Tag: Kim Jong Un

  • Uluran Tangan Korsel Agar Baikan Ditepis Adik Kim Jong Un

    Uluran Tangan Korsel Agar Baikan Ditepis Adik Kim Jong Un

    Jakarta

    Uluran tangan Korea Selatan (Korsel) ditepis Korea Utara (Korut). Adik pimpinan Korut Kim Jong Un, Kim Yo Jong, bersikeras tidak mau berbaikan dengan tetangganya itu.

    Dirangkum detikcom dilansir kantor berita AFP, Kamis (14/8/2025), Korut dalam pernyataan barunya membantah laporan militer Korsel yang menyatakan Pyongyang telah mencopot pengeras suara propaganda di sepanjang perbatasan. Korut menegaskan tidak akan pernah mencopot pengeras suara itu.

    “Kami tidak pernah mencopot pengeras suara yang terpasang di wilayah perbatasan dan tidak bersedia mencopotnya,” kata Kim Yo Jong, adik perempuan penguasa Korea Utara Kim Jong Un, sebagaimana laporan KCNA.

    Namun, Kim Yo Jong menegaskan upaya Korsel untuk ‘meredakan ketegangan’ antara Korut dan Korsel melalui kabar penyingkiran pengeras suara propaganda di sisi perbatasan adalah sia-sia. Dia mengatakan hubungan Korut dan Korsel akan tetap seperti ini di masa mendatang.

    “Baru-baru ini, Korea Selatan telah mencoba menyesatkan opini publik dengan mengatakan bahwa ‘tindakan niat baik’ dan ‘kebijakan peredaan’-nya mendapat respons, serta menciptakan opini publik bahwa hubungan DPRK-Korea Selatan sedang ‘dipulihkan’,” katanya.

    “Kami telah mengklarifikasi pada beberapa kesempatan bahwa kami tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Selatan, dan pendirian serta sudut pandang yang konklusif ini akan ditetapkan dalam konstitusi kami di masa mendatang,” sambungnya.

    Diketahui, sejak terpilih pada Juni lalu, Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung telah berjanji untuk mendekati Korea Utara yang bersenjata nuklir dan mengupayakan dialog tanpa prasyarat, sebuah pembalikan dari pendahulunya yang keras kepala.

    Korea Selatan telah menyiarkan K-pop dan laporan berita dengan keras ke Korea Utara sebagai tanggapan terhadap Pyongyang yang menyiarkan suara-suara aneh dan meresahkan di sepanjang perbatasan yang telah menjadi gangguan besar bagi penduduk lokal Korea Selatan.

    Sebelumnya, militer Korsel beberapa waktu lalu melaporkan kedua negara telah menghentikan siaran propaganda di sepanjang zona demiliterisasi. Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pada 5 Agustus mereka telah mulai menyingkirkan pengeras suara dari sisi perbatasannya sebagai “langkah praktis yang bertujuan untuk membantu meredakan ketegangan dengan Korea Utara”.

    Mengenai pencopotan pengeras suara yang dilakukan Korsel itu, Kim Yo Jong mengaku tidak peduli. Dia menegaskan hubungan Korsel dan Korut tidak akan berubah.

    “Terlepas dari apakah Korea Selatan menarik pengeras suaranya atau tidak, menghentikan siaran atau tidak, menunda latihan militernya atau tidak, dan mengurangi skalanya atau tidak, kami tidak peduli dan tidak tertarik pada mereka,” kata Kim.

    “Saya yakin bahwa kebijakan Seoul terhadap DPRK tetap tidak berubah dan tidak akan pernah berubah,” imbuhnya.

    Kedua negara secara teknis masih berperang karena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

    Simak juga Video: Korsel Copot Pengeras Suara Anti-Korut di Perbatasan, Ingin Baikan?

    Halaman 2 dari 3

    (whn/ygs)

  • Video: Korea Utara: Damai dengan Korea Selatan Hanya Mimpi Belaka

    Video: Korea Utara: Damai dengan Korea Selatan Hanya Mimpi Belaka

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kim Yo Jong, adik pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan pada Kamis (14/8) bahwa Korut belum pernah mematikan pengeras suara propaganda dan tidak akan melakukannya.

