Video: Joe Biden Sukses Jalani Operasi Kanker Kulit
Tag: Joe Biden
-

Kanker Prostat ‘Hantui’ Pria AS, Kebanyakan Kasus Telat Terdeteksi
Jakarta –
Kanker prostat adalah salah satu jenis kanker yang paling umum dialami pria. Kasus kanker ini kembali menjadi sorotan setelah sebuah laporan baru menyebut adanya lonjakan kasus yang mengkhawatirkan di seluruh Amerika Serikat (AS) selama dekade terakhir.
Sebuah laporan baru dari American Cancer Society telah mengungkapkan lonjakan kanker prostat yang mengkhawatirkan di AS, terutama untuk stadium lanjut dan berbahaya. Sebelumnya, kasus penyakit ini sudah mengalami penurunan yang stabil.
Berdasarkan laporan statistik kanker prostat 2025 dari American Cancer Society menunjukkan kasus kanker ini di AS meningkat. Dari tahun 2007 hingga 2014, tingkat kejadian menurun sebesar 6,4 persen per tahun.
Namun, kemudian terjadi kenaikan kasus 3,0 persen per tahun dari 2014 hingga 2021. Ini sangat mengkhawatirkan, khususnya untuk penyakit stadium lanjut, yang meningkat lebih cepat lagi, sekitar 4,6 persen hingga 4,8 persen per tahun.
Sementara itu, angka kematian yang pernah menurun 3-4 persen per tahun pada tahun 1990-an dan 2000-an telah melambat drastis, kini hanya turun 0,6 persen per tahun. Meskipun ada kemajuan dalam bidang pengobatan, kemajuan dalam mengurangi angka kematian mulai melambat.
Para peneliti juga menandai kesenjangan rasial yang serius. Pria kulit hitam menghadapi angka kematian hampir dua kali lipat dibandingkan pria kulit putih. Dan penduduk asli Amerika mencapai angka kematian 12 persen lebih tinggi, meskipun insidennya lebih rendah.
Tren ini sangat memprihatinkan, karena kanker prostat tetap menjadi penyebab kematian akibat kanker terbanyak kedua di kalangan pria Amerika. Ini tepat di bawah kasus kanker paru-paru.
Kondisi ini juga dialami oleh mantan Presiden AS Joe Biden. Ia didiagnosis mengidap kanker prostat agresif dan telah menjalani pengobatan.
“Prognosisnya bagus. Anda tahu, kami sedang menjalankan semuanya (pengobatan), dan semuanya berjalan lancar. Saya merasa baik, semua orang optimis,” tutur Biden yang dikutip dari People.
Diketahui, pada 18 Mei 2025 kanker prostat agresif yang diidapnya itu sudah menyebar ke tulang-tulangnya. Itu terjadi setelah mengalami peningkatan gejala pada saluran kemih.
Kanker tersebut ditandai dengan skor Gleason 9 (kelompok tingkat 5) yang mewakili bentuk penyakit yang lebih agresif. Saat itu, Biden menyebut bahwa kanker tersebut tampaknya sensitif terhadap hormon, yang memungkinkan penanganan yang efektif.
Penyebab Lonjakan Kasus Kanker Prostat
Para ahli berpendapat berkurangnya tes PSA, setelah USPSTF (US Preventive Services Task Force) atau Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS melarang skrining rutin pada awal 2010-an, mungkin menyebabkan banyak kanker tidak terdeteksi hingga mencapai stadium lanjut. Selain itu, faktor-faktor lain, seperti lingkungan atau pola makan juga berpengaruh.
Hal yang mengkhawatirkan, laporan tersebut menyoroti lebih banyak pria didiagnosis kanker prostat metastatik. Itu berarti penyakit ini telah menyebar ke luar prostat pada saat terdeteksi.
Menyoal Kanker Prostat dan Gejala Awalnya
Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah kandung kemih dan di depan rektum. Fungsinya adalah menghasilkan cairan yang memberi nutrisi dan melindungi sperma.
Kanker prostat berkembang saat sel-sel di kelenjar ini mulai tumbuh tidak terkendali. Meskipun banyak kanker prostat tumbuh lambat dan mungkin tidak menyebabkan kerusakan langsung, jenis kanker yang agresif dapat menyebar cepat ke tulang, kelenjar getah bening, dan organ lainnya.
Kanker prostat seringkali berkembang tanpa gejala yang jelas di tahap awal. Ini yang menyebabkan banyak pria terlambat didiagnosis dan pengobatan menjadi lebih rumit.
Berikut gejala kanker prostat yang perlu diperhatikan:
Sering buang air kecil, terutama di malam hari.Kesulitan memulai atau menghentikan buang air kecil.Aliran urin lemah atau terputus-putus.Darah dalam urine atau air mani.Disfungsi ereksi.Ejakulasi yang menyakitkan.
Pada kasus lanjut, nyeri punggung atau tulang, kelelahan, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, hingga masalah tulang belakang dapat terjadi jika kanker menyebar ke tulang atau saraf.
