Tag: Benjamin Netanyahu

  • 436 Warga Gaza Tewas Akibat Bombardir Israel, 183 di Antaranya Anak-anak

    436 Warga Gaza Tewas Akibat Bombardir Israel, 183 di Antaranya Anak-anak

    Gaza

    Pasukan Israel terus membombardir Gaza usai gencatan senjata dengan Hamas berakhir. Terkini, sudah ada 436 warga Palestina yang tewas.

    Dilansir Aljazeera, Rabu (19/3/2025), dari 436 warga Palestina yang tewas, 183 di antaranya anak-anak. Data ini dihimpun oleh Kementerian Kesehatan Gaza.

    Seorang pejabat Hamas, Taher al-Nono, mengatakan kelompok itu tak menutup pintu untuk negosiasi lanjutan terkait gencatan senjata, meski Israel kembali membombardir jalur Gaza.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan ke Gaza itu baru ‘permulaan’. Netanyahu memastikan semua negosiasi gencatan senjata sudah kolaps.

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan setidaknya 49.547 warga Palestina telah dipastikan tewas dan 112.719 terluka akibat serangan Israel di Gaza, yang sering disebut genosida. Serangan brutal Israel ini berlangsung sejak akhir 2023.

    Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700. Jumlah ini berdasarkan ribuan warga Palestina yang dinyatakan hilang dan diduga jasadnya masih berada di bawah reruntuhan bangunan.

    (isa/jbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 8 Update Perang Gaza: Netanyahu Warning Hamas-Laut Merah Membara

    8 Update Perang Gaza: Netanyahu Warning Hamas-Laut Merah Membara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Eskalasi mulai terbentuk kembali di Timur Tengah. Hal ini terjadi setelah Israel melanggar keputusan gencatan senjata dengan milisi penguasa Gaza Palestina, Hamas.

    Hal ini pun memancing aksi dari sekutu Hamas yang ada di kawasan. Selain itu, langkah ini juga mengaburkan prospek perdamaian dan juga pembebasan tawanan antara Hamas dan Israel.

    Berikut perkembangan terbaru eskalasi itu sebagaimana dirangkum beberapa sumber, Rabu (19/3/2025).

    1. Netanyahu Warning Hamas

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa serangan pada Selasa, “baru permulaan”. Hal ini, tegasnya, akan terus berlanjut hingga Israel mencapai tujuan perangnya yakni menghancurkan Hamas dan membebaskan seluruh sandera yang ditahan oleh kelompok militan tersebut.

    Negosiasi gencatan senjata lebih lanjut, kata Netanyahu dalam pidato televisi Selasa malam, akan berlangsung “di bawah tembakan”. Ini adalah pernyataan pertamanya setelah serangan yang menewaskan lebih dari 400 orang dalam satu hari, menjadi hari paling berdarah sejak awal perang pada 2023.

    “Hamas sudah merasakan kekuatan tangan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin berjanji kepada Anda-dan kepada mereka-bahwa ini baru permulaan,” ujar Netanyahu, sebagaimana dikutip The Guardian.

    Hal sama juga dikatakan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Ia memperkirakan bahwa perang di Gaza bisa berlangsung selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan.

    “Hamas harus memahami bahwa aturan permainan telah berubah,” kata Menteri Pertahanan Israel lainnya, Israel Katz, dalam kunjungannya ke pangkalan udara.

    “Gerbang neraka akan terbuka dan mereka akan menghadapi kekuatan penuh IDF di udara, laut, dan darat jika Hamas tidak membebaskan sandera.”

    2. Israel Turunkan Perintah Evakuasi

    Militer Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi bagi wilayah utara dan timur Gaza, mengindikasikan kemungkinan serangan darat dalam waktu dekat. Adapun sejauh ini, erangan dilaporkan terjadi di Gaza utara serta di kota-kota Deir al-Balah dan Khan Younis di bagian tengah.

    “Salah satu serangan dilaporkan menewaskan 17 anggota satu keluarga di Rafah, termasuk lima anak, orang tua mereka, serta seorang pria dengan tiga anaknya,” menurut laporan tenaga medis di rumah sakit setempat.

    Di rumah sakit al-Shifa di Kota Gaza, para penyintas mengadakan pemakaman darurat bagi puluhan jenazah yang berjejer di halaman. Para ibu meratapi tubuh anak-anak mereka yang berlumuran darah sementara pesawat tempur terus berdengung di langit.

    Dokter berjuang keras menangani arus korban yang terus berdatangan. Per;u diketahui, korban tewas termasuk pejabat tinggi Hamas, pemimpin politik tertinggi di Gaza dan beberapa menteri, selain banyak perempuan dan anak-anak.

