Tag: Erick Thohir

  • Erick Thohir Targetkan Merger Garuda Indonesia dan Pelita Air Rampung dalam 6 Bulan

    Erick Thohir Targetkan Merger Garuda Indonesia dan Pelita Air Rampung dalam 6 Bulan

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan, rencana untuk menggabungkan atau merger maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Pelita Air telah menjadi bagian dari peta jalan (road map) yang akan dijalankan dalam enam bulan mendatang.

    Erick menjelaskan, pihaknya telah mengadakan pertemuan dengan direktur utama PT Garuda Indonesia, PT Pelita Air, serta Citilink Indonesia, anak perusahaan Garuda, untuk mendiskusikan langkah-langkah dalam peta jalan tersebut.

    “Ini adalah bagian dari rencana enam bulan ke depan. Mengapa saya mengumpulkan mereka hari ini? Karena ini merupakan bagian dari diskusi terkait penggabungan maskapai BUMN,” ujar Erick dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2025).

    Erick memberikan penjelasan terkait merger maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Pelita Air seusai rapat bersama sejumlah pemangku kepentingan di sektor penerbangan BUMN, termasuk Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Pandjaitan, Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan, Direktur Utama Citilink Indonesia Dewa Kadek Rai, pihak InJourney Airports, dan perwakilan Perum LPPNPI (AirNav Indonesia).

    Dalam rapat tersebut, mereka membahas berbagai topik, termasuk upaya meningkatkan keselamatan penerbangan di tengah isu kecelakaan di sejumlah negara, persiapan menghadapi lonjakan penumpang saat Lebaran 2025, serta diskusi mengenai potensi merger antara Garuda Indonesia dan Pelita Air.

    Terkait merger Garuda Indonesia dan Pelita Air, Erick menyebut penggabungan tiga maskapai BUMN ini akan dilakukan dengan memisahkan pengelolaan bandara dan operasional penerbangan.

    “Pengelolaan bandara dan maskapai tetap dipisah, tetapi sinergi dan restrukturisasi penerbangan akan menjadi fokus diskusi lebih lanjut,” jelasnya.

    Erick juga menegaskan, langkah konsolidasi ini tidak hanya terbatas pada operasional, tetapi juga mencakup perancangan ekosistem industri penerbangan secara menyeluruh.

    “Ekosistem penerbangan ini tidak boleh tertunda. Rancangan dan konsolidasi harus dilakukan secara maksimal untuk mendukung efisiensi yang lebih baik,” tambah Erick.

    Ia berharap, penggabungan tiga maskapai ini dapat diselesaikan tahun ini, sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan efisiensi sektor penerbangan nasional.

    “Enam bulan ke depan adalah target kami. Jika memungkinkan, prosesnya selesai tahun ini. Tahun lalu belum dilakukan karena kajiannya masih berlangsung. Kita tidak ingin langkah ini dilakukan setengah-setengah, yang terpenting adalah menghasilkan solusi terbaik bagi efisiensi penerbangan nasional,” pungkas Erick.

  • Anak Kereta Murka Stasiun Karet Hendak Ditutup Pindah ke BNI City

    Anak Kereta Murka Stasiun Karet Hendak Ditutup Pindah ke BNI City

    Jakarta

    Rencana pemerintah untuk menutup Stasiun Karet dan memindahkan operasionalnya ke Stasiun BNI City menuai protes keras dari para pengguna KRL, khususnya yang kerap menggunakan Stasiun Karet.

    Kemarahan netizen tumpah ruah di media sosial. Berbagai platform seperti Twitter, Instagram, dan Facebook dibanjiri komentar bernada kekecewaan dan protes.

    “Bni city justru deketnya ke sudirman, pemerintah harusnya juga liat seberapa banyak orang yg lebih sering gunain stasiun bni sama karet. Banyak orang yg turun dan naik di karet, otomatis kalo ditutup pasti rutinitas mereka berubah dan jaraknya bisa lebih jauh,” terang @nightfuryyyy.