Banyak dari gejala-gejala ini juga dapat disebabkan oleh penyebab jinak. Jadi penting untuk tidak panik, tetapi langsung memeriksakannya ke layanan kesehatan profesional.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video Postingan Joe Biden Setelah Ramai Kabar Dirinya Idap Kanker Prostat”
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna) -

Negara Barat Ramai-ramai Pangkas Hari Libur Nasional, Kenapa?
Jakarta –
Pengurangan hari libur nasional sedang jadi tema hangat. Juli lalu, Perdana Menteri Prancis, Francois Bayrou mengusulkan untuk menghapus ‘Senin Paskah’ dan ‘Hari Kemenangan Eropa’ dari 11 hari libur nasional Prancis. Langkah tersebut menurutnya dapat membantu mengamankan anggaran, mengurangi pengeluaran negara. Bayrou bukan satu-satunya yang mengusulkan hal tersebut.
Awal tahun 2025, Slovakia ‘memangkas’ satu hari libur nasional untuk memperbaiki situasi ekonomi negara – hal serupa dilakukan Denmark di tahun 2023, dengan menghapus libur setelah Paskah. Kopenhagen beralasan hal tersebut dilakukan untuk menciptakan ruang fiskal di tengah meningkatnya anggaran pertahanan negara.
Presiden AS, Donald Trump, bahkan mengikuti jejak ini. 19 Juni lalu ia menulis di kanal sosial medianya “terlalu banyak hari libur di Amerika” ini berdampak kerugian “miliaran dolar.”
Namun banyak yang menafsirkan komen tersebut sebagai pernyataan politis belaka atas ‘Juneteenth’ yang memperingati akhir dari masa perbudakan – hari libur nasional yang diusulkan di masa pemerintahan Joe Biden.
Tapi apa benar, negara dengan sedikit hari libur nasional lebih produktif secara ekonomi?
Tingkatkan pajak atau kesejahteraan pekerja?
“Bukti yang mendukung gagasan ini masih terbatas,” jelas Charles Cornes, ekonom senior di lembaga konsultan Inggris Cebr, kepada DW. “Produktivitas lebih didorong oleh faktor-faktor seperti efisiensi tenaga kerja, investasi modal, keterampilan tenaga kerja, dan teknologi, bukan jumlah hari libur nasional.”
Penelitian menunjukkan produk domestik bruto (PDB) suatu negara mungkin mengalami peningkatan kecil akibat pemotongan hari libur nasional.
Namun studi yang dilakukan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Sentral Jerman menemukan bahwa peningkatan PDB secara proporsional jauh lebih kecil daripada pada peningkatan PDB di hari kerja.
Secara teori, hari libur secara praktis mengurangi produktivitas secara drastis di hari tersebut. Pendapat lain juga menyatakan bahwa produktivitas pekerja turut ‘menyusut’ menjelang hari libur nasional atau setelahnya, banyak pekerja yang memilih memaksimalkan hari libur tersebut.
Meskipun pemotongan hari libur nasional dapat meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah, namun beberapa pihak menentang dengan alasan hari libur meningkatkan kesejahteraan pekerja yang mempengaruhi produktivitasnya.
“Ada bukti yang menunjukkan bahwa tanpa banyak hari libur, pekerja berisiko lebih tinggi mengalami kelelahan, dan ini menyebabkan penurunan kesejahteraan pekerja secara menyeluruh,” ujar Adewale Maye, analis Institut Kebijakan Ekonomi Washington kepada DW.
Hari libur nasional dan liburan yang digaji
Perdebatan tentang hari libur nasional meluas pada pembahasan tentang jam kerja secara keseluruhan. Jerman, Inggris, dan Belanda termasuk di antara negara-negara yang berupaya mengatasi pertumbuhan ekonomi yang sedang stagnan dengan menaikkan jam kerja rata-rata.
Peningkatan jam kerja rata-rata merupakan gagasan yang berbeda dengan penghapusan hari libur nasional. Misalnya, di Jerman mereka yang bekerja paruh waktu diimbau untuk bekerja lebih lama. Namun peningkatan jam kerja tidak mengundang reaksi sekeras penghapusan hari libur nasional.
Menurut sebuah studi di tahun 2020, jika hari libur nasional dan cuti tahunan yang diwajibkan secara hukum dijumlahkan, maka sebagian besar negara negara OECD terdata memiliki 30-36 hari libur. Hari libur ini merupakan hari libur yang digaji.
AS adalah pengecualian
Beberapa negara dengan gabungan jumlah hari libur nasional dan cuti tahunan terbanyak, seperti Austria (38), Denmark (36) dan Finlandia (36) memiliki PDB per kapita tertinggi di dunia.
AS adalah satu-satunya negara OECD yang tidak memiliki cuti tahunan. AS memiliki 11 hari libur nasional, tetapi menurut Adewale Maye, banyak industri seperti ritel, pariwisata, dan transportasi masih beroperasi selama hari libur nasional karena para pekerja tidak dijamin secara hukum untuk mendapatkan cuti tahunan.
