Tag: Shou Zi Chew

  • CEO TikTok Pusing Curhat ke Elon Musk, Begini Isinya

    CEO TikTok Pusing Curhat ke Elon Musk, Begini Isinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO TikTok Shou Zi Chew curhat ke Elon Musk dan meminta masukan mengenai masalah-masalah yang dihadapi perusahaan video pendek itu di Amerika Serikat.

    Seperti diketahui Musk kini masuk ke dalam lingkaran dekat Presiden AS terpilih Donald Trump.

    Menurut laporan Wall Street Journal, mengutip beberapa orang yang mengetahui masalah ini, Chew memulai pesan dengan CEO Tesla tersebut dalam beberapa minggu terakhir.

    Chew kemudian meminta pendapat Musk tentang berbagai topik lainnya mulai dari pemerintahan yang akan datang hingga kebijakan teknologi potensial, demikian dikutip dari Reuters, Senin (25/11/2024).

    Elon Musk, TikTok, ByteDance, dan pemerintahan Trump tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

    Kedua eksekutif tersebut belum membahas langkah-langkah spesifik untuk menjaga TikTok agar tetap bisa beroperasi di Amerika Serikat.

    Laporan tersebut menambahkan bahwa Chew telah memberi tahu pimpinan ByteDance, perusahaan induk TikTok, tentang pembicaraan dengan Musk. Para eksekutif ByteDance sangat optimis untuk masa depan perusahaan di AS.

    TikTok Mau Diblokir di AS

    Nasib TikTok di AS berada di ujung tanduk ketika era pemerintahan Joe Biden. Pasalnya, Badan legislatif Amerika Serikat telah menyepakati Undang-Undang yang memaksa ByteDance menjual TikTok.

    Jika masih di bawah kepemilikan perusahaan China, TikTok diancam bakal diblokir di AS. Sebelumnya, Presiden Biden mengatakan akan menandatangani aturan tersebut jika sudah lolos dan disepakati DPR AS.

    Aturan tegas dari pemerintah AS dikarenakan ketakutan bahwa TikTok menjadi alat propaganda China. Keresahan ini diungkap oleh Direktur FBI Chris Wray. Pada 2022 lalu ia menyatakan sangat prihatin tentang operasional aplikasi TikTok di AS.

    “Kami memang memiliki kekhawatiran soal keamanan nasional setidaknya dari ujung FBI tentang TikTok,” kata Wray kepada anggota Komite Keamanan Dalam Negeri DPR saat sidang tentang ancaman di seluruh dunia, dikutip dari CNBC Internasional.

    Sebenarnya upaya larangan operasi TikTok di AS dimulai saat Trump menjabat sebagai Presiden AS.

    Trump mempelopori upaya awal untuk melarang TikTok beroperasi dengan perintah eksekutif pada 2020. Alasannya kala itu untuk menjaga keamanan nasional.

    Dia mendorong akuisisi oleh Microsoft, namun gagal. Raksasa perangkat lunak Oracle kemudian mengajukan tawarannya untuk menjadi mitra teknologi TikTok di AS.

    Setelah mendapat banyak tekanan, TikTok setuju untuk melindungi data AS melalui aliansi dengan Oracle.

    Namun, pada masa kampanye kali ini, Trump berupaya untuk menghentikan pemblokiran terhadap aplikasi TikTok.

    (fab/fab)

  • 7 Keluarga Ini Gugat TikTok Gagal Hapus Konten Berbahaya, Diduga Jadi Pemicu Bunuh Diri! – Page 3

    7 Keluarga Ini Gugat TikTok Gagal Hapus Konten Berbahaya, Diduga Jadi Pemicu Bunuh Diri! – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Tujuh keluarga di Prancis mengajukan gugatan terhadap raksasa media sosial TikTok. Mereka menuduh platform tersebut mengekspos anak-anak remaja ke konten berbahaya.

    Dikutip dari Reuters, Selasa (5/11/2024), konten tersebut dianggap menyebabkan dua dari mereka bunuh diri pada usia 15 tahun.

    “Gugatan tersebut menuduh algoritme TikTok mengekspos tujuh remaja ke video yang mempromosikan bunuh diri, melukai diri sendiri, dan gangguan makan,” kata pengacara Laure Boutron-Marmion.

    Keluarga tersebut mengambil tindakan hukum bersama di pengadilan Créteil. Boutron-Marmion mengatakan itu adalah kasus kelompok pertama di Eropa.