    “Apa yang mereka tau tentang KRL? Sehari-hari aja pake mobil pribadi atau dinas. Coba dulu rasain naik KRL di rush hour. Karet sepadet itu mau lu tutup stasiunnya. Mending yg lu tutup Stasiun KRL BNI City, gak guna soalnya. Org mau intergrasi ke MRT dr Sudirman juga bisa,” ujar @doiebluesky.

    “Mereka pikir dekat karena surveynya naik kendaraan kali ya. Gw jalan dari BNI city ke karet wangi parfum gw udah ilang di jalan,” kata @lehugalu.

    “aku bingung deh buat keputusan keputusan kaya gini mereka pernah beneran ngerasain naik krl nya dulu gak ya? atau jalan dari bni city ke karetnya? terus dasarnya tuh apa? kenapa ya kita tuh harus dpt pelayan publik yang hasil keputusannya selalu bodoh? kaya? researchnya mana???.” @whisperingwon.

    “Nggak kebayang itu sepenuh apa kalau semuanya dijadiin satu di st. Sudirman karena sejujurnya st. BNI City & st. Sudirman bukan alternatif yang baik buat penutupan st. Karet,” tutur @asongforthesun.

    Alasan Stadiun Karet Ditutup Pindah ke BNI City

    Foto: Rifkianto Nugroho

    Rencana penutupan Stasiun Karet telah diungkapkan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, sebagai bagian dari upaya optimalisasi kereta bandara yang diharapkan dapat menampung hingga 10 juta penumpang per tahun. Jarak yang terlalu dekat antara Stasiun Karet dengan BNI City disebut sebagai alasan utama.

    Awalnya Erick menjelaskan soal kinerja kereta bandara yang kurang optimal dalam hal mengangkut penumpang. Sejauh ini, kereta bandara hanya mengangkut sekitar 1,5 juta penumpang per tahun dari potensi 10 juta penumpang.

    Ia lantas menyebut perlunya perbaikan di ekosistem kereta api untuk melakukan optimalisasi. Salah satu yang dicontohkan adalah rencana penutupan Stasiun Karet karena terlalu dekat dengan stasiun KRL lainnya.

    “Ini yang tadi dibilang kan bagaimana membangun ekosistem seperti tadi. Mungkin di (Stasiun) Karet, ditutup,” katanya di Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, Rabu (1/1/2024), seperti dikutip detikFinance.

    Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha dan Kelembagaan PT KAI, Rudi As Aturridha membenarkan soal rencana tersebut. Pasalnya stasiun Karet dinilai berdekatan dengan stasiun BNI City.

    “Stasiun karet ditutup karena sudah dekat sekali dengan BNI City. Jadi kalau orang yang mau ke Karet, dia tinggal jalan aja. Kan kita udah buat yang selasarnya sampai dengan ke BNI City, sehingga trafiknya pun akan lebih cepat,” sebut Rudi.

    Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan rencana penutupan operasional Stasiun Karet yang berlokasi di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Salah satu alasannya adalah karena jarak Stasiun Karet terlalu dekat dengan Stasiun BNI City sehingga kurang efisien. Foto: Rifkianto Nugroho

    Sementara itu VP Corporate Communication KAI Commuter, Joni Martinus, mengatakan melalui optimalisasi Stasiun BNI City diharapkan perjalanan kereta bandara bisa menjadi lebih singkat, dari sebelumnya total 56 menit menjadi 40 menit. Dengan begitu layanan ini dapat menjadi pilihan utama calon penumpang pesawat dalam menuju atau pulang dari bandara.

    Terlebih mengingat stasiun yang berlokasi di Dukuh Atas tersebut saat ini sudah terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya. Di mana stasiun yang juga melayani naik turun penumpang Commuter Line atau KRL telah terintegrasi dengan Transjakarta, MRT, LRT, hingga JakLingko.