    3. Israel Klaim Hamas Ingin Menculik Warga

    Juru bicara militer Israel Letkol Nadav Shoshani menyatakan bahwa serangan ini diluncurkan setelah intelijen menemukan rencana Hamas untuk melakukan serangan baru, menculik atau membunuh warga sipil atau tentara Israel. Hamas juga disebut menolak membebaskan lebih banyak dari 59 sandera yang masih ditahan di Gaza, yang menurut Israel merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada Januari.

    “Hamas bisa saja memilih jalur lain. Mereka bisa memilih untuk membebaskan semua sandera, tetapi mereka malah memilih penolakan, teror, dan perang,” kata Shoshani dalam sebuah pernyataan.

    4. Laut Merah Makin Panas

    Di sisi lain, makin beringasnya Israel membuat kelompok Houthi makin reaktif. Milisi penguasa Yaman itu mengatakan akan makin gencar menyerang kapal-kapal pengiriman, terutama Israel, di Laut Merah.

    Ini menjadi dukungan baru Houthi terhadap warga Palestina di Gaza. Pernyataan serangan baru dikeluarkan di tengah tekanan militer Amerika Serikat (AS) untuk menyerang lagi Yaman dan Iran.

    “Tidak akan ada pembicaraan tentang pengurangan operasi sebelum mengakhiri blokade bantuan di Gaza. Iran tidak ikut campur dalam keputusan kami, tetapi yang terjadi adalah Iran terkadang menjadi penengah, tetapi tidak dapat mendikte sesuatu,” kata Jamal Amer, menteri luar negeri kelompok tersebut, seperti dikutip Reuters.

    Houthi telah melancarkan lebih dari 100 serangan yang menargetkan pengiriman ke Israel sejak November 2023, dengan mengatakan mereka bersolidaritas dengan Palestina atas perang Israel dengan Hamas, sekutu regional Iran lainnya, di Gaza. Mereka menghentikan operasi ketika gencatan senjata Gaza mulai berlaku pada Januari.

    5. Menlu Jerman: Perdamaian Arab Buyar

    Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan sebelum kunjungannya ke Lebanon bahwa dimulainya kembali pertempuran membahayakan upaya positif negara-negara Arab, yang bersama-sama ingin menempuh jalur damai bagi Gaza, bebas dari Hamas. Ia mengatakan perdamaian Arab dalam bencana.

    “Semua pihak dalam konflik harus menunjukkan pengekangan diri, menghormati hukum humaniter, dan kembali berunding,” tuturnya.

    6. Israel ‘Serang’ PBB

    Serangan Israel yang tak pandang mulu menyerang PBB. di Deir el-Balah, pasukan Israel menargetkan salah satu wisma tamu PBB tempat para pekerja kemanusiaan internasional tinggal.

    Akibatnya, empat pekerja yang terluka dibawa ke Rumah Sakit Al-Aqsa dengan ambulans. Dokter di Rumah Sakit Al-Aqsa membawa mereka ke unit gawat darurat dan mencoba memberi mereka obat.

    Ini bukan satu-satunya serangan yang terjadi dalam satu jam terakhir. Pasukan Israel juga menargetkan sebuah rumah di Nuseirat.

    Situasinya semakin memburuk, dengan ledakan terus-menerus. sirene ambulans makin sering terdengar.

    Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Israel juga menyerang Kepala PBB Antonio Guterres. Ia dituding mengalami ‘kebangkrutan moral’ setelahmengatakan bahwa ia ‘marah’ dengan serangan udara Israel yang baru di Gaza.

    “Kami marah karena Anda (Antonio Guterres) menjadi Sekretaris Jenderal PBB,” tulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Oren Marmorstein di X.

    Marmorstein menuduh kepala PBB tidak menyebutkan usulan AS untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata. Penolakan Hamas untuk memperpanjang fase pertama terjadi karena Hamas tetap berkomitmen untuk melaksanakan kesepakatan yang disepakati di semua fasenya.

    “Memang, kami marah dengan kebangkrutan moral Anda.”

    7. Tokoh Ekstrim Israel Kembali Jadi Menteri

    Sementara itu, tokoh sayap kanan anti-Palestina Israel, Itamar Ben-Gvir akan kembali ke posisi yang pernah dipegangnya sebelumnya, Menteri Keamanan Dalam Negeri. Ada suara bulat untuk pemulihan jabatannya.

