Tag: Kim Jong Un

  • Bagaimana Masa Depan Tawanan Perang Korea Utara di Ukraina? – Halaman all

    Bagaimana Masa Depan Tawanan Perang Korea Utara di Ukraina? – Halaman all

    Ukraina, Amerika Serikat (AS), dan Korea Selatan menuduh Korea Utara menyediakan lebih dari 10.000 tentara untuk berperang melawan Ukraina.

    Pasukan Korea Utara disebut tengah bertempur di wilayah Kursk, mengenakan seragam Rusia dan menggunakan senjata Rusia, menurut kantor berita Jerman, dpa.

    Ukraina mengumumkan telah menangkap dua tentara Korea Utara selama akhir pekan lalu.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperkirakan akan ada lebih banyak tawanan perang dari Korea Utara.

    “Hanya masalah waktu sebelum pasukan kita berhasil menangkap yang lain,” tulis Zelenskyy di X. “Tidak boleh ada keraguan di dunia bahwa tentara Rusia bergantung pada bantuan militer dari Korea Utara.”

    Kyiv siap menyerahkan tawanan perang tersebut kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un jika ia mengatur pembebasan tawanan perang Ukraina yang ditahan oleh Rusia.

    Hingga berita ini diturunkan, baik Korea Utara maupun Rusia belum pernah mengonfirmasi bahwa ada pasukan Pyongyang yang berperang melawan Ukraina.

    Opsi untuk tawanan perang dari Korea Utara

    Namun, tentara Korea Utara yang ditangkap itu memiliki pilihan lain jika mereka tidak ingin kembali ke tanah air mereka yang otoriter.

    “Kedua pria ini, dan warga Korea Utara lainnya yang ditangkap, punya tiga pilihan,” kata Chun In-bum, pensiunan letnan jenderal di Angkatan Darat Republik Korea dan sekarang menjadi peneliti senior di National Institute for Deterrence Studies, AS.

    “Mereka dapat meminta untuk dipulangkan ke Korea Utara, mereka dapat tinggal di Ukraina, atau mereka dapat meminta untuk pergi ke negara ketiga,” ujarnya.

    Zelenskyy merilis rekaman video yang dimaksudkan untuk memperlihatkan tawanan perang itu tengah diinterogasi. Salah satu prajurit terdengar berbicara kepada seorang pejabat Ukraina melalui seorang penerjemah, mengatakan bahwa dia tidak tahu akan berperang dengan Ukraina dan bahwa komandannya “mengatakan kepadanya bahwa itu hanya latihan,” kantor berita AFP melaporkan.

    Dalam komentar terjemahan yang dikutip AFP, salah satu pria tersebut mengatakan ingin kembali ke Korea Utara. Yang lain mengatakan akan melakukan apa yang diperintahkan, tetapi jika diberi kesempatan, ingin tinggal di Ukraina.

    Pembahasan saat ini sedang berlangsung dengan diplomat Korea Selatan untuk menguraikan kemungkinan konsekuensi dari kepulangan mereka ke Korea Utara.

    “Mereka akan langsung dieksekusi,” kata Chun kepada DW.

    “Bagi rezim Korea Utara, pertimbangan utamanya adalah kerahasiaan. Fakta bahwa orang-orang ini menyerah, alih-alih bunuh diri, seperti yang ditunjukkan dokumen-dokumen yang telah disita oleh Ukraina, berarti mereka gagal mengikuti perintah,” katanya.

    Korban tewas dari tentara Korea Utara meningkat

    Badan intelijen Korea Selatan, yang bekerja sama dengan pemerintah Ukraina, memperkirakan bahwa sedikitnya 300 tentara Korea Utara yang diterjunkan ke konflik tersebut telah tewas dan 2.700 lainnya terluka.

    Toshimitsu Shigemura, profesor yang khusus mengamati kepemimpinan Korea Utara di Universitas Waseda Tokyo, juga yakin bahwa rezim di Pyongyang tidak akan mengizinkan orang-orang tersebut untuk kembali ke Korut, dan bahwa mereka berpotensi menceritakan apa yang mereka alami.

    “Saya pikir hampir dapat dipastikan bahwa mereka akan dibunuh, meskipun ada kemungkinan mereka akan dijebloskan ke penjara, yang pada dasarnya merupakan hukuman mati,” katanya kepada DW. Iamenambahkan bahwa sangat disayangkan wajah para pria tersebut ditampilkan di media sosial.

    “Apakah mereka memilih untuk kembali atau tidak, pihak berwenang di Korea Utara tidak ingin berita tentang apa yang telah terjadi di Rusia diteruskan ke seluruh penduduk.”