    “Hal itu sebagai solusi dari kemacetan di jalan raya menuju bandara. Dengan integrasi moda transportasi yang bermuara di Stasiun BNI City, penumpang diharapkan dapat menghemat waktu lebih banyak sehingga bisa sampai ke bandara tepat waktu,” kata Joni dalam keterangan resminya, Kamis (2/1/2024).

    Dalam upaya mengurangi waktu tempuh perjalanan kereta, saat ini KAI Commuter bersama PT KAI (Persero) tengah melakukan pembahasan dan koordinasi bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan atau DJKA, untuk mengintegrasikan operasional Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City.

    Sebab berdasarkan riset dan pengamatan faktual yang dilakukan, posisi Stasiun Karet hanya berjarak 350 meter dari Stasiun BNI City.

    “Pengguna Commuter Line akan terlayani lebih baik di Stasiun BNI City yang selama ini melayani rata-rata 2.408 orang atau sebanyak 100 orang pengguna per jam setiap hari. Dari sisi kapasitas maksimal, Stasiun BNI City pun dapat menampung penumpang sebanyak 2.000 pengguna setiap jamnya,” terangnya.

    Selain dapat menyingkat waktu perjalanan kereta, keberadaan Stasiun Karet dinilai sudah tidak layak. Berdasarkan data KAI, dalam satu jam pengguna Commuter Line yang masuk ke stasiun mencapai hampir 2 ribu penumpang, dengan waktu tunggu pemberangkatan selama 10 menit.

    Hal itu tentunya membutuhkan kapasitas ruang tunggu sebanyak 330 orang. Padahal, saat ini hall Stasiun Karet hanya dapat menampung sekitar 150 orang, yang membuatnya lebih beresiko terhadap keselamatan pengguna. Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan.

    “Jika digabung ke Stasiun BNI City, maka penumpang dapat menikmati fasilitas dan layanan yang optimal, dan tentunya lebih aman. KAI Commuter sebagai pengelola Commuter Line berkomitmen menjadikan safety atau keselamatan pengguna sebagai prioritas,” tegas Joni

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Stasiun Karet Nggak Jadi Ditutup, Bakal Digabung dengan BNI City”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • Rencana Penutupan Stasiun Karet, Pengamat: Alasannya Tidak Tepat
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Januari 2025

    Rencana Penutupan Stasiun Karet, Pengamat: Alasannya Tidak Tepat Megapolitan 3 Januari 2025

    Rencana Penutupan Stasiun Karet, Pengamat: Alasannya Tidak Tepat
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)
    Deddy Herlambang
    menilai alasan
    Menteri BUMN
    Erick Tohir untuk menutup
    Stasiun Karet
    demi memaksimalkan Stasiun BNI City tidak tepat.
    “Sebenarnya, alasan menteri itu tidak tepat kalau untuk memaksimalkan Stasiun BNI City,” ujar Deddy saat diwawancarai
    Kompas.com
    , Kamis malam (2/1/2024).
    Deddy menyatakan bahwa jika Stasiun Karet ditutup, maka alasan yang lebih tepat adalah untuk merealisasikan
    Transit Oriented Development
    (TOD) di Dukuh Atas.
    Ia menjelaskan bahwa perencanaan Dukuh Atas sudah sesuai dengan Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ).
    “Di Dukuh Atas itu harusnya hanya ada satu titik simpul. Jadi, yang jelas hanya ada Stasiun Sudirman,” ungkap Deddy.
    Ia menambahkan bahwa jarak antara Stasiun Sudirman dan Stasiun Karet tidak terlalu jauh.
    Dengan adanya Stasiun BNI City, jarak antar stasiun menjadi semakin dekat.
    Oleh karena itu, jika menerapkan TOD, penutupan Stasiun Karet seharusnya bisa dilakukan.
    “Kalau untuk RITJ, konsep maksimal jalan kakinya 500 meter. Sebenarnya, antara Stasiun Sudirman lama dengan Stasiun Karet sudah 500 meter, sudah masuk kawasan TOD,” kata Deddy.
    Deddy menjelaskan bahwa penerapan konsep TOD bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan angkutan umum serta meningkatkan transportasi non-motoris seperti berjalan kaki dan bersepeda.
    Jika TOD di kawasan itu direalisasikan, titik simpulnya akan berada di Stasiun Sudirman.
    “Titik simpulnya ada di Stasiun Sudirman. Mengapa Stasiun Sudirman? Karena di sana akan terjadi HUB, yang merupakan proses transit besar,” terang Deddy.
    Namun, untuk mencegah terjadinya overload penumpang, penghentian KRL sebaiknya dilakukan di Stasiun BNI City.
    “Mengapa penghentian KRL itu di BNI City? Untuk mencegah overload. Sejak 2023, LRT Jabodebek beroperasi sehingga ada peningkatan volume penumpang. Karena sudah overload, makanya dipindah ke BNI City,” ucap Deddy.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Temui Prabowo, Erick Thohir laporkan transformasi Bandara Soetta