    Ben-Gvir sendiri sebelumnya menduduki jabatan itu sebelum mundur karena kesepakatan gencatan senjata pertama Israel-Hamas. Ia merupakan tokoh yang menolak berdamai dengan Hamas, sambil terus melakukan sejumlah kunjungan provokatif ke Masjid Al Aqsa di Tepi Barat

    8. Warga Israel Pendemo Netanyahu Ditangkap

    Polisi Israel telah menahan Brigadir Jenderal Angkatan Udara Israel yang sudah pensiun, Amir Haskel, seorang aktivis anti pemerintah terkemuka. Menurut media setepat, ini terjadi saat ia melakukan unjuk rasa di kediaman pribadi Netanyahu di Yerusalem.

    Haskel menggunakan megafon untuk menuduh PM “menghancurkan gencatan senjata dan kesempatan untuk menyelamatkan para sandera”. Ketika ia ditangkap, ia dibawa ke kantor polisi Moriah.

    (sef/sef)

  • Israel Bunuh 970 Orang di Gaza dalam 48 Jam: Houthi-Hizbullah Bersiap, Hamas Masih Kalem, Kenapa? – Halaman all

    Israel Bunuh 970 Orang di Gaza dalam 48 Jam: Houthi-Hizbullah Bersiap, Hamas Masih Kalem, Kenapa? – Halaman all

    Israel Bunuh 970 Orang di Gaza dalam 48 Jam: Houthi-Hizbullah Bersiap, Kenapa Hamas Masih Kalem
     
    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan 970 kematian dalam 48 jam terakhir saat Israel meningkatkan serangannya di wilayah tersebut.

    “Hingga tengah hari Rabu (19/3/2025), jumlah total kematian telah meningkat menjadi 49.547, naik dari 48.577 yang tercatat pada hari Senin,” tulis laporan kementerian tersebut dikutip dari RNTV, Rabu.

    Israel dilaporkan melancarkan gelombang serangan udara pada malam hari antara Senin dan Selasa, menandai eskalasi paling mematikan sejak gencatan senjata dimulai pada Januari.

    Hizbullah Bersiap Serang Lagi Israel

    Runtuhnya gencatan senjata di Gaza ditandai serangan udara Israel itu direspons gerakan Hizbullah Lebanon.

    Hizbullah mengeluarkan pernyataan pada Selasa yag menyiratkan kesiapan gerakan tersebut melakukan serangan kembali ke wilayah Israel pasca runtuhnya gencatan senjata di Gaza yang rapuh sejak Januari.

    Hizbullah diketahui terlibat langsung konfrontasi dengan Israel dengan menyerang pos-pos dan wilayah pemukiman pendudukan di Israel Utara sebagai bentuk dukungan terhadap milisi perlawanan Palestina di Gaza.

    Seiring terjadinya gencatan senjata di Gaza, Hizbullah juga sempat menghentikan serangannya ke wilayah Israel berbalut gencatan senjata di Lebanon dengan Israel.

    Belakangan, kelompok Lebanon itu menyatakan pihaknya “mengutuk keras” dimulainya kembali perang, dengan mengatakan kalau pemerintah Israel, dengan Netanyahu sebagai pemimpin, menyalakan kembali perang tersebut dengan berkoordinasi dengan pemerintahan Trump.

    “Musuh Zionis, yang gagal mematahkan tekad perlawanan setelah 15 bulan perang brutal, tidak akan berhasil mencapai apa yang telah gagal dicapainya melalui agresi baru.

    Pernyataan itu menyimpulkan kalau hal itu tidak akan memberangus  perjuangan Palestina yang adil atau memaksa rakyatnya meninggalkan tanah mereka.

    Houthi Tak Akan Kendurkan Serangan

    Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) terafiliasi kelompok Ansarallah Houthi juga menyatakan respons yang sama atas kembali pecahnya Perang Gaza.

    Houthi meluncurkan rudal balistik ke arah Israel, yang memicu sirene roket berbunyi di seluruh Negev utara pada malam 18 Maret.

    Militer Israel mengatakan telah mencegat rudal balistik yang diluncurkan dari Yaman sebelum melintasi wilayah Israel.

    Sirene meraung di Beersheba, Merhav Am, Nevatim, dan Revivim, antara lain.

    Pada hari Senin, menteri luar negeri Pemerintahan Keselamatan Nasional Yaman mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters bahwa YAF tidak akan “mengurangi” operasi militer mereka yang menargetkan pengiriman Israel di Laut Merah sebagai tanggapan terhadap ancaman dari militer AS atau tekanan dari sekutunya Iran.

    Komentar dari Menteri Luar Negeri Jamal Amer muncul setelah pesawat tempur AS dan Inggris menewaskan 31 orang dalam serangan udara terhadap Yaman pada hari Sabtu. Angkatan Udara Yaman menanggapi dengan menyerang USS Eisenhower pada hari Senin.