    Kim Menegaskan keyakinan Korea Selatan bahwa Pyongyang merespons upaya perdamaiannya sebagai “mimpi belaka.”

  • Putin Telepon Kim Jong Un Sebelum Bertemu Trump, Bahas Apa?

    Putin Telepon Kim Jong Un Sebelum Bertemu Trump, Bahas Apa?

    Moskow

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, melakukan percakapan telepon dengan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, sebelum pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, digelar di Alaska pada Jumat (15/8) mendatang. Apa yang dibahas keduanya?

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia, seperti dilansir Reuters, Rabu (13/8/2025), mengungkapkan bahwa Putin memberikan informasi terbaru mengenai rencana pembicaraan antara dirinya dan Trump pekan ini.

    Kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), juga melaporkan soal percakapan telepon kedua pemimpin itu, namun tanpa menyebutkan soal rencana pertemuan Putin-Trump.

    Kim Jong Un dan Putin, menurut laporan KCNA, membahas perkembangan hubungan kedua negara di bawah perjanjian kemitraan strategis yang ditandatangani tahun lalu.

    Disebutkan oleh KCNA dalam laporannya bahwa kedua pemimpin “menegaskan tekad mereka untuk memperkuat kerja sama di masa depan”.

    Putin, sebut laporan KCNA, menyampaikan apresiasinya atas bantuan Korut dalam “membebaskan” wilayah Kursk di Rusia bagian barat dalam perang melawan Ukraina.

    Disebutkan juga bahwa Putin juga mengapresiasi “keberanian, kepahlawanan, dan semangat pengorbanan diri yang ditunjukkan oleh para personel Tentara Rakyat Korea” — nama resmi militer Korut.

    Berdasarkan laporan intelijen Korea Selatan (Korsel), Korut telah mengirimkan lebih dari 10.000 tentaranya untuk mendukung operasi militer Rusia di bagian barat wilayahnya dalam konflik dengan Ukraina.

    Laporan intelijen Seoul menambahkan bahwa Pyongyang diyakini sedang merencanakan pengerahan pasukan lainnya ke Rusia.

    Sementara itu, pertemuan puncak antara Trump dan Putin yang dijadwalkan pada Jumat (15/8) di Alaska akan membahas perang Ukraina yang berkecamuk sejak Februari 2022, yang dipicu oleh invasi skala besar oleh Moskow. Pertemuan itu menjadi bagian dari upaya Trump untuk mengakhiri perang tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Pelan-pelan Korsel Ajak Korut Baikan

    Pelan-pelan Korsel Ajak Korut Baikan

    Jakarta

    Korea Selatan (Korsel) mengajak Korea Utara (Korut) baikan. Korsel melangkah pelan-pelan demi berbaikan dengan tetangganya itu.

    Dirangkum detikcom, Senin (4/8/2025), Korsel pelan-pelan mengajak baikan Korut dengan mencopot speaker atau pengeras suara propaganda. Di mana pengeras suara itu menyiarkan berita dan musik K-pop, di area perbatasan dengan Korut.

    Kedua Korea secara teknis masih berperang karena Perang Korea tahun 1950-1953 silam diakhiri dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

    Militer Korsel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, menyebut kedua negara telah menghentikan siaran propaganda di area perbatasan, tepatnya di sepanjang zona demiliterisasi setelah terpilihnya Presiden Lee Jae Myung dalam pemilu awal Juni lalu.

    Disebutkan oleh militer Korsel, pada Juni lalu, bahwa Pyongyang telah berhenti menyiarkan suara-suara aneh dan meresahkan di sepanjang perbatasan, yang selama ini menjadi gangguan besar bagi penduduk lokal Korsel, sehari setelah speaker Korsel tidak lagi berfungsi.

    “Mulai hari ini, militer telah mulai mencopot pengeras suara,” ucap juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Lee Kyung Ho, kepada wartawan pada Senin (4/8) waktu setempat.