    Temui Prabowo, Erick Thohir laporkan transformasi Bandara Soetta

    Menteri BUMN Erick Thohir saat bertemu Presiden Prabowo Subianto di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (2/1/2025), untuk melaporkan transformasi Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. ANTARA/HO-Erick Thohir

    Temui Prabowo, Erick Thohir laporkan transformasi Bandara Soetta
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 02 Januari 2025 – 23:28 WIB

    Elshinta.com – Menteri BUMN Erick Thohir melaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto terkait langkah pengembangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten.

    Erick, melalui akun Instagram @erickthohir di Jakarta, Kamis (2/1), menginformasikan bahwa proyek ini meliputi revitalisasi dan relokasi seluruh terminal bandara guna meningkatkan kapasitas dan efisiensi operasional.

    “Melaporkan kepada Presiden Jendral TNI (Purn) Prabowo Subianto terkait pengembangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta melalui revitalisasi dan relokasi seluruh Terminal,” demikian petikan keterangan foto dari postingan tersebut.

    Dalam pernyataannya, Erick Thohir menegaskan bahwa arahan Presiden untuk melakukan efisiensi dalam pemerintahan telah berhasil diimplementasikan.

    Salah satu pencapaian penting adalah penghematan anggaran sebesar Rp13 triliun yang sebelumnya dialokasikan untuk pembangunan Terminal 4.

    “Melalui langkah ini, kami tidak hanya menghemat anggaran, tetapi juga melakukan rebalancing traffic. Kapasitas penumpang akan ditingkatkan dari 56 juta menjadi 94 juta penumpang per tahun secara bertahap,” katanya.

    Erick juga memaparkan pembagian fungsi terminal yang lebih terstruktur untuk meningkatkan kenyamanan penumpang.

    Terminal 1, 2D, dan 2E akan difokuskan untuk penerbangan Low-Cost Carrier (LCC), sementara Terminal 3 akan didedikasikan untuk Full Service Carrier (FSC).

    Sesuai dengan prioritas Presiden, kata Erick, layanan untuk jamaah umrah dan haji akan dipusatkan di Terminal 2F.

    Hal ini dilakukan mengingat tingginya jumlah antusiasme jamaah umrah yang mencapai 1,3 juta hingga 1,5 juta per tahun, serta jemaah haji yang berjumlah 241 ribu per tahun.

    Revitalisasi Bandara Soekarno-Hatta ini diharapkan Erick dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai hub penerbangan internasional serta memberikan layanan yang lebih baik kepada masyarakat.

    Sumber : Antara

  • Erick Thohir Minta Garuda cs Siap Hadapi Lonjakan Penumpang di Lebaran 2025

    Erick Thohir Minta Garuda cs Siap Hadapi Lonjakan Penumpang di Lebaran 2025

    Jakarta

    Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengingatkan maskapai Garuda Indonesia, Citilink, Pelita Air, pengelola bandara Angkasa Pura dan Airnav untuk mempersiapkan diri menghadapi lonjakan penumpang pada periode lebaran 2025 yang jatuh pada Maret 2025.