    Shigemura yakin bahwa keputusan Kim untuk mengerahkan pasukan ke Ukraina adalah sebuah kesalahan karena hampir mustahil untuk meredakan rumor tentang ini. Ada kemungkinan juga, katanya, bahwa Putin tidak mengatakan risiko sebenarnya akan bahaya jika terlibat dalam operasi tersebut.

    Beberapa laporan media menunjukkan bahwa Rusia mengerahkan pasukan Korea Utara yang bersenjata ringan dan kurang terlatih dalam serangan mendadak terhadap posisi Ukraina yang telah dipersiapkan, dan menempatkan pasukan Rusia sebagai cadangan.

    Chun yakin kedua tahanan itu, serta kemungkinan yang akan ditahan nantinya, akan “melakukan hal yang bijaksana dan pergi ke Korea Selatan…. Apa pun yang terjadi, ini adalah tragedi,” katanya.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

  • Ukraina Tangkap Tentara Korut, Terungkap Fakta Mengerikan Baru

    Ukraina Tangkap Tentara Korut, Terungkap Fakta Mengerikan Baru

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut pasukannya berhasil menangkap dua tentara Korea Utara (Korut) yang terluka pekan lalu. Terungkap fakta mengerikan terkait pasukan Kim Jong Un tersebut.

    Keduanya menjadi tawanan perang oleh pasukan Ukraina di Oblast Kursk Rusia. Zelensky mengatakan mereka menerima “bantuan medis yang diperlukan” dan berada dalam tahanan Dinas Keamanan Ukraina (SBU) di Kyiv.

    “Ini bukan tugas yang mudah”, kata Zelensky, seperti dikutip BBC International, Selasa (14/1/2025). Ia mengklaim bahwa tentara Rusia dan Korut biasanya mengeksekusi warga Korea Utara yang terluka “untuk menghapus bukti keterlibatan Korea Utara dalam perang melawan Ukraina”.

    “Dunia perlu mengetahui kebenaran tentang apa yang sedang terjadi,” imbuhnya.

    Zelensky juga mengunggah empat foto di samping pernyataannya. Dua foto memperlihatkan orang-orang yang terluka. Salah satu foto memperlihatkan kartu militer Rusia berwarna merah.

    Badan intelijen Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para tahanan tersebut ditangkap pada tanggal 9 Januari dan segera setelah itu “diberi semua perawatan medis yang diperlukan sebagaimana ditetapkan oleh Konvensi Jenewa” dan dibawa ke Kyiv.

    “Mereka ditahan dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan hukum internasional,” demikian bunyi pernyataan dinas intelijen tersebut.

    Dinas intelijen tersebut mengatakan para tahanan tersebut tidak berbicara bahasa Ukraina, Inggris, atau Rusia, “jadi komunikasi dengan mereka dilakukan melalui penerjemah bahasa Korea, bekerja sama dengan NIS (Badan Intelijen Nasional) Korea Selatan”.

    Menurut NIS, kedua tentara yang ditangkap itu adalah anggota Biro Umum Pengintaian, badan intelijen militer Korea Utara.

    Para tentara bersaksi bahwa mereka dikirim ke medan perang tanpa dijanjikan gaji, tetapi sebaliknya diberitahu bahwa mereka akan diperlakukan sebagai pahlawan, kata NIS.

    Perintah Bunuh Diri

    Menurut penilaian badan mata-mata Korea Selatan, tentara Korea Utara yang dikerahkan untuk berperang melawan Ukraina telah diperintahkan untuk bunuh diri agar tidak ditangkap.

    Badan Intelijen Nasional Korea Selatan memberi tahu anggota parlemen pada Senin bahwa lebih dari 300 tentara Korea Utara telah tewas bersama dengan lebih dari 2.700 orang terluka saat mendukung upaya perang Rusia. Seorang anggota parlemen kemudian memberikan ringkasan pengarahan tersebut kepada wartawan.

    Di antara tentara yang tewas, ditemukan catatan yang menunjukkan bahwa rezim menekan pasukan untuk bunuh diri daripada ditawan. Beberapa catatan berisi harapan untuk bergabung dengan Partai Pekerja Korea yang berkuasa atau diampuni.

    Dalam satu cerita, seorang tentara yang hampir ditangkap mencoba meledakkan dirinya dengan granat sambil berteriak “Jenderal Kim Jong Un.” Tentara itu ditembak mati sebelum melakukan tindakan itu, kata NIS.

    (luc/luc)

  • Badan Intelijen Sebut Donald Trump dan Kim Jong-un Mungkin Dapat Mencapai Kesepakatan

    Badan Intelijen Sebut Donald Trump dan Kim Jong-un Mungkin Dapat Mencapai Kesepakatan

    JAKARTA – Badan intelijen Korea Selatan pada Hari Senin mengatakan, Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dapat melakukan pembicaraan langsung, menambahkan, kemungkinan adanya ‘kesepakatan kecil’ mengenai program nuklir Pyongyang.