Maye mengungkap bahwa selain AS, semua negara OECD lain memberikan cuti tahunan resmi tanpa merugikan perekonomian mereka. “Ekonomi negara-negara ini telah berkembang pesat, sekaligus memberikan hak bagi para pekerjanya untuk beristirahat,” jelasnya.
Hal ini dapat menjadi argumen utama menentang hipotesis Trump – yang mengatakan pekerja AS terlalu banyak libur.
“Masalahnya di AS bukan soal bekerja lebih banyak,” tambah Maye. “Tetapi membangun ekonomi di mana semua pekerja dan keluarga mereka merasa didukung, aman, dan dapat berkembang adalah masalah utamanya.”
Produktivitas bukan sekadar jam kerja
Charles Cornes mengatakan, mengingat luasnya wilayah AS, mungkin meminta bisnis untuk tutup sepanjang hari dapat berdampak negatif terhadap perekonomian. Namun, ia mengatakan hal tersebut berbeda untuk setiap sektor.
“Hari libur justru menguntungkan sektor perhotelan dan ritel, memberi mereka dukungan di tengah tekanan dan persaingan dengan e-commerce yang berkembang selama dekade terakhir,” jelas Cornes.
Ia menekankan bahwa produktivitas pekerja pada akhirnya bergantung pada faktor-faktor lain dan bukan hanya sekadar masalah jam kerja.
“Misalnya, jika orang Jerman bekerja lebih sedikit tetapi menghasilkan tingkat output yang sama, hal ini tidak akan merugikan perekonomian dan justru dapat menguntungkan secara sosial dan ekonomi jika orang-orang memiliki menggunakan lebih banyak waktu luangnya untuk mencoba hal-hal baru,” jelas ekonom senior tersebut.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Sorta Caroline
Editor: Rizky Nugraha
Tonton juga video “Ada 27 Hari Libur Nasional-Cuti Bersama 2025” di sini:
(ita/ita)
-

Trump Khawatir Kekuatan Senjata Nuklir Membesar, Ingin Berunding dengan Rusia-China
JAKARTA – Presiden AS Donald Trump mengatakan ia ingin membuka perundingan denuklirisasi dengan Rusia dan China, meninjau kembali isu yang sebelumnya ia ajukan seiring upayanya untuk memulai kembali diplomasi yang terhenti dengan Korea Utara.
“Salah satu hal yang kami coba lakukan dengan Rusia dan China adalah denuklirisasi, dan ini sangat penting,” ujar Trump dilansir Reuters, Selasa, 26 Agustus.
“Saya pikir denuklirisasi adalah tujuan yang sangat besar, tetapi Rusia bersedia melakukannya, dan saya pikir China juga akan bersedia melakukannya. Kita tidak bisa membiarkan senjata nuklir berkembang biak. Kita harus menghentikan senjata nuklir. Kekuatannya terlalu besar,” kata Trump.
Dalam acara terpisah di Gedung Putih pada Senin, Trump mengatakan ia mengangkat isu tersebut dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia tidak memberikan detail spesifik kapan percakapan itu berlangsung.
“Kita sedang membicarakan pembatasan senjata nuklir. Kita akan melibatkan China dalam hal itu,” kata Trump.
“Tiongkok memang jauh tertinggal, tetapi mereka akan menyusul kita dalam lima tahun. Kita ingin denuklirisasi. Kekuatannya terlalu besar, dan kita juga sudah membicarakannya,” imbuh Trump.
Pernyataan presiden AS tersebut muncul saat dia menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, tahun ini.
Kim telah mengabaikan seruan berulang Trump sejak presiden dari Partai Republik tersebut menjabat pada Januari untuk menghidupkan kembali diplomasi langsung yang ditempuh Trump selama masa jabatannya 2017–2021, yang tidak menghasilkan kesepakatan untuk menghentikan program nuklir Korea Utara.
Trump pertama kali mengutarakan niatnya untuk mengupayakan pengendalian senjata nuklir pada Februari, dengan mengatakan ia ingin memulai diskusi dengan Putin dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, tentang penerapan batasan persenjataan mereka.
Trump mengatakan denuklirisasi akan menjadi tujuan masa jabatan keduanya dan ia berharap untuk memulainya dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Fokus baru pada pengendalian senjata nuklir muncul seiring berakhirnya Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru, atau New START, pada 5 Februari 2026.
Perjanjian yang ditandatangani pada tahun 2010 ini merupakan perjanjian senjata nuklir terakhir yang tersisa antara AS dan Rusia, yang membatasi jumlah hulu ledak strategis dan sistem pengiriman yang dapat digunakan masing-masing pihak.
Rusia memperingatkan awal tahun ini prospek pembaruan perjanjian tersebut tampak suram.
Di bawah pendahulu Trump, Presiden Joe Biden saat itu, AS telah mendesak China untuk terlibat dalam perundingan senjata nuklir formal, tetapi hanya mencapai sedikit kemajuan.