    Angkatan Udara Israel (YAF) mulai menyerang kapal-kapal Israel di Laut Merah pada November 2023 sebagai respons atas genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Gaza. Israel telah memblokir masuknya bantuan ke Gaza selama dua minggu terakhir dan kembali membombardir jalur tersebut pada Selasa pagi, menewaskan lebih dari 400 warga Palestina.

    “Tidak akan ada pembicaraan tentang pengurangan operasi sebelum mengakhiri blokade bantuan di Gaza. Iran tidak ikut campur dalam keputusan kami, tetapi yang terjadi adalah Iran terkadang menjadi penengah, tetapi tidak dapat mendikte hal-hal tertentu,” kata Amer.

    Ia mengatakan, dirinya belum diberitahu mengenai pesan apa pun yang disampaikan Iran kepada utusan Pemerintah Keselamatan Nasional di Teheran.

    “Sekarang kita melihat bahwa Yaman sedang berperang dengan AS, dan itu berarti kita punya hak untuk membela diri dengan segala cara yang mungkin, jadi eskalasi mungkin terjadi,” tambah Amer.

    Iran belum memberikan komentar publik apa pun tentang tindakan militer YAF baru-baru ini yang dilakukan untuk membela diri dan mempertahankan Gaza.

    Teheran mengatakan Yaman membuat keputusan secara independen.

    “(AS) mengancam Iran dan menyerang Yaman. Sekarang, semua skenario mungkin terjadi. Kami akan melakukan apa yang akan mereka lakukan kepada kami. Jika mereka menyerang kami dari (kapal induk AS USS Harry S.) Truman, kami akan membalas dengan menyerang Truman,” kata menteri luar negeri Yaman.

    Pasukan Yaman mengatakan pada 12 Maret bahwa mereka telah melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal Israel yang menggunakan rute yang melewati Laut Merah karena Israel belum memenuhi tenggat waktu untuk mengakhiri blokade bantuan di Gaza.

    Amer mengatakan beberapa negara Uni Eropa telah menyarankan pemerintahnya untuk tidak melakukan eskalasi, tetapi ia meyakinkan mereka bahwa sasarannya adalah pengiriman barang Israel.

    Ia juga memperingatkan negara-negara Arab agar tidak melakukan intervensi militer terhadap Yaman atas nama AS dan Israel.

    “Jika ada pesawat atau pangkalan yang digunakan untuk melawan kami, maka kami akan meningkatkan serangan dan akan mempertahankan diri. Namun, jika mereka (negara-negara Teluk) tetap bersikap netral, kami akan menjauh,” katanya.

    Negara-negara Teluk Qatar, Arab Saudi, Bahrain, Yordania, dan UEA semuanya menjadi tuan rumah fasilitas militer AS.

    Hamas Masih Kalem

    Beberapa jam setelah Israel melancarkan kampanye pengeboman besar-besaran di Gaza pada Selasa, sayap militer Hamas belum melancarkan serangan balik yang nyata.

    Hari itu merupakan hari paling mematikan sejak gencatan senjata di Gaza dimulai sekitar dua bulan lalu.

    Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan, mengatakan bahwa lebih dari 400 orang tewas dalam serangan udara yang dimulai sebelum fajar.

    Namun sepanjang hari, tidak ada tembakan roket oleh militan Palestina atau upaya penyergapan terhadap tentara Israel.

    Suhail al-Hindi, seorang pejabat Hamas, bereaksi terhadap serangan itu dengan mengatakan kelompoknya berharap untuk memulihkan gencatan senjata tetapi tetap memiliki hak untuk merespons.

    “Cara menanggapinya diserahkan kepada mereka yang berada di lapangan,” katanya dalam wawancara telepon.

    “Mereka tahu dan mengerti cara menanggapi pendudukan.”

    Agresi Israel selama 15 bulan melawan Hamas memang telah melemahkan kelompok yang telah lama menguasai Gaza. Israel telah membunuh ribuan pejuangnya dan menghancurkan sebagian besar jaringan terowongannya yang digunakan, antara lain, untuk menyimpan persenjataan. 

    “Dan hal itu melemahkan kemampuan Hamas untuk menembakkan roket ke Israel,” kata laporan NYTimes.

    Al-Hindi mengakui kalau kemampuan kelompok militan Palestina di Gaza menurun akibat perang, tetapi ia mengatakan mereka masih memiliki kemampuan dan keinginan untuk berperang.

    “Masalahnya bukan pada peralatan dan senjata,” katanya. “Ini tentang kemauan, dan saya yakin ada banyak kemauan untuk melawan pendudukan ini.”

    Hamas Susun Ulang Kekuatan

    Hamas telah berupaya untuk menyusun kembali kekuatan selama dua bulan terakhir sejak perjanjian gencatan senjata dengan Israel mulai berlaku.