    Jika AS menyadari bahwa tujuan denuklirisasi penuh Korea Utara tidak dapat dicapai dalam jangka pendek, AS dapat melanjutkan dengan kesepakatan yang lebih kecil, seperti kesepakatan pengendalian senjata atau perjanjian pelucutan senjata dengan Pyongyang, kata Badan Intelijen Nasional (NIS), melansir The Korea Times 13 Januari.

    Trump yang memenangi Pemilu November lalu, mengungguli petahana Wakil Presiden Kamala Harris, akan mengambil sumpah sebagai presiden pada 20 Januari mendatang.

    NIS membagikan informasi tersebut kepada anggota parlemen selama rapat subkomite parlemen tertutup, menurut anggota parlemen Lee Seong-kweun dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa, serta Park Sun-won dari oposisi utama Partai Demokrat Korea, keduanya adalah pemimpin Komite Intelijen Majelis Nasional.

    “Trump telah menggembar-gemborkan pembicaraannya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebagai salah satu pencapaian utamanya dari masa jabatan pertamanya, jadi ada kemungkinan untuk melanjutkan dialog dengan Kim,” kata NIS seperti dikutip oleh para anggota parlemen.

    Lebih lanjut badan mata-mata itu mengatakan, beberapa penunjukan Trump baru-baru ini menunjukkan kemungkinan dialog.

    Diketahui, Trump menunjuk mantan Duta Besar untuk Jerman Richard Grenell, yang dikenal karena sikapnya yang pro-dialog tentang isu-isu Korea Utara, sebagai utusan presidennya untuk misi-misi khusus.

    Berikutnya, ada Alex Wong, yang terlibat dalam pembicaraan nuklir tingkat kerja dengan Korea Utara selama masa jabatan pertama Trump, ditunjuk sebagai wakil penasihat keamanan nasional utama Trump.

    NIS mengatakan, Korea Utara diperkirakan akan fokus pada pengamanan manfaat militer dan ekonomi dengan mengirimkan lebih banyak pasukan dan senjata untuk mendukung perang Rusia di Ukraina.

    Badan itu juga mengatakan, mereka memantau dengan saksama tanda-tanda kemungkinan kunjungan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un ke Rusia.

    “Kim mungkin akan mengunjungi Rusia pada paruh pertama tahun ini,” kata Park.

    Sejumlah analis meyakini kunjungan tersebut bertepatan dengan Hari Pembela Tanah Air Rusia, yang jatuh pada tanggal 23 Februari. Hari libur tahunan tersebut menghormati pasukan militer negara tersebut.

  • Friendly Fire Lagi, Rusia Tak Sengaja Ledakkan Sistem Rudal yang Dikirim oleh Korea Utara – Halaman all

    Friendly Fire Lagi, Rusia Tak Sengaja Ledakkan Sistem Rudal yang Dikirim oleh Korea Utara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia dilaporkan secara tidak sengaja meledakkan salah satu sistem rudal permukaan-ke-udara (SAM) yang diyakini dikirim oleh Korea Utara.

    Insiden friendly fire ini terjadi di wilayah perbatasan Kursk, yang menjadi titik pertempuran terbaru antara pasukan Rusia dan Ukraina.

    Dilansir Newsweek, para blogger militer Rusia di Telegram, awalnya menyatakan bahwa pasukan Rusia menghancurkan sistem yang dipasok ke Ukraina oleh negara-negara Barat.

    Namun, menurut analisis Alexander Kovalenko, seorang analis militer dan politik terkemuka Ukraina, Rusia tampaknya menghancurkan SAM Korea Utara secara tidak sengaja. 

    Laporan ini pertama kali disampaikan oleh Badan Informasi Independen Ukraina.

    Korea Utara dilaporkan telah memasok Rusia dengan rudal balistik berkemampuan nuklir jarak pendek, self-propelled artillery, dan bahkan mengirimkan pasukan untuk digunakan dalam konflik yang sedang berlangsung.

    Kovalenko menyatakan, pengiriman SAM tersebut, tidak dilaporkan oleh intelijen Barat atau Korea Selatan.

    Hal ini menunjukkan bahwa ada rantai pasokan logistik antara Korea Utara dan Rusia yang belum terdeteksi oleh intelijen dari Barat maupun Korea Selatan.

    “Ini sangat, sangat mengkhawatirkan,” katanya.

    Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengendarai mobil limusin Aurus di Pyongyang, Korea Utara pada 19 Juni 2024. (KCNA)

    Kovalenko, yang memiliki lebih dari 100.000 pengikut di Telegram, mengatakan bahwa seorang operator drone Rusia secara keliru menyerang SAM buatan Korea Utara di wilayah Kursk, karena ia menyangka bahwa sistem tersebut, adalah SAM milik Barat.

    Surat kabar Ukraina, Militarnyi, melaporkan bahwa analisis rekaman dan foto medan perang menunjukkan bahwa sistem Korea Utara yang dihancurkan oleh pasukan Rusia memiliki siluet dan bentuk yang mirip sistem milik Barat yang digunakan oleh pasukan Ukraina di wilayah tersebut.

    Ini bukan pertama kalinya insiden friendly fire terjadi antara pasukan Rusia-Korea Utara melawan pasukan Ukraina.

    Desember tahun lalu, Ukraina mengatakan, pasukan Korea Utara secara tidak sengaja menewaskan 8 tentara Rusia di Kursk, mengutip Business Insider.

    Intelijen Ukraina mengatakan, insiden itu adalah insiden friendly fire yang disebabkan oleh kendala bahasa.

    Ukraina telah berulang kali menuduh Korea Utara memasok Rusia dengan peralatan dan personel untuk membantu dalam perang.

    Pada bulan November, Intelijen Pertahanan Ukraina melaporkan bahwa Rusia menerima lebih dari 100 rudal balistik jarak pendek berkemampuan nuklir KN-23 dan KN-24 dari Korea Utara.

    “Negara agresor Rusia telah menerima lebih dari 100 rudal semacam itu dari DPRK. Musuh pertama kali menggunakan senjata ini dalam perang melawan Ukraina pada akhir tahun 2023,” ungkap laporan dari Intelijen Pertahanan Ukraina.

    “Bersamaan dengan pengiriman rudal tersebut, Korea Utara juga mengirimkan spesialis militernya ke Rusia untuk memperbaiki peluncur dan berpartisipasi dalam kejahatan perang terhadap Ukraina,” tambahnya.

    Dalam pernyataan di Telegram, Alexander Kovalenko mengatakan:

    “Rusia telah menerima sistem pertahanan udara dari Korea Utara dan menggunakannya.”

    “Hal ini menunjukkan bahwa Rusia sedang menghadapi masalah serius dengan sistem pertahanan udaranya.”

    Sistem rudal permukaan-ke-udara (SAM) Korea Utara, pertama kali terlihat di Pyongyang selama parade ulang tahun ke-75 WPK pada tahun 2020. (X/Osinttechnical)

    “Kita sudah mengetahui bahwa pasukan pendudukan Rusia kekurangan sistem pertahanan udara, dan sekarang kategori ini menjadi salah satu yang paling drastis kekurangannya.”

    “Rusia meminta Korea Utara untuk mengirimkan apa yang paling dibutuhkan, dan pasokan ini mencerminkan kesulitan dalam mengganti kerugian.”

    “Pertama kekurangan peluru, kemudian kekurangan personel, lalu artileri, balistik, dan sekarang pertahanan udara.”

    Korea Selatan, Ukraina, dan Amerika Serikat memperkirakan, Korea Utara telah mengerahkan lebih dari 10.000 tentara untuk memperkuat pasukan Rusia.

    Mengingat hubungan dekat antara kedua negara, dukungan Korea Utara terhadap Rusia dalam perang ini diperkirakan akan terus berlanjut.

    Kedua negara telah menandatangani perjanjian pertahanan bersama tahun lalu, yang menyatakan bahwa mereka akan saling membantu jika salah satu pihak diserang.

    (Tribunnews.com)

  • Kim Jong Un Perintahkan Tentara Korut Akhiri Hidup Ketimbang Ditangkap Pasukan Ukraina – Halaman all

    Kim Jong Un Perintahkan Tentara Korut Akhiri Hidup Ketimbang Ditangkap Pasukan Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mendesak para tentaranya yang  yang membantu Rusia untuk akhiri hidup demi menghindari penangkapan oleh pasukan Ukraina di medan perang.

    Hal itu diungkap Anggota Parlemen Korea Selatan Lee Seong-kweun mengutip laporan Badan Intelijen Nasional (NIS).

    Dalam keterangan tertulisnya Lee Seong-kweun, menjelaskan bahwa pihaknya menemukan sebuah memo dari tentara Korea Utara yang tewas di medan pertempuran Kursk saat melawan Ukraina.

    Adapun dalam isi memo tersebut memerintahkan para tentara Korea Utara untuk segera mengakhiri hidup mereka sebelum ditangkap.

    “Ditemukan sebuah memo yang dibawa oleh mereka (tentara Korea Utara) yang terbunuh bahwa otoritas Korea Utara memerintahkan penghancuran dan mengakhiri hidup menggunakan granat sebelum ditangkap,” ujar Lee Seong-kweun dikutip dari Euro News.