    “Ini adalah langkah praktis yang bertujuan untuk membantu meredakan ketegangan dengan Korea Utara, asalkan tindakan tersebut tidak membahayakan kesiapan militer,” imbuhnya.

    Lee mengatakan bahwa semua pengeras suara yang dipasang di sepanjang perbatasan kedua Korea akan dibongkar pada akhir minggu ini. Namun dia tidak mengungkapkan jumlah pasti pengeras suara yang dibongkar.

    Presiden Lee Jae Myung telah memerintahkan militer Korsel untuk menghentikan siaran propaganda di perbatasan dalam upaya untuk “memulihkan kepercayaan”.

    Hubungan antara kedua Korea berada di salah satu titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, dengan Seoul mengambil sikap keras terhadap Pyongyang, yang semakin dekat dengan Moskow setelah invasi militer Rusia ke Ukraina.

    Pemerintah Korsel sebelumnya memulai siaran propaganda di perbatasan sejak tahun lalu sebagai tanggapan atas rentetan balon berisi sampah yang diterbangkan ke selatan oleh Korut.

    Namun, Presiden Lee Jae Myung berjanji untuk memperbaiki hubungan dengan Korut dan mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea.

    Terlepas dari upaya diplomatik Korsel, Korut menolak untuk berdialog dengan negara tetangganya itu.

    “Jika ROK (Republik Korea-nama resmi Korsel)… berharap dapat membalikkan semua hasil yang telah dicapainya hanya dengan beberapa kata sentimental, tidak ada kesalahan perhitungan yang lebih serius daripada itu,” tegas Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Korut Kim Jong Un, pekan lalu.

    Presiden Lee Jae Myung mengatakan dirinya akan mengupayakan perundingan dengan Korut tanpa prasyarat, menyusul pembekuan yang mendalam di bawah pendahulunya.

    Halaman 2 dari 3

    (whn/dek)

  • Pelan-pelan Korsel Ajak Korut Baikan

    Ingin Baikan dengan Korut, Korsel Copot Speaker Propaganda di Perbatasan

    Seoul

    Otoritas Korea Selatan (Korsel) mulai mencopot speaker atau pengeras suara propaganda, yang menyiarkan berita dan musik K-pop, di area perbatasan dengan Korea Utara (Korut). Langkah ini menyusul tekad pemerintahan baru Korsel untuk meredakan ketegangan dengan negara tetangganya tersebut.

    Kedua Korea secara teknis masih berperang karena Perang Korea tahun 1950-1953 silam diakhiri dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

    Militer Korsel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Senin (4/8/2025), menyebut kedua negara telah menghentikan siaran propaganda di area perbatasan, tepatnya di sepanjang zona demiliterisasi setelah terpilihnya Presiden Lee Jae Myung dalam pemilu awal Juni lalu.

    Disebutkan oleh militer Korsel, pada Juni lalu, bahwa Pyongyang telah berhenti menyiarkan suara-suara aneh dan meresahkan di sepanjang perbatasan, yang selama ini menjadi gangguan besar bagi penduduk lokal Korsel, sehari setelah speaker Korsel tidak lagi berfungsi.

    “Mulai hari ini, militer telah mulai mencopot pengeras suara,” ucap juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Lee Kyung Ho, kepada wartawan pada Senin (4/8) waktu setempat.

    “Ini adalah langkah praktis yang bertujuan untuk membantu meredakan ketegangan dengan Korea Utara, asalkan tindakan tersebut tidak membahayakan kesiapan militer,” imbuhnya.

    Lee mengatakan bahwa semua pengeras suara yang dipasang di sepanjang perbatasan kedua Korea akan dibongkar pada akhir minggu ini. Namun dia tidak mengungkapkan jumlah pasti pengeras suara yang dibongkar.

    Presiden Lee Jae Myung telah memerintahkan militer Korsel untuk menghentikan siaran propaganda di perbatasan dalam upaya untuk “memulihkan kepercayaan”.