    Hamas telah mengumpulkan bom yang belum meledak di seluruh Gaza dan menggunakannya kembali sebagai alat peledak rakitan, menurut salah seorang anggota Brigade Qassam, sayap militer Hamas.

    Hamas juga telah merekrut anggota baru dan mengganti komandan yang tewas, kata anggota tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas rincian sensitif.

    Tujuh anggota komite urusan luar negeri dan pertahanan parlemen Israel mengatakan dalam sebuah surat bahwa mereka baru-baru ini mengetahui bahwa Hamas dan Jihad Islam Palestina, kelompok militan lain di Gaza, masing-masing memiliki lebih dari 25.000 dan 5.000 pejuang di wilayah tersebut.

    “Brigade Qassam masih mampu menghadapi pendudukan Israel,” kata Ibrahim Madhoun, seorang analis Palestina dari Gaza yang dekat dengan Hamas.

    Kurangnya respon militer terhadap serangan baru Israel dapat berarti kelompok itu difokuskan pada persiapan pertempuran jika terjadi invasi darat Israel, katanya.

    Militer Israel mengatakan bahwa mereka menyerang Hamas dan Jihad Islam Palestina, kelompok militan yang lebih kecil di Gaza, dengan menargetkan kelompok pejuang, pos peluncuran rudal, dan gudang senjata.

    Letnan Kolonel Nadav Shoshani, juru bicara militer Israel, mengatakan Israel melakukan serangan “pendahuluan” terhadap Hamas setelah menerima indikasi kalau kelompok tersebut berencana menyerang warga sipil dan tentara Israel.

    Sebaliknya, pernyataan dari kantor perdana menteri Israel tentang pemboman Gaza menekankan penolakan Hamas untuk menerima proposal dari utusan Timur Tengah Presiden Trump untuk memperpanjang gencatan senjata, tanpa merujuk pada Hamas yang merencanakan serangan apa pun.

    Hamas membantah pihaknya berencana menyerang pasukan Israel, dan mengatakan klaim Israel adalah “alasan yang tidak berdasar dan palsu untuk membenarkan kembalinya Hamas ke dalam perang.”

    Pengeboman Israel terjadi setelah berminggu-minggu negosiasi yang gagal untuk memperpanjang gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Meskipun serangan Israel gencar, Madhoun mengatakan Hamas tidak akan mengalah pada tuntutan Israel untuk mengakhiri perannya di Gaza atau menyerahkan sejumlah besar sandera yang tersisa tanpa jaminan berakhirnya perang secara permanen.

    “Hamas tidak menginginkan eskalasi, tetapi tidak akan menyerah,” katanya.

    Israel telah berusaha menekan Hamas agar membebaskan sandera yang masih hidup dengan imbalan perpanjangan gencatan senjata, tanpa memberikan kelompok itu jaminan yang dimintanya bahwa perang akan berakhir secara permanen.

    Israel telah bersumpah sepanjang perang bahwa mereka tidak akan membiarkan Hamas terus memerintah Gaza dan akan memastikan bahwa mereka tidak akan pernah lagi melancarkan serangan seperti yang terjadi pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengatakan bahwa agar perang berakhir, pemerintah dan sayap militer Hamas harus dibubarkan, sebuah posisi yang dianut oleh mitra koalisi sayap kanannya dalam pemerintahan.

    Meskipun Hamas telah menyatakan bersedia menyerahkan pemerintahan sipil di Gaza, mereka dengan tegas menolak pembubaran sayap militernya, sumber kekuatan krusial di daerah kantong tersebut.

    Selama fase awal gencatan senjata, kelompok tersebut mencoba menggunakan penyerahan sandera untuk menunjukkan bahwa mereka masih merupakan pasukan yang kuat di Gaza.

    Hampir setiap kali mereka menyerahkan tawanan Israel ke Palang Merah, mereka mengadakan upacara teatrikal yang menampilkan ratusan militan yang mengenakan topeng dan menenteng senjata.

    Michael Milstein, mantan perwira intelijen militer Israel yang mengkhususkan diri dalam urusan Palestina, mengatakan Hamas mungkin mencoba terlebih dahulu mengukur apakah Israel merencanakan serangan jangka panjang atau serangan terbatas sebelum merespons.

    “Mereka ingin tahu ke mana arahnya,” kata Milstein.

    “Jika semuanya akan berakhir dalam dua jam, mereka tidak ingin menyia-nyiakan amunisi yang tersisa. Namun, jika berlangsung lama, mereka akan merespons.”

     

    (oln/khbrn/rntv/NYT/*)

     

  • Musuh AS Makin Banyak di Tangan Trump, Negara Eropa Teriak

    Musuh AS Makin Banyak di Tangan Trump, Negara Eropa Teriak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan perang tarif yang digaungkan Presiden AS Donald Trump membuat beberapa negara bereaksi. Kini, bukan cuma China, Rusia, dan Iran yang menjadi musuh AS.