-

Trump Pecat Gubernur The Fed Lisa Cook Buntut Dugaan Penipuan KPR
Bisnis.com, JAKARTA – Presiden AS Donald Trump mengatakan dirinya memecat Gubernur The Fed Lisa Cook atas dugaan manipulasi pinjaman kredit kepemilikan rumah (KPR), langkah kontroversial yang berpotensi menguji independensi bank sentral AS.
Dalam suratnya yang dikutip dari Reuters pada Selasa (26/8/2025), Trump menyebut memiliki alasan yang cukup untuk memberhentikan Cook—perempuan Afrika-Amerika pertama yang menjabat di Dewan Gubernur The Fed—karena pada 2021 diduga menyatakan dua properti di Michigan dan Georgia sebagai tempat tinggal utama demi mendapatkan syarat kredit yang lebih ringan.
Trump dalam suratnya menuding Cook melakukan perilaku menipu dan berpotensi kriminal sehingga meragukan integritasnya. Dia mengklaim memiliki kewenangan berdasarkan Konstitusi AS dan Federal Reserve Act 1913 untuk memberhentikannya.
Cook menolak keputusan tersebut dan menegaskan Trump tidak memiliki dasar hukum untuk mencopotnya.
“Tidak ada alasan hukum, dan dia tidak memiliki wewenang,” ujar Cook dalam pernyataan resmi yang disampaikan melalui kuasa hukumnya, Abbe Lowell.
Dia menambahkan akan tetap menjalankan tugasnya sesuai mandat hingga 2038 setelah diangkat Presiden Joe Biden pada 2022.
Lowell menegaskan tuntutan Trump tidak memiliki dasar proses, substansi, maupun otoritas hukum. Dia berjanji akan menempuh jalur hukum untuk mencegah upaya pemecatan tersebut.
Isu mengenai pinjaman KPR Cook pertama kali diungkap pekan lalu oleh Direktur Federal Housing Finance Agency, William Pulte, yang kemudian merujuk kasus itu ke Jaksa Agung AS Pamela Bondi.
Menurut Undang-Undang The Fed, anggota dewan hanya dapat diberhentikan dengan alasan tertentu (for cause), meski ketentuan itu tak pernah diuji secara langsung sejak presiden AS cenderung menjaga jarak dari kebijakan moneter demi menjaga kepercayaan pasar.
Sejumlah pakar hukum menilai kasus ini bisa memunculkan perdebatan kompleks terkait kewenangan eksekutif, status unik The Fed, serta apakah dugaan pelanggaran sebelum masa jabatan bisa dijadikan dasar pemecatan.
Peter Conti-Brown, pakar sejarah The Fed dari University of Pennsylvania, menilai transaksi hipotek Cook sudah diperiksa saat proses konfirmasi Senat.
“Menggunakan hal itu sekarang sebagai alasan pemecatan tidak sesuai dengan konsep ‘for cause removal’,” ujarnya.
Dampak langsung terlihat di pasar obligasi AS. Imbal hasil obligasi tenor 2 tahun turun tajam, sedangkan tenor 10 tahun naik, mencerminkan ekspektasi pasar bahwa The Fed mungkin akan menurunkan suku bunga namun dengan risiko kredibilitas dalam mengendalikan inflasi.
“Ini mencerminkan tekad pemerintahan Trump untuk merombak The Fed sekaligus peringatan bagi pejabat yang diangkat Biden. Hal ini menambah keyakinan bahwa suku bunga akan lebih rendah dari seharusnya,” kata Tim Duy, analis SGH Macro Advisors.
Trump sebelumnya kerap menekan Ketua The Fed Jerome Powell agar menurunkan suku bunga, meski tidak jadi memecatnya karena masa jabatan Powell berakhir kurang dari setahun. Fokus Trump kini tertuju pada Cook.
Jika berhasil, dia dapat menunjuk anggota keempat di Dewan Gubernur, memperkuat pengaruhnya terhadap arah kebijakan moneter AS.
Kasus Cook terkait KPR berasal pada 2021 saat masih berkarier sebagai akademisi. Dokumen keuangan 2024 menunjukkan Cook memiliki tiga pinjaman, dengan dua di antaranya tercatat sebagai “tempat tinggal utama”. Pinjaman kategori ini umumnya mendapat bunga lebih rendah dibanding kredit investasi.
Isu terhadap Cook juga mencuat di tengah kampanye lebih luas pemerintahan Trump untuk memangkas program keberagaman (diversity, equity, and inclusion/DEI) di lembaga pemerintah, yang telah mendorong mundurnya sejumlah pejabat perempuan dan minoritas.
Trump bahkan menggunakan tuduhan serupa terhadap sejumlah lawan politik, termasuk Senator Adam Schiff.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3337094/original/001943000_1609328703-20201230-Rupiah-Ditutup-Menguat-3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Rupiah Melemah Usai Trump Pecat Anggota The Fed – Page 3
Liputan6.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Selasa ini. Pelemahan rupiah ini dipengaruhi faktor eksternal yaitu keputusan Presiden AS Donald Trump yang memecat anggota Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
Pada Selasa (26/8/2025), nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta melemah sebesar 10 poin atau 0,6 persen menjadi Rp 16.269 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.259 per dolar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, pelemahan kurs rupiah dipengaruhi keputusan Presiden Trump memecat anggota The Fed Lisa D.Cook.
“Rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar AS yang menguat/volatile setelah kabar bahwa Trump memecat anggota dewan gubernur Lisa D. Cook,” ucapnya dikutip dari Antara.
Trump sudah mengingatkan bahwa Lisa Cook mengundurkan diri di tengah tuduhan penipuan hipotek.
Direktur Badan Keuangan Perumahan Federal Bill Pulte menuduh Cook secara keliru mengklaim dua rumah berbeda sebagai tempat tinggal utamanya. Bill mengatakan telah mengirimkan laporan pidana ke Departemen Kehakiman, yang sudah dikonfirmasi bahwa tahapan berlangsung ke penyelidikan.
Cook, yang ditunjuk oleh mantan Presiden Joe Biden, telah membantah melakukan kesalahan, dengan mengatakan ia “tidak berniat diintimidasi untuk mengundurkan diri”.
“Keinginan Trump mendikte The Fed untuk menurunkan suku bunga (menjadi alasan mengapa Cook dipecat,” ujar Lukman.
Bagi Lukman, aksi Trump ini memuluskan keinginan untuk menurunkan suku bunga, tetapi justru dapat melemahkan dolar AS, walaupun mungkin investor memandang bisa mendukung ekonomi AS ke depan dan mengurangi dampak kebijakan tarif.
“Indeks dolar yang menguat pagi ini diikuti oleh penguatan CHF (Franc Swiss) dan Yen kemudian emas, sehingga tercermin kekhawatiran kekisruhan di AS menyebabkan investor berbondong-bondong ke cash haven. Namun, ini hanya reaksi sesaat dan investor saat ini masih mencerna perkembangan ini,” kata dia.
-

Rupiah melemah seiring Trump pecat anggota Dewan Gubernur The Fed
Rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar AS yang menguat/volatile setelah kabar bahwa Trump memecat anggota dewan gubernur
Jakarta (ANTARA) – Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memecat anggota Dewan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Lisa D.Cook.
“Rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar AS yang menguat/volatile setelah kabar bahwa Trump memecat anggota dewan gubernur Lisa D. Cook,” ucapnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Mengutip Anadolu, Trump sudah mengingatkan bahwa Lisa Cook mengundurkan diri di tengah tuduhan penipuan hipotek.
Direktur Badan Keuangan Perumahan Federal Bill Pulte menuduh Cook secara keliru mengklaim dua rumah berbeda sebagai tempat tinggal utamanya. Bill mengatakan telah mengirimkan laporan pidana ke Departemen Kehakiman, yang sudah dikonfirmasi bahwa tahapan berlangsung ke penyelidikan.
Cook, yang ditunjuk oleh mantan Presiden Joe Biden, telah membantah melakukan kesalahan, dengan mengatakan ia “tidak berniat diintimidasi untuk mengundurkan diri”.
“Keinginan Trump mendikte The Fed untuk menurunkan suku bunga (menjadi alasan mengapa Cook dipecat,” ujar Lukman.
Selama ini, Cook memang secara konsisten telah memberikan suara bersama Gubernur The Fed Jerome Powell untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil.
Bagi Lukman, aksi Trump ini memuluskan keinginan untuk menurunkan suku bunga, tetapi justru dapat melemahkan dolar AS, walaupun mungkin investor memandang bisa mendukung ekonomi AS ke depan dan mengurangi dampak kebijakan tarif.
“Indeks dolar yang menguat pagi ini diikuti oleh penguatan CHF (Franc Swiss) dan Yen kemudian emas, sehingga tercermin kekhawatiran kekisruhan di AS menyebabkan investor berbondong-bondong ke cash haven. Namun, ini hanya reaksi sesaat dan investor saat ini masih mencerna perkembangan ini,” kata dia.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa di Jakarta melemah sebesar 10 poin atau 0,6 persen menjadi Rp16.269 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.259 per dolar AS.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Usai Temui Trump, Putin Diam-diam Kunjungi Pusat Nuklir di Sarov, Ada Apa?
GELORA.CO – Presiden Rusia Vladimir Putin diam-diam mengunjungi Pusat Nuklir Federal Rusia pada Jumat, 22 Agustus 2025.
Melansir The Kyiv Independent, kunjungan tersebut dilakukan Putin sehari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan Ukraina “tidak memiliki peluang untuk menang” jika tak diizinkan menyerang Rusia.
Pernyataan Trump itu merupakan kritikan atas perintah Presiden AS sebelumnya, Joe Biden, yang membatasi pergerakan militer Kiev atas Rusia.
Adapun aktivitas Putin di Sarov mendapat sorotan serius media internasional. Demikian laporan kantor berita pemerintahan Rusia, RIA Novosti.
Saat tiba, Putin disambut oleh perwakilan dari fasilitas penelitian senjata nuklir utama negara itu.
