukis dan bermain musik.
    SBY mengatakan, kegiatan tersebut dilakukannya demi “asap dapur tetap mengepul”. Istilah ini memiliki arti dasar kebutuhan manusia yang siapa pun tidak bisa menghadangnya.
    “Setelah tidak di pemerintahan inilah dunia saya yang baru, banyak bermain musik, melukis, bisa tambahan (demi) asap dapur biar mengepul,” kata SBY dalam pidato peradaban di Menara Bank Mega, Jakarta, Rabu (30/7/2025).
    Pernyataan SBY itu langsung disambut tepuk tangan dan tawa dari para tamu yang hadir.
    SBY juga menjelaskan terkait pembuatan lagu ciptaannya berjudul “
    Save Our World
    ” yang berkolaborasi dengan sejumlah musisi, salah satunya almarhum Titiek Puspa.
    “Ada mbak Titiek Puspa, beliau itu masih ikut dalam mengambil audionya, tapi kemudian sakit sehingga pada saat pengambilan video, beliau sudah wafat sehingga digantikan oleh putrinya,” ujarnya.
    SBY mengatakan, aransemen lagu tersebut dikirim ke Budapest, Hungaria untuk diberikan sentuhan orkestra.
    “Jadi setelah kita siapkan aransemen di sini, kita kirim ke Budapest, dikasih sentuhan orkestra, kemudian dikirim kembali, kita ambil audionya,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • SBY Ungkap Risiko & Tantangan Peradaban Modern: AI Hingga Krisis Iklim

    SBY Ungkap Risiko & Tantangan Peradaban Modern: AI Hingga Krisis Iklim

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato peradaban “World Disorder and The Future of Our Civilization” di Ballroom Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025). Dalam pidatonya, SBY, sapaan akrab Susilo Bambang Yudhoyono, memulai dengan mengedepankan sejumlah isu penting terkait peradaban dunia, termasuk urgensi membicarakan peradaban hingga kondisi dan situasi dunia saat ini.

    “Yang saya sampaikan ini merupakan pandangan pribadi saya. Pandangan ini berangkat dari perjalanan panjang. Perjalanan panjang saya dalam menjalani studi dan kemudian mempraktikannya dalam dunia nyata. Berpuluh-puluh tahun sebagai a student of history. Saya mendalami berbagai permasalahan dunia dari masa ke masa Isu-isu besar fundamental yang terus saya geluti adalah berkaitan dengan perdamaian dan keamanan internasional tentang perang dan damai dan tentang geopolitik dan geoekonomi,” ujarnya.

    Salah satu poin menarik dalam pidato SBY adalah risiko baru yang dihadapi peradaban modern. “Apa itu? Hadirnya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), disinformasi digital, dan ancaman seperti krisis iklim dan senjata biologis,” katanya.

    Ketua Majelis Tinggi Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat itu lantas mengutip Yuval Noah Harari. Harari mengatakan, “We are now powerful enough to destroy our entire civilization, but not wise enough to control our own powers It is about power, how to use of power, and how to control the powers.”

    SBY bilang hal tersebut tentu mengingatkan para pemimpin dunia, baik pemimpin politik, pemimpin bisnis maupun pemimpin apapun. Ia mengingatkan jangan bermain-main dengan kekuasaan dan jangan menyalahgunakan kekuasaan sebagaimana perkataan Lord Acton, “Power tends to corrupt, absolute power tends to corrupt absolutely.”

    “Jadi saudara-saudara, sejarah dan pemikiran para tokoh peradaban tadi memberi kita pelajaran penting. Bahwa daya tahan peradaban bukan ditentukan oleh kejayaan atau senjata. Tetapi oleh kematangan nilai, ketangguhan sosial, dan kapasitas untuk beradaptasi secara cerdas dan bermoral. Mereka yang bertahan bukanlah yang paling kuat secara fisik, tapi yang paling mampu mengelola perubahan,” ujar SBY.

    “Sebagaimana yang disampaikan oleh produser film Star Trek, bagi yang suka menonton film itu, Gene Roddenberry, dia mengatakan ‘The strength of a civilization is not measured by its ability to fight wars but rather by its ability to prevent them’. Untuk mencegah perang itu justru ketahanan sebuah peradaban bukanlah terletak pada kekuatan senjata atau kebesaran angkatan bersenjata, melainkan pada kemampuan mencegah perang itu sendiri,” lanjutnya.

    (miq/miq)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Negara Kuat Bisa Jatuh Karena Pemimpin Letakkan Diri di Atas Hukum

    Negara Kuat Bisa Jatuh Karena Pemimpin Letakkan Diri di Atas Hukum

    Jakarta

    Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjelaskan sejumlah faktor suatu negara kuat bisa jatuh. Salah satunya yakni negara yang dipimpin oleh sosok menempatkan dirinya di atas hukum maupun rakyat.

    “Satu abad terakhir, kita kerap menyaksikan negara kuat jatuh, seolah-olah negara kuat jatuh lantaran pemimpinnya meletakkan dirinya atas pranata hukum, di atas sistem yang adil, dan di atas kesetiaan sejati terhadap negara dan rakyatnya,” kata SBY dalam pidato peradaban World Disorder and The Future of Our Civilization di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025).

    SBY kilas balik dengan sejarah negara Prancis dengan pemimpin yang menempatkan diri di atas hukum dan suara masyarakat. Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu menilai kepemimpinan seperti itu menjadi contoh suatu peradaban akan jatuh.

    “Kita ingat, penguasa Prancis sebelum revolusi Perancis di 1789, banyak yang absolut. Louis XIV, Louis XVI, bahkan dikatakan semua, negara adalah saya, hukum adalah saya, konstitusi adalah saya, keadilan adalah saya, suara rakyat adalah saya, jangan-jangan mengatakan Tuhan adalah saya. Ini yang sejarah melakukan koreksi terus-menerus dan terjadi banyak belahan bumi,” katanya.

    “Pandangan-pandangan ini menampakkan konfirmasi dalam analisis modern, pemikiran berjudul correct, mementingkan lima faktor utama, keruntuhan peradaban masyarakat, yaitu, mari kita cakap baik-baik, yang membuat peradaban jatuh,” tambahnya.

    “Pertama, kerusakan lingkungan, perubahan iklim, permusuhan dengan pertahanan, berkurangnya dengan mitra dagang, hati-hati dalam mengelola perdagangan internasional, karena selalu internal yang buruk terhadap krisis. Yang lain, menekankan bahwa peradaban tidak jatuh karena tantangan diri sendiri, tetapi karena kegagalan untuk belajar dan beradaptasi,” katanya.

    (azh/rfs)