    Hubungan antara kedua Korea berada di salah satu titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, dengan Seoul mengambil sikap keras terhadap Pyongyang, yang semakin dekat dengan Moskow setelah invasi militer Rusia ke Ukraina.

    Pemerintah Korsel sebelumnya memulai siaran propaganda di perbatasan sejak tahun lalu sebagai tanggapan atas rentetan balon berisi sampah yang diterbangkan ke selatan oleh Korut.

    Namun, Presiden Lee Jae Myung berjanji untuk memperbaiki hubungan dengan Korut dan mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea.

    Terlepas dari upaya diplomatik Korsel, Korut menolak untuk berdialog dengan negara tetangganya itu.

    “Jika ROK (Republik Korea-nama resmi Korsel)… berharap dapat membalikkan semua hasil yang telah dicapainya hanya dengan beberapa kata sentimental, tidak ada kesalahan perhitungan yang lebih serius daripada itu,” tegas Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Korut Kim Jong Un, pekan lalu.

    Presiden Lee Jae Myung mengatakan dirinya akan mengupayakan perundingan dengan Korut tanpa prasyarat, menyusul pembekuan yang mendalam di bawah pendahulunya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Korut Minta Warganya Setia pada Kim Jong Un Jelang HUT ke-80

    Korut Minta Warganya Setia pada Kim Jong Un Jelang HUT ke-80

    Jakarta, CNBC Indonesia – Surat kabar milik pemerintah Korea Utara, Rodong Sinmun merilis sebuah artikel yang menyerukan kesetiaan kepada Kim Jong Un, pemimpin absolut negara tersebut. Seruan itu terbit jelang peringatan 80 tahun pembebasan Semenanjung Korea dari penjajahan Jepang tahun 1910-1945.

    Kim Il Sung, Presiden Pertama Korut, yang juga merupakan kakek dari Kim Jong Un, disebut dalam artikel itu sebagai pejuang kemerdekaan, dan memujinya sebagai “pahlawan legendaris dalam melawan penjajahan Jepang” hingga “patriot bersejarah”.

    Dilansir dari Korea JoongAng Daily, surat kabar itu juga mengingatkan soal pawai berkuda Kim Jong Un ke Gunung Paektu yang tertutup salju pada Desember 2019, membandingkannya dengan momen perjuangan kemerdekaan pendiri negara, yang dikatakan didasarkan pada gunung tersebut.

    Dalam artikel terpisah, surat kabar itu juga menyerukan kesetiaan kepada Kim Jong-un, menggambarkannya sebagai “kehadiran seperti langit, yang harus dijunjung tinggi oleh rakyat dengan sepenuh hati dan pengabdian yang tulus.”

    Artikel-artikel itu diterbitkan menjelang peringatan 80 tahun pembebasan Semenanjung Korea dari 35 tahun penjajahan Jepang pada 15 Agustus. Perang Korea 1950-53 berikutnya membuat semenanjung itu terbagi menjadi Korea Selatan dan Korea Utara.

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Drone Elang Hitam Buatan RI Sukses Terbang 24 Jam di 20 Ribu Kaki

    Drone Elang Hitam Buatan RI Sukses Terbang 24 Jam di 20 Ribu Kaki

    Jakarta

    Indonesia mencatatkan tonggak penting dalam pengembangan teknologi pertahanan. Pesawat tanpa awak Elang Hitam (Black Eagle) buatan anak bangsa sukses menjalani uji terbang di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, pada Senin (28/7/2025).

    Elang Hitam merupakan drone jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang dirancang oleh konsorsium nasional, dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sebagai integrator utama. Dalam uji terbang tersebut, drone berhasil mengudara selama 24 jam nonstop dan mampu terbang di ketinggian maksimal 20 ribu kaki, menunjukkan performa yang sesuai dengan standar internasional.

    “Uji terbang ini adalah bukti bahwa Indonesia menguasai teknologi kunci dalam pengembangan drone MALE. Termasuk dalam hal desain sistem, kendali terbang otomatis, hingga komunikasi jarak jauh,” ujar Mohammad Arif Faisal, Direktur Niaga, Teknologi, dan Pengembangan PTDI, dikutip dari detikJabar.