    Beberapa negara lain yang terdampak kebijakan tarif tambahan mulai menunjukkan gesekan. Antara lain Kanada, Meksiko, Uni Eropa, Inggris, Brasil, hingga Korea Selatan.

    Terbaru, Belanda yang selama ini dikenal sebagai sekutu dekat AS juga mulai lantang bersuara. Parlemen Belanda pada pekan ini menyetujui beberapa mosi yang mendorong pemerintah mengurangi ketergantungan dengan perusahaan software asal AS.

    Parlemen juga meminta pemerintah menggenjot pembentukan platform layanan cloud di bawah kontrol Belanda, dikutip dari Reuters, Rabu (19/3/2025).

    Inisiatif serupa memang pernah gagal di masa lalu karena kurangnya alternatif dari Eropa yang memadai. Namun, para legislator mengatakan perubahan hubungan dengan AS di bawah kepemimpinan Trump membuat langkah kemandirian ini bersifat darurat.

    “Pertanyaan yang harus kita utarakan sebagai bangsa Eropa adalah: apakah kita nyaman orang seperti Trump, Mark Zuckerberg (CEO Meta), dan Elon Musk (Pemilik X) menguasai data kita?” kata Marieke Koekkoek yang merancang 1 dari 8 mosi yang disetujui parlemen terkait isu ini.

    Selain meluncurkan platform layanan cloud berdaulat, mosi tersebut meminta pemerintah untuk mengaji ulang keputusan untuk menggunakan Amazon Web Services untuk hosting domain internet di Belanda.

    Parlemen meminta pemerintah Belanda mengembangkan alternatif untuk perangkat lunak AS dan perlakuan istimewa untuk perusahaan Eropa dalam tender publik.

    Pemungutan suara untuk persetujuan mosi tersebut dilakukan sehari setelah puluhan perusahaan teknologi Eropa meminta Komisi Eropa untuk membentuk dana kedaulatan (sovereign fund) dalam rangka berinvestasi dalam teknologi Eropa, termasuk infrastruktur cloud.

    Juru bicara Kementerian Kebijakan Ekonomi Belanda menolak berkomentar.

    Pakar teknologi Belanda, Bert Hubert, telah menyarankan pengurangan ketergantungan terhadap AS. Ia mengatakan teknologi yang berdaulat merupakan satu-satunya langkah awal untuk menghadapi tekanan AS.

    Ia mengatakan pemerintah perlu memaksa lembaga untuk melaporkan secara publik risiko yang terkait dengan ketergantungan mereka pada perusahaan cloud AS.

    “Dengan munculnya Trump 2.0, menjadi jelas bahwa ini bukan sesuatu yang dapat Anda setujui begitu saja,” katanya.

    Salah satu isu yang muncul dalam debat parlemen adalah kemungkinan Microsoft yang merupakan raksasa asal AS menyetop kerja sama dengan Pengadilan Kriminal Internasional yang berbasis di Belanda.

    Pemerintahan Trump menjatuhkan sanksi pada pengadilan kejahatan perang tersebut bulan lalu setelah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Amazon dan Microsoft tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    (fab/fab)

  • Disindir Pakar, Israel Malah Daur Ulang Strategi Gagal di Gaza, Bukannya Cari Solusi Permanen – Halaman all

    Disindir Pakar, Israel Malah Daur Ulang Strategi Gagal di Gaza, Bukannya Cari Solusi Permanen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pakar Timur Tengah mengklaim Israel mendaur ulang strategi-strategi yang sudah terbukti gagal dalam perang di Jalur Gaza.

    Roni Shalom, nama pakar itu, mengkritik strategi itu beberapa saat setelah Israel kembali menyerang Gaza.

    Shalom menyebut kegagalan strategi itu memungkinkan Hamas untuk berkuasa di Gaza.

    Menurut dia, seharusnya Israel mencari solusi strategis yang permanen guna melenyapkan ancaman terhadap Israel sepenuhnya.

    “Angkatan Udara Israel kembali beroperasi di Gaza dan sekali lagi melenyapkan sejumlah buruan dari organisasi Hamas. Dan sekali lagi kita mendengar ancaman-ancaman pemimpin Israel terhadap Hamas,” kata Shalom dikutip dari Maariv.

    “Itu pemimpin yang sama, yang membuat Hamas mudah mendapatkan sesuatu, pemimpin yang menahan diri untuk tidak menyerang pejabat Hamas di Qatar dan menghentikan pipa oksigen yang membuat Hamas tetap hidup, kembali mengancam dan kali ini untuk tujuan propaganda internal.”