    Dalam hal ini ia memanggil Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia, Dirut Citilink, Dirut Pelita Air, dan Dirut Angkasa Pura dan Dirut Airnav di Kementerian BUMN, Kamis (2/1/2024)

    “Persiapan tentu untuk lebaran. Karena memang kan Nataru mungkin tanggal 4 ini sudah terjadi penurunan penumpang. Tetapi kalau kita ingat nanti ada Ramadan, lebaran ini kan di bulan Maret kita harus antisipasi,” katanya.

    Antisipasi tersebut lantaran, Erick memprediksi jumlah penumpang pesawat pada periode lebaran 2025 meningkat 5 kali lipat dibandingkan pada periode Natal dan Tahun Baru 2024/2025.

    “Jadi saya minta tadi dari airport, dari penerbangan mulai coba merencanakan dengan masing-masing jumlah pesawat yang dimiliki. Supaya pada saat Lebaran ini kita bisa antisipasi yang hari ini sudah baik lebih baik lagi. Karena dibandingkan Nataru ini kita mungkin bisa 5 kali lipat,” katanya.

    Ditempat yang sama, Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Pandjaitan menargetkan penambahan jumlah pesawat untuk tahun 2025 sebanyak 20 pesawat.

    Adapun pada Januari 2025 ini Garuda Indonesia Garuda akan kedatangan dua pesawat baru dengan merek Boeing.

    “Jadi Januari ini kita kedatangan dua pesawat lagi Boeing, dan di Februari nanti kita operasikan satu lagi tambahan (jenis) 737. Harapannya nanti total sampai 2025 kita bisa mencapai sampai 20 pesawat,” ungkapnya.

    Sementara itu, PT Pelita Air Service bakal mengoperasikan 18 pesawat tahun 2025. Adapun tahun ini, Pelita Air juga menargetkan penambahan enam unit pesawat dari jumlah total 12 pesawat saat ini.

    Direktur Utama Pelita Air, Dendy Kurniawan menuturkan, unit pesawat yang ditambah bermerek Airbus. Dari total enam unit tambahan, kata Dandy, dua di antaranya pesawat wide body atau berbadan besar dengan kapasitas penumpang lebih banyak.

    “Jadi bukan rencana sudah pasti tinggal menunggu datang, itu tambahan lagi enam. Jadi akan 18 pesawat kita operasikan di 2025. Nah kami ini terus menambah pesawat juga, dan yang kami sedang cari adalah yang wide body. Dua unit wide body yang pesawat yang besar,” kata Dandy.

    (kil/kil)

  • Erick Lapor Prabowo Hemat Rp 13 Triliun ‘Poles’ Terminal Bandara Soetta

    Erick Lapor Prabowo Hemat Rp 13 Triliun ‘Poles’ Terminal Bandara Soetta

    Jakarta

    Menteri BUMN Erick Thohir menghadap Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta. Erick melaporkan pengembangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) melalui revitalisasi dan relokasi seluruh Terminal.

    Erick mengatakan sebelumnya direncanakan melakukan pembangunan terminal 4 Bandara Soetta, dengan biaya Rp 14 triliun. Kini rencana itu diubah menjadi hanya ‘memoles’ salah satu terminal saja sebesar Rp 1 triliun.

    Pada akhirnya, menurut Erick, pemerintah bisa hemat Rp 13 triliun.

    “Sesuai dengan arahan Bapak Presiden untuk melakukan efisiensi dalam pemerintahan, kami berhasil menghemat Rp 13 triliun yang sebelumnya direncanakan untuk membangun Terminal 4,” ungkap Erick dalam unggahannya di Instagram, dia mengunggah foto bersama dengan Prabowo, Kamis (2/1/2025).

    Pemerintah juga akan melakukan rebalancing traffic dan akan meningkatkan kapasitas penumpang dari 56 juta menjadi 94 juta orang secara bertahap.