    Spesifikasi Elang Hitam

    Dilansir dari berbagai sumber, drone Elang Hitam memiliki spesifikasi teknis yang mumpuni untuk mendukung misi pengawasan dan pertahanan. Drone jenis MALE (Medium Altitude Long Endurance) ini memiliki dimensi panjang 8,3 meter, tinggi 1,02 meter, dan bentang sayap 16 meter.

    Berat kosongnya mencapai 575 kg, dengan kapasitas muatan hingga 300 kg, berat bahan bakar 420 kg, dan berat maksimum saat lepas landas 1.115 kg. Ditenagai mesin Rotax 915 iS berkekuatan 110-150 horsepower dengan konfigurasi empat silinder, turbocharged, dan baling-baling tipe pusher, Elang Hitam mampu mencapai ketinggian jelajah 3.000-5.000 meter (maksimum 7.200 meter), kecepatan maksimum 235 km/jam, dan kecepatan jelajah sekitar 225 km/jam.

    Drone Elang Hitam Foto: (Maulana Ilhami Fawdi/detikcom)

    Drone ini memiliki daya tahan terbang hingga 24-30 jam nonstop dengan radius operasi 250 km, membutuhkan landasan pacu 700 meter untuk lepas landas dan 500 meter untuk mendarat. Dilengkapi sistem kendali terbang otomatis, ground control station (GCS), dan teknologi Beyond Line of Sight (BLOS) berbasis satelit, Elang Hitam juga mendukung arsitektur modular dengan muatan seperti kamera, radar, dan potensi misil udara-ke-permukaan untuk misi militer.

    Siap Jalankan Misi Militer dan Kemanusiaan

    Elang Hitam dikembangkan guna mendukung berbagai misi strategis, mulai dari pengawasan wilayah perbatasan hingga pengintaian medan musuh. Selain fungsi militer, drone ini juga dirancang untuk misi kemanusiaan seperti pemantauan bencana alam dan pencarian korban di area sulit dijangkau.

    Dalam sesi uji coba, Elang Hitam didampingi oleh pesawat Kodiak milik PTDI untuk mengevaluasi daya jelajah dan stabilitas kendali otomatis yang dimilikinya. Uji coba ini dinilai berhasil dan membuka jalan bagi produksi massal serta operasional penuh dalam waktu dekat.

    Dari Gagal Terbang ke Sukses Mengudara

    Drone Elang Hitam Foto: Dok. PT Dirgantara Indonesia (Persero)

    Proyek pengembangan Elang Hitam telah dimulai sejak 2015. Drone ini dikembangkan melalui kerja sama konsorsium yang mencakup berbagai institusi strategis, antara lain; PTDI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang kini tergabung dalam BRIN, Kementerian Pertahanan RI, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), PT Len Industri (Persero) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

    Namun, proyek ini sempat menghadapi tantangan serius. Pada 2021, uji terbang Elang Hitam mengalami kegagalan. Imbasnya, pada 2020–2023 fokus pengembangan sempat dialihkan oleh BRIN dari sektor militer ke sipil karena kendala teknis dan prioritas anggaran.

    Kebangkitan proyek ini dimulai lagi pasca Rapat Pleno KKIP pada Oktober 2024, yang memutuskan kelanjutan pengembangan drone untuk kebutuhan militer, dengan PTDI mengambil peran sentral sebagai pemimpin integrasi.

    Indonesia Makin Mandiri dalam Teknologi Pertahanan

    Keberhasilan Elang Hitam menandai kemajuan signifikan Indonesia dalam industri pertahanan nasional. Drone ini memperkuat posisi Indonesia di jajaran negara yang mampu mengembangkan teknologi pesawat tanpa awak secara mandiri.

    “Ke depan, kami berharap Elang Hitam bisa memenuhi kebutuhan pengintaian dan intelijen TNI, sekaligus menjadi produk ekspor unggulan Indonesia,” tutup Arif.