    SIAP MASUK GAZA – Foto file yang diambil dari Khaberni, Rabu (12/2/2025) menunjukkan tank-tank pasukan Israel bersiap memasuki Gaza pada Oktober 2023 setelah Operasi Banjir Al-Aqsa terjadi. Israel bersiap memasuki Gaza lagi pada pertengahan Februari 2025 seiring mandeknya negosiasi gencatan senjata dengan Hamas. (Khaberni)

    Shalom mengklaim setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membunuh “puluhan ribu” anggota Hamas dan keluarganya, para pejabat Israel malah meninggalkan semua pencapaian itu.

    “[IDF] bergegas mengevakuasi Poros Netzarim, Gaza utara, dan mengizinkan kembalinya warga Gaza ke garis perbatasan dengan Israel,” katanya.

    “Hamas harus memahami bahwa aturan permainan telah berubah, kita tidak akan berhenti berperang hingga semua sandera kembali pulang dan semua ancaman terhadap warga di selatan disingkirkan.”

    Shalom mengatakan perlu perubahan besar dalam cara pandang Israel mengenai Gaza dan tujuan Israel dalam perang di sana.

    “Israel harus menetapkan pembersihan Gaza dari penduduknya sebagai tujuan strategis utama setelah agresi Hamas.”

    “Tujuan lainnya akan melegitimasi keberadaan Hamas di Gaza dan melegitimasi terus penggunaan Hamas dan Gaza oleh Iran dan negara-negara Arab, terlepas dari perbedaan pendapat mereka tentang hal itu.”

    TENTARA ISRAEL – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu (8/2/2025) memperlihatkan tentara Israel dari Pasukan Komando Selatan dikerahkan ke beberapa titik di Jalur Gaza. (Telegram IDF)

    Israel ubah strategi tempur

    Sementara itu, IDF awal tahun ini dilaporkan mengubah strategi tempur di Kota Beit Hanoun, Gaza utara, setelah kehilangan banyak tentara.

    Empat tentara Israel tewas dan enam lainnya terluka karena ledakan bom di kota itu.

    “Peristiwa ini memicu Divisi Gaza untuk menggelar penyelidikan cepat dan mengubah strategi tempurnya,” demikian laporan Maariv.

    Setidaknya sudah ada 11 tentara yang tewas dan 20 lainnya terluka dalam dua minggu operasi di Beit Hanoun.

    Hamas disebut menggunakan taktik seperti pengerahan kamera untuk memantau pergerakan pasukan Israel dan memasang jebakan di rumah-rumah dan jalan.

    “Tentara Israel ingin mencegah pergerakan rutin pasukan agar membuat pejuang Hamas kesulitan untuk menyerang pasukan, dan memilih bergerak malam hari, sebuah taktik yang menguntungkan tentara Israel,” kata media itu.

    Israel kembali serang Gaza, malah tewaskan sandera

    Israel kembali melancarkan serangan udara besar ke Gaza pada hari Selasa, (18/3/2025).

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim Israel menargetkan target terkait dengan Hamas. Serangan itu merupakan upaya untuk mengamankan pembebasan sandera.

    Dikutip dari Watan, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan serangan itu menewaskan lebih dari 400 warga Palestina.

    Mahmoud Abu Wafah, pejabat keamanan tertinggi Hamas, dilaporkan tewas karena serangan itu.

    Seorang warga Israel yang disandera Hamas di Gaza turut dikabarkan tewas akibat serangan.

    Pemimpin Hamas sudah memperingatkan bahwa para sandera tidak akan bisa keluar dari Gaza kecuali melalui negosiasi.

    Hamas menuding Netanyahu sengaja berusaha melenyapkan sandera, bukannya membebaskan mereka dengan perundingan. Tujuannya adalah menghindari dampak politik dari kegagalannya dalam perang Gaza.

    Adapun pemerintah AS mengklaim Israel berkonsultasi dulu dengan AS sebelum melancarkan serangan.

    (*)

  • Israel Gempur Posisi Militer Hamas dan Kapal-kapal di Perairan Gaza

    Israel Gempur Posisi Militer Hamas dan Kapal-kapal di Perairan Gaza

    Tel Aviv

    Militer Israel mengatakan pasukannya menyerang posisi militer Hamas di Jalur Gaza bagian utara. Tel Aviv mengklaim serangan dilancarkan setelah mereka mendeteksi persiapan di area tersebut untuk melepaskan tembakan ke wilayah Israel.

    Sejumlah kapal diduga terkait Hamas dan Jihad Islam yang ada di perairan Jalur Gaza juga diserang oleh kapal-kapal militer Israel.