    Selain itu, Erick juga memaparkan ke depan pihaknya akan melakukan penataan ulang Bandara Soekarno-Hatta. Pertama, Terminal 1, 2D, dan 2E akan difokuskan untuk penerbangan murah alias Low Cost Carrier (LCC).

    Lalu, Terminal 3 akan difokuskan untuk layanan penerbangan Full Service Carrier. Kemudian, khusus untuk umrah dan haji akan dipusatkan di Terminal 2F.

    “Mengingat jumlah jemaah umrah per tahun mencapai 1,3 juta hingga 1,5 juta jemaah. Sementara jemaah Haji per tahun mencapai 241 ribu jemaah.

    [Gambas:Instagram]

    (hal/hns)

  • Berkaca Kecelakaan Jeju Air, Erick Minta Pesawat Garuda Cs Dievaluasi

    Berkaca Kecelakaan Jeju Air, Erick Minta Pesawat Garuda Cs Dievaluasi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta pesawat milik Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air dievaluasi imbas kecelakaan pesawat yang terjadi di sejumlah negara beberapa waktu terakhir.

    Salah satunya kecelakaan Pesawat Jeju Air jenis Boeing 737-800 di Korea Selatan (Korsel).

    Hal itu disampaikan Erick usai mengumpulkan bos Garuda Indonesia, Citilink, Pelita Air, AirNav, dan Angkasa Pura di kantor Kementerian BUMN, Kamis (2/1).

    “Kita review memastikan bagaimana kondisi pesawat-pesawat terbang yang dimiliki maskapai ini supaya benar-benar kita jaga,” kata Erick.

    Tak hanya memberikan arahan kepada maskapai, Erick juga meminta agar Angkasa Pura memastikan kondisi bandara aman.

    Kemudian untuk AirNav, ia minta untuk mengantisipasi kondisi-kondisi tak wajar dalam lalu lintas penerbangan. Pasalnya beberapa kecelakaan pesawat terjadi karena faktor di luar pesawat seperti tabrakan burung ke pesawat atau bird strike.

    “Kita sampaikan ke AirNav untuk early warning kalau memang ada hal-hal yang kita bisa antisipasi,” sambungnya.

    Sebelumnnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pihaknya telah melakukan langkah antisipasi imbas kecelakaan sejumlah pesawat.

    Salah satunya dengan pengecekan di Garuda Maintenance Facility (GMF) yakni anak usaha Garuda Indonesia yang bergerak di bidang pemeliharaan, perbaikan, dan pemeriksaan pesawat terbang.

    Jika ditemukan kondisi tak wajar pada pesawat Garuda, Citilink, maupun Pelita Air, sambungnya, maka akan langsung dilakukan perbaikan.

    “Di GMF hal-hal yang ireguler itu dianalisis dan langsung ada proses perbaikan. Safety menjadi nomor satu, kita pastikan pesawat Garuda, Citilink, Pelita layak terbang. GMF terus menjaga kelayakan dan safety pesawat-pesawat kita,” katanya.

    (fby/agt)

  • Erick Thohir Yakin Bisa Gencet Harga Tiket Pesawat pada Mudik Lebaran 2025

    Erick Thohir Yakin Bisa Gencet Harga Tiket Pesawat pada Mudik Lebaran 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berupaya keras menekan atau menurunkan harga tiket maskapai penerbangan pada mudik Lebaran 2025. Upaya itu dilakukan Menteri Erick Thohir, lantaran dinilai sukses menurunkan harga tiket pesawat di libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

     Erick Thohir berpendapat sangat memungkinkan menekan harga tiket pada periode mudik Lebaran 2025, setelah pemerintah  sukses menurunkan harga tiket pesawat pada periode libur Nataru.

    “Kita sekarang sudah luar biasa dengan Nataru. Bahkan, tadi ada statement dari Pak Menko (Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan) dan Pak Mendagri,” ungkap Menteri Erick Thohir soal penurunan harga tiket pesawat saat periode mudik Lebaran 2025 di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/1/2024).

    Erick Thohir mengungkapkan, untuk menurunkan harga tiket pesawat di dalam negeri, diperlukan kolaborasi antara seluruh stakeholder.