    Dengan suksesnya uji terbang ini, Elang Hitam membuka babak baru dalam sejarah kemandirian pertahanan Indonesia, sekaligus menunjukkan bahwa kemampuan anak bangsa tak kalah dari negara maju lainnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kim Jong Un Pamer Drone Bunuh Diri Terbaru, Pakai Teknologi AI”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • Adik Kim Jong Un Beri Pesan ke Trump, Sebut Hubungan Pribadi & Nuklir

    Adik Kim Jong Un Beri Pesan ke Trump, Sebut Hubungan Pribadi & Nuklir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saudari perempuan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, Kim Yo Jong, kembali memberikan pesan kepada negara rivalnya, Amerika Serikat (AS). Hal ini terkait kekuatan nuklir negara itu.

    Mengutip AFP, Selasa (29/7/2025), dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah, Kim memperingatkan AS agar tidak mengejar denuklirisasi. Ia meminta Washington untuk segera mengakui Pyongyang sebagai negara berkekuatan nuklir.

    “Setiap upaya untuk menyangkal posisi DPRK sebagai negara bersenjata nuklir… akan ditolak mentah-mentah,” kata Kim Yo Jong, merujuk Korut dengan akronim nama resminya.

    Kim mengatakan “hubungan pribadi” antara saudara laki-lakinya dan Trump berada dalam situasi yang baik buruk. Tetapi ia memperingatkan bahwa hal itu tidak boleh digunakan untuk menekan Korut dalam melakukan denuklirisasi.

    “Saya tidak ingin menyangkal fakta bahwa hubungan pribadi antara kepala negara kita dan presiden AS saat ini tidaklah buruk. Namun, saya menghimbau dan memperingatkan Washington agar tidak mencoba memanfaatkannya untuk mencapai denuklirisasi.”

    Pernyataan ini dilontarkan Kim setelah seorang pejabat Gedung Putih dikutip mengatakan bahwa Presiden Donald Trump terbuka untuk berdialog dengan Kim Jong Un terkait denuklirisasi. Menurutnya, hal ini justru mendiskreditkan dan meremehkan kekuatan negara pimpinannya.

    “Jika digunakan untuk tujuan tersebut, hal itu dapat diartikan sebagai ejekan terhadap pihak lain,” ujarnya.

    Trump dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un bertemu tiga kali selama masa jabatan pertama presiden AS dalam upaya mencapai kesepakatan tentang denuklirisasi Korut. Dalam seluruh pertemuan itu, keduanya terlihat berada dalam situasi yang sejuk tanpa ketegangan, menghadirkan harapan perdamaian di Semenanjung Korea.

    Namun, sejak pertemuan puncak kedua mereka di Hanoi pada tahun 2019 gagal karena kegagalan menyepakati imbalan yang akan diterima Korut, Pyongyang telah mempercepat program nuklirnya. Ini sekaligus memutus interaksi langsung antara Trump dan Kim.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Baru Dibuka, Mendadak Korut Larang Wisman ke Kawasan Wisata Waikiki

    Baru Dibuka, Mendadak Korut Larang Wisman ke Kawasan Wisata Waikiki

    Jakarta, CNBC Indonesia – Korea Utara (Korut) melarang wisatawan asing masuk ke kawasan resor wisata yang baru dibuka resmi pada 1 Juli 2025 lalu. Kawasan itu berada di pantai timur negeri Korea Utara, Kawasan Wisata Pantai Wonsan Kalma

    Padahal sebelumnya diberitakan, resor yang dijuluki “Waikiki Korea Utara” itu akan didatangi oleh wisatawan aasal Rusia.

    “Jelang pembukaan, resor ini dipromosikan sebagai objek wisata bagi penduduk lokal dan wisatawan asing. Namun, mulai minggu ini, sebuah pemberitahuan di situs web pariwisata Korea Utara menyatakan bahwa wisatawan asing ‘untuk sementara’ dilarang berkunjung,” demikian dikutip dari laporan BBC, dikutip Sabtu (19/7/2025).