Selama di sana, Putin terpantau didampingi oleh Jenderal Tertinggi Rusia, Valery Gerasimov, Wakil Perdana Menteri Rusia Denis Manturov, Kepala Rosatom Alexey Likhachev, Wakil Kepala Staf Sergei Kiriyenko dan Gubernur Nizhny Novgorod Gleb Nikitin.
RIA Novosti mengklaim, kunjungin Putin melibatkan pertemuan dengan seluruh pegawai industri nuklir dan meletakkan bunga di Monumen untuk kepala perancang bom atom pertama Soviet.
Sarov diketahui merupakan kota tertutup di Oblast Nizhny Vovgorod, Rusia.
Kawasan ini juga menjadi rumah bagi Pusat Nuklir Rusia dan Museum Bom Atom Soviet.
Tak bisa seorang pun masuk ke kota ini karena aksesnya sangat dibatasi. Bahkan untuk warga Rusia sekalipun.
Kota ini dikelilingi pagar dan dijaga ketat oleh Militer Moskow.
Pusat Nuklir Rusia ini juga dikenal sebagai Institut Penelitian Ilmiah Fisika Eksperimental Seluruh Rusia (VNIIEF).
Di sanalah pusatnya keputusan-keputusan penting terkait pengembangan, produksi penyimpanan dan penggunaan senjata nuklir Rusia.
Kemudian pusat ini dikelola oleh perusahaan energi nuklir negara, Rosatom.
Akankah Rusia dan Ukraina Berdamai?
RIA Novosti menyebut kunjungan ini dilakukan oleh Putin seminggu pasca-pertemuan Putin dan Trump terjadi untuk pertama kali sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
Pertemuan itu dilakukan di lokasi nan jauh di sana, ya, Anchorage, Alaska pada 15 Agustus 2025 lalu.
Usai pertemuan itu Trump pun mengumumkan serangkaian rencana perundungan damai tingkat tinggi antara Rusia dan Ukraina.
Tak lama beberapa hari KTT Alaska, Trump menyambut Presiden Kiev, Volodymyr Zelensky dan beberapa pemimpin tertinggi eropa di Gedung Putih, AS.
Trump menyebut langkah selanjutnya adalah mempertemukan Putin dengan Zelensky untuk upaya perdamaian kedua negara.
Pada 21 Agustus, Trump sempat mengklaim upaya perdamaian ini akan terlihat jelas dalam dua pekan, apakah Rusia serius ingin berdamai.
Trump juga menyalahkan Biden dalam masalah ini karena dinilai telah melemahkan posisi Ukraina untuk melawan Rusia.
“Sangat sulit, bahkan mustahil, untuk memenangkan perang tanpa menyerang negara penjajah. Ibarat tim olahraga hebat yang pertahanannya fanstastis, tetapi tidak diizinkan bermain menyerang,” tulis Trump di Truth Social.
“Tidak ada peluang untuk menang (bagi Ukraina)! Begitu pula dengan Ukraina dan Rusia. Biden yang korup dan sangat tidak kompeten tidak membiarkan Ukraina berperang, hanya bertahan. Bagaimana hasilnya? Masa depan yang menarik!” tambahnya.
Hanya saja, Kremlin sejak pertemuan itu menunjukkan minimnya minat terhadap proses perdamaian dengan Ukraina.
Pada Jumat, 22 Agustus 2025, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan tidak ada pertemuan yang direncanakan antara Putin dan Zelensky.
Bertepatan dengan pernyataan itu, Rusia tak berhenti melancarkan serangan udara berskala besar terhadap Ukraina.
Rusia bahkan menolak gencatan senjata selama negosiasi perdamaian berlangsung.
-

Trump Ancam Pecat Gubernur The Fed Lisa Cook Terkait Dugaan Penipuan KPR
Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan akan memecat Gubernur Federal Reserve (The Fed) Lisa Cook dari Dewan Gubernur jika dia tidak mengundurkan diri terkait tuduhan penipuan kredit kepemilikan rumah (KPR)
“Saya akan memecatnya jika dia tidak mundur,” ujar Trump kepada wartawan dikutip dari Bloomberg, Sabtu (23/8/2025).
Pernyataan tersebut semakin meningkatkan tekanan Trump terhadap bank sentral AS, yang selama berbulan-bulan ia kritik akibat keputusan mempertahankan suku bunga. Trump juga kerap menyerang Ketua The Fed Jerome Powell atas kebijakan moneter maupun pembengkakan biaya renovasi kantor pusat bank sentral di Washington.
Trump pekan ini turut menyoroti Cook, yang ditunjuk oleh mantan Presiden Joe Biden dengan masa jabatan hingga 2038. Sebelumnya, Trump mendesak Cook mundur setelah Direktur Federal Housing Finance Agency Bill Pulte menuduhnya melakukan penipuan hipotek dengan memalsukan data aplikasi pinjaman demi memperoleh syarat yang lebih ringan.
Cook menolak tudingan tersebut dan menegaskan tidak akan terintimidasi untuk mengundurkan diri.