    Laporan itu muncul bertepatan dengan pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang mengklaim telah menahan dua tentara Korea Utara yang terluka.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pun merilis video yang menunjukkan kedua tentara itu terlihat terluka dan menjalani interogasi.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong-un kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan para prajurit kami yang ditawan di Rusia,” ujar Zelensky melalui unggahan di media sosial X.

    300 Pasukan Elite Korut Tewas saat Bantu Rusia

    Sejauh ini jumlah tentara Korut yang tewas saat membantu Rusia di medan perang telah mencapai 300 orang, sementara 2.700 lainnya terluka imbas berperang di Ukraina.

    “Penempatan pasukan Korea Utara ke Rusia dilaporkan telah meluas hingga mencakup wilayah Kursk, dengan perkiraan yang menunjukkan bahwa korban di antara pasukan Korea Utara telah melampaui 3.000,” ujar Lee dalam konferensi pers, seperti diberitakan AFP.

    Jumlah korban tersebut meningkat lantaran pasukan Korea Utara sering terbunuh oleh drone atau pesawat tak berawak yang tampaknya tidak mereka anggap berbahaya atau mematikan.

    Laporan tersebut, menunjukkan adanya kesenjangan pengetahuan mengenai pasukan yang dikirim oleh Kim Jong Un untuk mendukung invasi Rusia.

    Bahkan salah satu tentara Korut yang ditangkap Ukraina, mengklaim bahwa dia tidak tahu akan berperang,.

    Ia menambahkan bahwa komandannya telah mengatakan kepadanya bahwa itu “hanya pelatihan”.

    Tentara Korut di Iming-Imingi Gaji Fantastis

    Rusia diketahui menjanjikan bayaran sebesar 2.000 dolar AS atau sekitar Rp 31 Juta per bulan bagi tentara Korea Utara (Korut) yang bersedia untuk ditugaskan ke Kursk garda depan konflik Rusia dan Ukraina.

    Jumlah gaji yang dibayarkan oleh Moskow menunjukkan peningkatan fantastis hingga 10 kali lipat jika dibandingkan dengan gaji sebelumnya.

    Dimana pada bulan lalu, Radio Free Asia melaporkan bahwa gaji rata-rata untuk personel militer Korut hanya berkisar antara 100 dan 300 won.

    Namun demi memikat prajurit Korut agar mau bergabung ke garda depan konflik Rusia, Presiden Vladimir Putin mulai menaikkan gaji para tentara bayaran asal Korut.

    Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, atau NIS, mencatat sejauh ini lebih dari 3.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia.

    Jumlah tersebut diperkirakan bertambah, mencapai 10.000 prajurit pada bulan Desember 2024.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Terungkap Perintah Tentara Korut di Ukraina Bunuh Diri Jika Tertangkap

    Terungkap Perintah Tentara Korut di Ukraina Bunuh Diri Jika Tertangkap

    Jakarta

    Terungkap bahwa tentara Korea Utara (Korut), berdampingan dengan tentara Rusia ikut berperang melawan Ukraina. Pemerintah Korut menyampaikan tentaranya harus bunuh diri jika tertangkap.

    Diketahui, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut pasukannya menangkap dua tentara Korut di wilayah Kursk Rusia. Peristiwa itu adalah pertama kalinya tentara Korut ditangkap hidup-hidup.

    “Tentara kami telah menangkap personel militer Korea Utara di wilayah Kursk. Dua tentara, meskipun terluka, selamat dan diangkut ke Kyiv, di mana mereka sekarang berkomunikasi dengan Dinas Keamanan Ukraina,” kata Zelensky dalam sebuah pernyataan di X, dilansir CNN, Minggu (12/1/2025).

    Berdasarkan pernyataan Ukraina dan barat, sekitar 11.000 tentara Korut dikerahkan di wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina menempati beberapa ratus kilometer persegi setelah melakukan serangan lintas perbatasan pada Agustus tahun lalu.

    Zelensky mengatakan penangkapan dua tentara Korea Utara itu bukan hal yang mudah. Sebab biasanya Rusia mengeksekusi tentara terluka untuk menghilangkan bukti keterlibatan Korut.

    “Ini bukan tugas yang mudah, pasukan Rusia dan personel militer Korea Utara lainnya biasanya mengeksekusi yang terluka untuk menghilangkan bukti keterlibatan Korea Utara dalam perang melawan Ukraina,” ujar Zelensky.