    Namun tak ada penjelasan lanjut apa alasan Korea Utara mengeluarkan perintah larangan tersebut.

    Kawasan resor itu diklaim sebagai resor budaya kelas dunia, merupakan yang terbesar di negara pimpinan Kim Jong Un tersebut. Kawasan itu diyakini bisa menampung hampir 20.000 orang.

    BBC melaporkan, Kawasan Wisata Pantai Wonsan Kalma adalah proyek ambisi Kim Jong Un untuk mendongkrak pariwisata.

    Ditambahkan, sejumlah wisatawan asal Rusia memang sudah tiba di resor tersebut, bersamaan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, bertemu Kim Jong Un di kota tersebut.

    Masih menurut BBC, kawasan Wisata Pantai Wonsan Kalma dibangun sejak tahun 2018. Resor itu membentang sepanjang 4 km (2,5 mil) di sepanjang pantainya, dengan hotel, restoran, pusat perbelanjaan, dan taman air.

    (dce/dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bomber Nuklir AS Wara-wiri Dekat Korut, Kim Jong Un Ancam Begini

    Bomber Nuklir AS Wara-wiri Dekat Korut, Kim Jong Un Ancam Begini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Korea Utara (Korut) menuduh Amerika Serikat (AS) mengancam perdamaian regional di sekitar kawasan Asia Timur. Hal ini disampaikan Kepala Kantor Kebijakan Kementerian Pertahanan Korut, Minggu (13/7/2025).

    Dalam pernyataannya, Pyongyang mengklaim bahwa kegiatan militer gabungan antara AS dan kedua sekutunya, Korea Selatan dan Jepang, merupakan “faktor bahaya utama” yang meningkatkan ketegangan militer di Semenanjung Korea. Pasalnya, Washington membawa pesawat pengebom B-52H, Tokyo membawa F-2, dan Seoul membawa dua jet tempur KF-16.

    “Merupakan hak kedaulatan kami untuk mengambil tindakan balasan terhadap tindakan militer provokatif seperti langkah-langkah untuk memperkuat aliansi militer multilateral yang mengancam keamanan kawasan dan latihan militer gabungan yang jelas-jelas bersifat agresif,” demikian peringatan pernyataan tersebut dikutip Newsweek.

    Kementerian Pertahanan Korut juga menyatakan bahwa angkatan bersenjata negara tersebut tetap berada dalam “kesiapsiagaan militer yang konstan” untuk melawan apa yang disebutnya “provokasi kolektif” oleh AS dan sekutunya, mencegah agresi mereka, dan menanggapi “tindakan perang”.

    “Kami menyatakan keprihatinan yang mendalam atas tindakan permusuhan (AS, Jepang, dan Korea Selatan) yang terus-menerus melakukan tindakan militer yang provokatif dan mengancam,”

    “Sementara dengan sengaja mengabaikan masalah keamanan (Korut) dan memperingatkan dengan tegas konsekuensi serius yang akan ditimbulkannya terhadap situasi regional,” tuturnya.

    Pesawat pengebom B-52H mampu membawa hingga 70.000 pon persenjataan, seperti bom dan rudal, menurut Angkatan Udara AS. Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, 46 dari 76 pesawat pengebom B-52H berkemampuan nuklir, sementara sisanya hanya bersenjata konvensional.

    Belum jelas apakah pesawat pengebom AS yang berpartisipasi dalam latihan gabungan tersebut berkemampuan nuklir. Namun, setiap pesawat B-52H yang berkemampuan nuklir dapat membawa hingga 20 rudal jelajah AGM-86B yang diluncurkan dari udara.

    Atas pengerahan armada ini, Komando Indo-Pasifik AS mengatakan bahwa niatnya hanya untuk melindungi wilayah Indo-Pasifik menjadi tempat yang kondusif dan bebas dari ancaman.

    “Komitmen teguh kami menumbuhkan kepercayaan, memperkuat kerja sama, dan memperkuat tekad serta kemampuan kolektif untuk menjaga keamanan dan stabilitas di Indo-Pasifik,” paparnya.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]