    “Orangtua ingin tanggung jawab hukum TikTok diakui di pengadilan. Ini adalah perusahaan komersial yang menawarkan produk kepada konsumen yang juga masih di bawah umur. Oleh karena itu, mereka harus bertanggung jawab atas kekurangan produk tersebut,” Laure menegaskan.

    TikTok sendiri belum memberikan tanggapan resmi terkait tuduhan ini. Perusahaan sebelumnya menanggapi masalah yang terkait dengan kesehatan mental anak-anak secara serius.

    CEO Shou Zi Chew tahun ini mengatakan kepada anggota parlemen AS bahwa perusahaan telah berinvestasi dalam berbagai langkah untuk melindungi kaum muda yang menggunakan aplikasi tersebut.

    TikTok, seperti platform media sosial lainnya, kerap menghadapi tuntutan hukum atas pengawasan konten di aplikasinya.

    Seperti halnya Facebook dan Instagram milik Meta, mereka menghadapi ratusan tuntutan hukum di AS yang menuduh aplikasi TikTok telah memikat dan membuat jutaan anak kecanduan platform mereka, yang merusak kesehatan mental.

     

    KONTAK BANTUAN

    Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

    Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

    Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

    Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

     

  • Aneka Pertanyaan Konyol Senator AS untuk Bos TikTok

    Aneka Pertanyaan Konyol Senator AS untuk Bos TikTok

    Jakarta

    CEO TikTok Shou Zi Chew dicecar pertanyaan saat rapat di Kongres AS. Tak cuma soal Partai Komunis China, ternyata masih banyak pertanyaan absurd lainnya.

    Yang langsung jadi pemberitaan dunia adalah ketika Senator AS dari Partai Republik Amerika Serikat, Tom Cotton bertanya apakah bos TikTok itu terafiliasi dengan Partai Komunis China. Hal ini langsung dibantah Chew dalam rapat dengar pendapat Rabu (31/1) silam. Perlu dipahami, pemerintah AS melihat TikTok sebagai propaganda China dan cara China melakukan infiltrasi di Amerika.

    Nah, tanya jawab dalam versi yang lebih lengkap beredar luas di media sosial. Aneka pertanyaan dari Cotton ini dinilai konyol oleh netizen. Salah satunya dihimpun Sinar Daily Malaysia, seperti dilihat, Selasa (6/2/2024).

    Inilah tanya jawabnya:

    Cotton: Anda warga negara mana?
    Chew: Singapura.
    Cotton: Anda jadi WN negara lain?
    Chew: Tidak, Senator.
    Cotton: Apa Anda pernah mengajukan jadi WN China?
    Chew: Senator, saya mengabdi pada bangsa saya di Singapura. Saya tidak (daftar jadi WN China-red).
    Cotton: Anda punya paspor Singapura?
    Chew: Iya dan saya ikut wajib militer 2,5 tahun di Singapura.
    Cotton: Punya paspor negara lain?
    Chew: Tidak, Senator.
    Cotton: Istri kamu orang Amerika, anak kamu orang Amerika. Apa kamu pernah daftar jadi WN Amerika?
    Chew: Tidak, belum.
    Cotton: (Berhenti sesaat sebelum bertanya) Apa Anda pernah jadi anggota Partai Komunis China?
    Chew: Senator, saya orang Singapura, tentu tidaklah (dengan mimik muka mulai terganggu).
    Cotton: Apa Anda pernah terkait atau terafiliasi dengan Partai Komunis China?
    Chew: Tidak senator, sekali lagi saya orang Singapura (membuang muka kesal).
    Cotton: Biar saya tanya Anda, apa yang terjadi di Tiananmen Square pada Juni 1989 dengan unjuk rasa besar. Apa ada hal lain yang terjadi di Tiananmen Square?
    Chew: Ya saya pikir itu terdokumentasi dengan baik, ada insiden.

    Tanya jawab ini pun mendapat olok-olok di media sosial terhadap Tom Cotton. Mereka mempertanyakan apakah Cotton rasis, kenapa dia tidak bisa membedakan China dan Singapura, senator AS perlu belajar geografi dll. Banyak juga pertanyaan konyol versi netizen di kolom-kolom komentar.

    “Apakah pernah ke Panda Express? Apa pernah makan chinese food? Apa dasi kamu buatan China?” demikian sebagian pertanyaan ledekan netizen.

    (fay/fyk)