    Zelensky bersedia membebaskan tentara Korea Utara yang ditawan. Zelensky meminta pertukaran tawanan perang sebagai ganti tentara Ukraina yang ditawan di Rusia.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong Un (pemimpin Korea Utara) kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan prajurit kami yang ditawan di Rusia,” kata Zelensky dalam akun X nya, dilansir CNN, Senin (13/1).

    Pemerintah Korut Minta Tentara Bunuh Diri

    Kim Jong-un (Foto: Korean Central News Agency via REUTERS)

    Tentara Korut yang bertempur bersama dengan Rusia diperintahkan untuk bunuh diri sebelum ditangkap. Mereka harus mati dibandingkan menjadi tahanan perang dalam kondisi hidup.

    Informasi tersebut, seperti dilansir AFP, Senin (13/1/2025), diungkapkan oleh seorang anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), Lee Seong Kweun, saat berbicara kepada wartawan usai mendapatkan penjelasan dari badan intelijen Seoul, Badan Intelijen Nasional (NIS).

    “Memo yang ditemukan pada jenazah tentara yang tewas menunjukkan bahwa pemerintah Korea Utara menekan mereka untuk melakukan bunuh diri atau meledakkan diri sebelum ditangkap,” ucap Lee dalam pernyataannya.

    Lee menyebut bahwa tentara-tentara Korut yang dikirimkan ke Rusia kebanyakan berasal dari pasukan elite Storm Corps. Dia menambahkan bahwa beberapa tentara di antaranya mendapat “amnesti” atau ingin bergabung dengan Partai Pekerja Korea Utara, dengan harapan dapat memperbaiki nasib mereka dengan ikut berperang.

    Disebutkan juga oleh Lee bahwa satu tentara Korut yang hendak ditangkap berteriak “Jenderal Kim Jong Un” dan berusaha meledakkan granat yang dibawanya. Namun tentara Korut itu akhirnya ditembak mati.

    Lee menyebut sekitar 300 tentara Korut tewas dan sebanyak 2.700 tentara Korut lainnya mengalami luka-luka saat berperang bersama pasukan Rusia melawan militer Ukraina.

    Lihat Video: Wajah Kebingungan Tentara Korut yang Ditangkap saat Berperang untuk Rusia

    Halaman 2 dari 2

    (aik/lir)

  • Kurang Pengetahuan Soal Peperangan Modern, 300 Tentara Korea Utara Dilaporkan Tewas di Kursk, Rusia – Halaman all

    Kurang Pengetahuan Soal Peperangan Modern, 300 Tentara Korea Utara Dilaporkan Tewas di Kursk, Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setidaknya 300 tentara Korea Utara tewas dan 2.700 lainnya terluka dalam pertempuran di Kursk, Rusia, menurut klaim Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan pada 13 Januari 2025, seperti dilaporkan oleh kantor berita Yonhap.

    NIS mengaitkan tingginya korban jiwa dengan kurangnya pemahaman para prajurit Korea Utara tentang peperangan modern, termasuk upaya sia-sia mereka untuk menembak jatuh pesawat nirawak.

    Pasukan Korea Utara dikerahkan ke wilayah Kursk pada musim gugur lalu untuk mendukung pasukan Rusia dalam menghadapi serangan Ukraina.

    Pasukan Ukraina terus melancarkan pertempuran di wilayah tersebut.

    Pernyataan NIS sejalan dengan klaim Presiden Volodymyr Zelensky pada 9 Januari, yang menyebutkan bahwa pasukan Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia telah menderita 4.000 korban, baik tewas maupun terluka.

    NIS melaporkan bahwa Korea Utara diduga memaksa tentaranya untuk mengakhiri hidup mereka sendiri guna menghindari penangkapan oleh pasukan Ukraina.

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengonfirmasi pada 27 Desember bahwa beberapa tentara Korea Utara memang mengakhiri hidup karena takut keluarga mereka akan menerima pembalasannya jika mereka ditangkap.

    Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin (kiri) duduk bersama Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky (kanan) ketika menghadiri pertemuan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina (UDCG) di Pangkalan Udara Ramstein Jerman pada Jumat (6/9/2024). (Layanan Pers Kepresidenan Ukraina)

    Pada 11 Januari, Zelensky mengumumkan penangkapan dua tentara Korea Utara di Kursk.

    Kedua tawanan perang (POW) tersebut kini berada dalam tahanan Dinas Keamanan Ukraina (SBU) dan menerima perawatan medis.

    NIS menyebut bahwa tawanan perang tersebut adalah anggota Biro Umum Pengintaian, badan intelijen militer Korea Utara.

    Zelensky juga membagikan rekaman video yang menunjukkan interogasi tawanan perang oleh SBU dengan bantuan penerjemah berbahasa Korea.

    Dalam video tersebut, salah satu tentara menyatakan keinginannya untuk kembali ke Korea Utara, sementara yang lain mengatakan ingin tetap tinggal di Ukraina.