    Untuk BUMN terkait, baik Garuda Indonesia, Citilink hingga Angkasa Pura Indonesia, hanya sebagian kecil yang mendukung berjalannya kebijakan atau supporting system.

    Erick Thohir menegaskan, pemerintah akan mengupayakan penurunan harga tiket pesawat regional. Namun dirinya tidak berjanji, lantaran setiap kebijakan harus melewati kajian mendalam.

    “Saya belum bisa bicara soal tiket turun 10 persen saat Lebaran, karena itu tentu konteksnya perlu kajian yang lebih dalam,” ungkap Menteri Erick Thohir yang berupaya untuk menurunkan harga tiket pesawat di mudik Lebaran 2025.

    Seperti diketahui sebelumnya, sejumlah maskapai seperti Garuda Indonesia, Citilink, hingga Pelita Air sukses menurunkan harga tiket pesawat pada periode libur Nataru.

    Adapun, tiket pesawat rute dalam negeri mampu ditekan hingga 9 hingga 11 persen.

  • Wajah Stasiun Karet di Tengah Rencana Penutupan

    Wajah Stasiun Karet di Tengah Rencana Penutupan

    Jakarta, CNN Indonesia
    Menteri BUMN Erick Thohir membuka wacana menutup Stasiun Karet karena lokasinya berdekatan dengan stasiun lain.

    Bagikan:

    url telah tercopy

  • Menteri BUMN Targetkan Konsolidasi GIAA, Citilink, Pelita Rampung Pertengahan 2025

    Menteri BUMN Targetkan Konsolidasi GIAA, Citilink, Pelita Rampung Pertengahan 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan konsolidasi PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA), PT Pelita Air Service dan PT Citilink Indonesia masuk dalam roadmap dan ditargetkan rampung dalam enam bulan ke depan. 

    Erick Thohir mengatakan konsolidasi maskapai BUMN ini dilakukan dengan memperhatikan sinergi restrukturisasi dan ekosistem industri penerbangan. 

    “Ini [konsolidasi] bagian roadmap yang 6 bulan ke depan. Ya ini [selesai] 6 bulan,” kata Erick di Kementerian BUMN, Kamis (2/1/2025). 

    ET juga mengklaim jika seluruh layanan tiap maskapai akan tetap berjalan karena menggunakan mekanisme B2B. 

    Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, Erick Thohir memberikan kabar terbaru mengenai perkembangan penggabungan usaha atau merger perusahaan-perusahaan BUMN. 

    Erick menyebut salah satu ide yang juga muncul adalah mengkonsolidasikan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) dengan maskapai lain. Erick menuturkan merger BUMN ini akan dibahas pada rapat pimpinan pekan depan bersama dengan wakil menteri BUMN. Erick menuturkan pihaknya akan terus mengefisiensikan BUMN yang ada.  

    “Saya baru akan rapatkan di Rapim minggu depan, sama wamen semua, dan progress-nya nanti akan kami ajukan ke bapak presiden,” ujar Erick di Jakarta, Rabu (1/1/2025).  

    Erick juga menjelaskan masih akan mengkaji BUMN mana yang akan lebih dulu dimerger. Menurut Erick, pihaknya masih memerlukan pendalaman dari merger tersebut.

    Diketahui, Garuda Indonesia mencatatkan pertumbuhan jumlah penumpang menjadi sebanyak 11,53 juta penumpang sepanjang semester I/2024, naik sebesar 27,40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. 

    Perinciannya adalah penumpang pesawat Garuda Indonesia sebanyak 5,27 juta naik 45,17% serta pesawat Citilink sebanyak 6,27 juta atau naik 15,49%. 

    Garuda Indonesia secara bertahap berhasil mengimplementasikan sejumlah langkah strategis optimalisasi kinerja baik dari aspek layanan dan aspek operasional, termasuk menghadirkan rangkaian inisiatif yang dapat meningkatkan performa kinerja Perusahaan