Berdasarkan Section 10 Federal Reserve Act, anggota Dewan Gubernur The Fed hanya dapat diberhentikan dengan alasan tertentu (“removed for cause”). Mahkamah Agung AS pada Mei lalu juga menegaskan bahwa presiden tidak dapat secara sepihak memecat anggota dewan, termasuk Powell, tanpa dasar hukum yang jelas.
Pulte mengatakan bahwa pengaduannya ke Departemen Kehakiman merupakan bagian dari upaya lebih luas memberantas penipuan hipotek, dan menekankan bahwa investigasi akan dilakukan tanpa memandang afiliasi politik pihak yang dituduh.
Jika Cook dipaksa mundur, Trump akan memperoleh peluang untuk memperkuat pengaruhnya atas kebijakan moneter AS. Saat ini, empat dari tujuh kursi Dewan Gubernur berpotensi diisi oleh orang-orang pilihannya.
Trump sudah menunjuk dua gubernur dalam periode pertamanya, serta menominasikan Stephen Miran — Ketua Council of Economic Advisers — untuk mengisi kursi kosong yang ditinggalkan pejabat Biden, Adriana Kugler, bulan ini.
Peringatan Trump pada Jumat disampaikan bersamaan dengan pidato penting Powell di simposium ekonomi tahunan The Fed di Jackson Hole, yang juga dihadiri Cook.
Di sela acara, James Fishback, investor pro-Trump yang baru-baru ini menggugat The Fed, berteriak berulang kali, “Gubernur Cook, mengapa Anda melakukan penipuan KPR?” saat Cook memasuki lokasi. Fishback kemudian diamankan dan dikeluarkan dari lobi hotel tempat konferensi digelar.
-

Negara Ini Jadi Opsi Pertemuan Putin-Zelensky
Berlin –
Para pemimpin Eropa terlihat lega karena upaya intensif mereka untuk memastikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendapat tempat dalam pembicaraan masa depan Ukraina akhirnya membuahkan hasil. Hanya saja, tantangan diplomatik yang sesungguhnya justru baru akan dimulai.
Pertanyaannya, di mana lokasi yang benar-benar bisa mempertemukan Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin?
“Di Eropa Ada Banyak Tempat Layak”
Kepada DW, Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Johann Wadephul mengatakan bahwa ada “banyak tempat layak di Eropa” untuk melakukan negosiasi. Berlin, kata dia, tidak berniat menjadi tuan rumah dan menyebut Swiss sebagai lokasi yang “selalu layak dari dulu”.
Namun, menemukan “lokasi netral” dalam artian harfiah, antara Amerika Serikat, Rusia, Ukraina, dan mungkin negara-negara Eropa lainnya bukan hal mudah. Secara hukum, hal itu juga cukup rumit.
Vladimir Putin saat ini menjadi buronan internasional. Dia didakwa oleh Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) dalam kasus dugaan kejahatan perang, termasuk pemindahan anak-anak secara ilegal dari wilayah Ukraina yang diduduki ke Rusia. Tuduhan ini, dibantah oleh Putin.
Oleh karena itu, dakwaan ICC tersebut membuat perjalanan internasional Putin menjadi rumit. Secara teknis, 125 negara yang menjadi anggota ICC wajib menangkap siapa pun yang menjadi subjek surat perintah ICC jika memasuki wilayah mereka.
Baik Rusia maupun AS tidak mengakui yurisdiksi ICC, sehingga muncul perdebatan hukum soal kekebalan yang dimiliki Putin. Pada hari Rabu (20/08), Washington meningkatkan tekanan diplomatik terhadap ICC dengan menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah hakim.
Jerman dan Prancis Andalkan Swiss
Menlu Swiss Ignazio Cassis mengatakan negaranya “lebih dari siap” untuk menjadi tuan rumah pertemuan tersebut. Pihak Prancis juga menyetujui hal tersebut dan mengatakan Jenewa adalah lokasi ideal untuk negosiasi perdamaian.
Meskipun Swiss adalah anggota ICC, tapi pemerintahnya mengatakan Putin akan diberikan “kekebalan” untuk pembicaraan.
Hanya saja, dosen hukum pidana Internasional dari University of Amsterdam Mathhias Holvoet mengatakan bahwa hal tersebut cukup lemah dari kaca mata hukum. Kepada DW dia mengatakan, dalam sistem demokrasi liberal, pihak yudikatif yang independen nonpemerintah, harusnya mengambil keputusan soal penangkapan tersebut.
“Pada kenyataannya, saya menduga akan ada semacam kesepakatan antara eksekutif dan yudikatif untuk tidak mengeksekusi surat perintah penangkapan ini,” papar Holvoet, sambil mencatat bahwa ada sedikit konsekuensi untuk mengabaikan aturan ICC.
Swiss memiliki sejarah panjang dalam hal netralitas. Mereka menjadi markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hingga menjaga jarak dengan Uni Eropa dan aliansi militer NATO. Namun, Swiss telah memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina.