    Ukraina: Tentara Korea Utara Tidak Tahu Drone Itu Berbahaya dan Mereka Bisa Jadi Sasaran Empuk

    Menurut laporan The Washington Post pada Desember tahun lalu, para pejabat dan tentara Ukraina mengatakan bahwa pasukan Korea Utara sering terbunuh oleh drone atau pesawat tak berawak yang tampaknya tidak mereka anggap berbahaya atau mematikan.

    Laporan tersebut, menunjukkan adanya kesenjangan pengetahuan mengenai pasukan yang dikirim oleh Kim Jong Un untuk mendukung invasi Rusia.

    Efektivitas drone merupakan ciri khas perang di Ukraina.

    Tentara berpengalaman di sana telah menjelaskan kepada Business Insider tentang ketakutan jika ada drone yang terbang di atas mereka.

    Namun, pasukan Korea Utara terbilang masih baru dalam perang ini.

    Tiga tentara Ukraina yang bertempur di wilayah Kursk, Rusia, mengatakan kepada The Washington Post bahwa rombongan pasukan Korea Utara bergerak maju ke posisi Ukraina yang dipenuhi drone dan pertahanan lainnya.

    “Kami sangat terkejut; kami belum pernah melihat yang seperti ini — 40 hingga 50 orang berlarian melintasi lapangan,” kata seorang komandan pesawat tanpa awak Ukraina kepada Post.

    “Drone FPV, artileri, dan senjata lainnya menyerang mereka karena mereka bergerak di lapangan terbuka,” katanya. 

    “Anda bisa bayangkan akibatnya.”

    Tangkap layar memperlihatkan pasukan Korea Utara berlindung di balik pepohonan di wilayah Kursk, Rusia (Telegram Zelenskiy / Official)

    Operator pesawat nirawak lainnya, Artem, mengatakan kepada media tersebut bahwa alih-alih lari dari pesawat nirawak, pasukan Korea Utara justru menembaki mereka “tanpa pandang bulu,” sementara yang lain terus bergerak seolah tidak menghiraukan drone-drone itu.

    Banyak yang tewas, katanya.

    Selama operasi drone malam hari, Artem mengatakan, dia mengenali tiga tentara berdasarkan tanda panas mereka pada kamera termal.

    Ia awalnya mengantisipasi hanya bisa menargetkan satu orang, tetapi ketika dua prajurit lainnya tidak bergerak cepat, Artem dan rekan-rekannya menyerang ketiganya.

    Ia menyebut, pengalaman itu aneh.

    “Itu adalah pertama kalinya rasanya seperti memainkan simulator komputer dalam easy mode,” ujar Artem.

    (Tribunnews.com)

  • Korut Perintahkan Tentaranya Bunuh Diri Jika Tertangkap di Perang Ukraina

    Korut Perintahkan Tentaranya Bunuh Diri Jika Tertangkap di Perang Ukraina

    Seoul

    Tentara Korea Utara (Korut) yang bertempur bersama pasukan Rusia dalam perang melawan Ukraina diperintahkan oleh rezim komunis Pyongyang untuk bunuh diri, daripada ditangkap hidup-hidup dan menjadi tahanan perang.

    Informasi tersebut, seperti dilansir AFP, Senin (13/1/2025), diungkapkan oleh seorang anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), Lee Seong Kweun, saat berbicara kepada wartawan usai mendapatkan penjelasan dari badan intelijen Seoul, Badan Intelijen Nasional (NIS).

    “Memo yang ditemukan pada jenazah tentara yang tewas menunjukkan bahwa pemerintah Korea Utara menekan mereka untuk melakukan bunuh diri atau meledakkan diri sebelum ditangkap,” ucap Lee dalam pernyataannya.

    Lee menyebut bahwa tentara-tentara Korut yang dikirimkan ke Rusia kebanyakan berasal dari pasukan elite Storm Corps. Dia menambahkan bahwa beberapa tentara di antaranya mendapat “amnesti” atau ingin bergabung dengan Partai Pekerja Korea Utara, dengan harapan dapat memperbaiki nasib mereka dengan ikut berperang.

    Disebutkan juga oleh Lee bahwa satu tentara Korut yang hendak ditangkap berteriak “Jenderal Kim Jong Un” dan berusaha meledakkan granat yang dibawanya. Namun tentara Korut itu akhirnya ditembak mati.

    Dalam pernyataan kepada wartawan setelah mendapatkan penjelasan dari NIS, Lee menyebut sekitar 300 tentara Korut tewas dan sebanyak 2.700 tentara Korut lainnya mengalami luka-luka saat berperang bersama pasukan Rusia melawan militer Ukraina.