Pemerintah Swiss mengatakan mereka telah terlibat dalam 30 proses perdamaian, termasuk pembicaraan tentang Armenia, Siprus, Mozambik, dan Sudan. Pada tahun 2021, Jenewa menjadi tuan rumah pembicaraan antara Putin dan mantan presiden AS Joe Biden.
Wilayah Uni Eropa, di Luar NATO: Austria
Kanselir Austria juga menawarkan ibu kota negaranya, Wina, sebagai calon tempat yang potensial. Austria adalah anggota Uni Eropa, tetapi telah netral secara militer sejak tahun 1950-an dan tetap berada di luar NATO.
“Austria membayangkan dirinya sebagai jembatan antara timur dan barat,” kata Reinhard Heinisch, seorang profesor ilmu politik di University of Salzburg, kepada DW.
Dia menyoroti rekam jejak Austria dalam hal diplomatik. Mulai dari pembicaraan AS-Rusia saat era Perang Dingin, hingga negosiasi tentang program nuklir Iran dalam dekade ini.
Sebagai anggota ICC, Austria menghadapi dilema hukum yang sama dengan Swiss. Hanya saja, kata Heinisch, “Austria terkenal dengan komprominya,” dan menambahkan bahwa banyak hal dalam hukum Austria yang “masih bisa ditafsirkan.”
Profesor hukum Holvoet menyebut penundaan surat perintah bisa dilakukan lewat kesepakatan dengan pihak Dewan Keamanan PBB. Hanya saja opsi itu, kata dia, secara politik tidak realistis.
Kenangan Buruk di Budapest
Pihak Paman SAM dikabarkan mempertimbangkan Hungaria sebagai lokasi. Negara Eropa Tengah tersebut mundur dari ICC awal 2025, setelah pengadilan mengeluarkan dakwaan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang merupakan sekutu dekat pemimpin Hungaria Viktor Orban.
Secara hukum internasional, opsi ini mungkin lebih mudah, tapi secara politik, Budapest tidak disukai banyak negara Eropa. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk bahkan mengingatkan bahwa Ukraina pernah mendapat jaminan keamanan yang gagal di Budapest pada 1994. Saat itu Ukraina menyerahkan senjata nuklirnya, sebagai imbalannya Ukraina mendapat jaminan dari AS, Rusia, dan Inggris.
“Mungkin saya agak percaya dengan takhayul, tapi kali ini saya akan mencari tempat lain,” tulis Tusk di akun X resminya.
Hungaria, juga dikenal sebagai pihak bermasalah utama di Uni Eropa. Mereka sering kali memblokir atau meringankan sanksi Uni Eropa terhadap Rusia.
“Banyak pihak Uni Eropa melihat Orban sebagai semacam ‘kuda troya’ bagi kepentingan Rusia,” papar Heinisch. Namun, dia menambahkan, Eropa mungkin kesulitan menolak jika Trump dan Putin sepakat memilih Budapest, ibu lota Hungaria, sebagai lokasi pertemuan.
Turki: Anggota NATO, Tapi di Luar ICC
Media Turki mulai berspekulasi soal pertemuan Zelenskyy dan Putin di negara tersebut. Hal itu menyusul komunikasi antara Presiden Recep Tayyip Erdogan dengan Putin pada Rabu (20/08).
Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut Putin berterima kasih atas “upaya Erdogan memfasilitasi pembicaraan Rusia-Ukraina di Istanbul.”
Turki telah menjadi tuan rumah beberapa putaran pembicaraan tingkat rendah antara Kyiv dan Moskow tahun 2025 ini, termasuk pertukaran tahanan.
Secara geografis, Turki berada di persimpangan Eropa dan Asia, dan seperti Rusia dan Ukraina, mereka memiliki garis pantai di Laut Hitam.
Turki adalah anggota NATO, tapi bukan bagian dari Uni Eropa dan tidak menandatangani Statuta ICC. Meski telah memasok senjata ke Ukraina, Turki tetap menjaga hubungan baik dengan Moskow.
Potensi Kawasan Teluk
Kemungkinan pertemuan dilakukan di luar kawasan Eropa juga disebut-sebut, mulai dari Arab Saudi hingga Qatar. Keduanya memiliki rekam jejak sebagai mediator internasional dan bukan anggota ICC.
Awal 2025, pejabat dari Ukraina, AS, dan Rusia mengadakan pembicaraan di Kota Jeddah, Arab Saudi. Pertemuan itu berakhir dengan keputusan Washington untuk kembali berbagi informasi intelijen kepada Kyiv.
Qatar, tetangga Saudi, juga telah memediasi pembicaraan yang menghasilkan kesepakatan antara Rusia dan Ukraina untuk memulangkan sejumlah anak.
Uni Eropa sebelumnya telah mendorong negara-negara Teluk agar lebih kritis terhadap Moskow, memperketat pengawasan terhadap pelanggaran sanksi, dan memberikan dukungan lebih besar kepada Ukraina.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh: Muhammad Hanafi
Editor: Rahka Susanto
(nvc/nvc)