  • 2 Tentara Korut Ditangkap, Zelensky Tawarkan Pertukaran Tawanan ke Rusia

    2 Tentara Korut Ditangkap, Zelensky Tawarkan Pertukaran Tawanan ke Rusia

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pihaknya bersedia membebaskan tentara Korea Utara yang ditawan Ukraina dari wilayah Kursk, Rusia. Zelensky meminta pertukaran tawanan perang sebagai ganti tentara Ukraina yang ditawan di Rusia.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong Un (pemimpin Korea Utara) kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan prajurit kami yang ditawan di Rusia,” kata Zelensky dalam akun X nya, dilansir CNN, Senin (13/1/2025).

    Diketahui, Ukraina mengatakan telah menangkap dua tentara Korea Utara. Hal ini menandai pertama kalinya Kyiv menangkap tentara hidup-hidup dari negara yang terisolasi itu.

    Sementara Rusia maupun Korea Utara belum secara resmi mengakui keberadaan pasukan Korea Utara di Rusia.

    Kementerian Pertahanan Rusia telah dihubungi CNN untuk memberikan komentar, selain itu CNN juga tengah mencari komentar dari Korea Utara.

    Berdasarkan video yang diunggah Zelensky di X, diduga memperlihatkan dua tawanan perang Korea Utara yang sedang diinterogasi. Terlihat dalam video itu seorang tentara terluka di bagian rahang, sedangkan satu tentara lainnya diperban di bagian tangan.

    Salah satu tentara yang ada di dalam video diinterograsi sambil berbaring. Tentara tersebut mengatakan dia tidak tahu bahwa dia sedang berperang melawan Ukraina. Ia menyebut komandannya mengatakan kepadanya bahwa itu adalah latihan.

    (yld/imk)

  • Zelensky Tawari Kim Jong Un Tukar Tentara Korut dengan Tentara Ukraina yang Ditawan Rusia – Halaman all

    Zelensky Tawari Kim Jong Un Tukar Tentara Korut dengan Tentara Ukraina yang Ditawan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina siap menyerahkan tentara Korea Utara kepada pemimpin mereka, Kim Jong Un, jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan tentara Ukraina yang ditawan di Rusia.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong Un kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan para prajurit kami yang ditawan di Rusia,” kata Zelensky di platform media sosial X, Minggu (12/1/2025).

    “Selain tentara pertama yang ditangkap dari Korea Utara, niscaya akan ada lebih banyak lagi. Hanya masalah waktu sebelum pasukan kita berhasil menangkap yang lain,” kata Zelensky. 

    Zelensky mengunggah video pendek yang memperlihatkan interogasi dua orang yang disodorkan sebagai tentara Korea Utara.

    Salah satu dari mereka berbaring di tempat tidur dengan tangan diperban, yang lain duduk dengan perban di rahangnya.

    Salah satu dari mereka mengatakan melalui seorang penerjemah bahwa ia tidak tahu bahwa ia sedang berperang melawan Ukraina dan hanya diberi tahu ia sedang dalam latihan.

    Ia mengatakan bahwa ia bersembunyi di tempat penampungan selama serangan dan ditemukan beberapa hari kemudian.

    Ia mengatakan diperintahkan untuk kembali ke Korea Utara dan ia akan melakukannya, tetapi ia juga siap untuk tinggal di Ukraina jika diberi kesempatan.

    Zelensky mengatakan bagi para tentara Korea Utara yang tidak ingin pulang, mungkin ada pilihan lain yang tersedia.

    “Mereka yang menyatakan keinginan untuk membawa perdamaian lebih dekat dengan menyebarkan kebenaran tentang perang ini dalam (bahasa) Korea akan diberi kesempatan itu,” ujarnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Sebelumnya, Zelensky pada hari Sabtu mengatakan bahwa Ukraina telah menangkap dua tentara Korea Utara di wilayah Kursk Rusia.

    Ini adalah pertama kalinya Ukraina mengumumkan penangkapan tentara Korea Utara dalam keadaan hidup sejak mereka membantu Rusia dengan memasuki perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun musim gugur lalu.

    Penilaian Ukraina dan Barat mengatakan sekitar 11.000 tentara dari sekutu Rusia, Korea Utara, telah dikerahkan di wilayah Kursk untuk mendukung pasukan Moskow.

    Rusia tidak membenarkan atau membantah kehadiran mereka.

    Sebelumnya, Rusia menegaskan apapun keputusan bersama antara Rusia dan Korea Utara adalah terkait perjanjian bilateral dan bukan urusan negara lain.

    Sementara itu, Zelensky mengatakan pasukan Rusia dan Korea Utara telah menderita kerugian besar.

    Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Rusia dan Ukraina