    Israel melanjutkan serangan udara terhadap Jalur Gaza sejak Selasa (18/3), dengan Tel Aviv dan Hamas saling menyalahkan atas pelanggaran gencatan senjata. Serangan militer Israel itu menghancurkan ketenangan yang berlangsung selama hampir dua bulan terakhir di Jalur Gaza.

    Laporan para pejabat kesehatan Gaza, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (19/3/2025), menyebut sedikitnya lima warga Palestina tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza pada Rabu (19/3).

    Disebutkan bahwa tiga orang di antaranya tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam sebuah rumah di pinggiran kota Sabra di Gaza City.

    Dua orang lainnya, menurut pejabat kesehatan Gaza, tewas akibat dua serangan Israel lainnya yang menghantam kota Beit Hanoun, Gaza bagian utara. Serangan itu juga melukai enam orang.

    Dalam pernyataannya, militer Israel mengklaim pihaknya menargetkan posisi militer Hamas yang ada di wilayah utara Jalur Gaza.

    Tak hanya menggempur posisi Hamas dan menyerang kapal, militer Israel juga menyebarkan selebaran di area Beit Hanoun dan Khan Younis pada Rabu (19/3).

    Selebaran itu berisi perintah agar para penduduk Gaza segera mengungsi dari rumah-rumah mereka, dan memperingatkan bahwa mereka berada di dalam “zona pertempuran yang berbahaya”.

    “Tetap tinggal di tempat penampungan atau tenda saat ini membahayakan nyawa Anda dan anggota keluarga Anda, segera mengungsi,” demikian bunyi selebaran yang dijatuhkan pesawat militer Israel.

    Rentetan serangan udara Israel yang menghantam sejumlah wilayah Jalur Gaza pada Selasa (18/3), menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan lebih dari 400 orang. Serangan Tel Aviv dilancarkan saat upaya memperpanjang gencatan senjata Gaza dilanda kebuntuan.

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa serangan-serangan itu “hanya permulaan”.

    Hamas, dalam tanggapannya, menuding Netanyahu sama saja “menjatuhkan hukuman mati” terhadap 59 sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pertama Kalinya, Israel Ancam Caplok Gaza, Buffer Zone di Perbatasan Bisa Jadi Wilayah Israel – Halaman all

    Pertama Kalinya, Israel Ancam Caplok Gaza, Buffer Zone di Perbatasan Bisa Jadi Wilayah Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan mengancam akan menganeksasi atau mencaplok sebagian Jalur Gaza.

    Ancaman seperti itu adalah yang pertama kali sejak perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.

    Menurut Israel, aneksasi itu adalah balasan jika Hamas menyakiti warga Israel yang disanderanya.

    Selasa malam, (18/3/2025, Channel 12 melaporkan ancaman tersebut sudah disampaikan kepada Hamas. Ancaman itu keluar di tengah serangan-serangan udara terbaru Israel di Gaza.

    Sementara itu, seorang anggota Politbiro Hamas yang bernama Izzat al-Risheq mengatakan Israel akan mengorbankan nyawa para sandera jika meneruskan perang di Gaza.

    “Keputusan [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu untuk kembali berperang adalah keputusan yang mengorbankan sander Israel dan merupakan hukuman mati bagi mereka,” ujar al-Risheq kepada CNN.

    “Lewat perang dan penghancuran, musuh tidak akan mencapai yang gagal dicapainya melalui perundingan.”

    LEDAKAN BOM – Bola api dari ledakan bom dari serangan udara Israel di Jalur Gaza, Selasa (18/3/2025). Serangan yang berlangsung di tengah gencatan senjata dengan Hamas ini dilaporkan menewaskan lebih dari 400 korban, termasuk wanita dan anak-anak. (RNTV/TangkapLayar)

    Dikutip dari All Israel News, ada banyak anggota keluarga sandera yang memprotes kebijakan Israel untuk kembali berperang. Perang itu disebut membuat para sandera menghadapi risiko lebih besar.

    Noa Argamani, salah satu sandera yang dibebaskan, mengungkapkan kekecewaannya di media sosial X. Kekasihnya masih disandera di Gaza.

    “Perang berlanjut. Dua kata, dan banyak emosi di dalamnya. Tiba-tiba semua harapan hancur seketika. Dua kata, tetapi bagi sandera di dalamnya, berarti ledakan dan kebisingan yang membawa kembali ketakukan akan kematian,” ujar Argamani.

    Menurut Channel 12, ancaman Israel disampaikan untuk menekan Hamas. Hilangnya wilayah Gaza disebut lebih buruk ketimbang hilangnya pejuang atau warga sipil.

    Banyak pakar di Israel, terutama sayap kanan, yang sudah lama meminta pemerintah Israel untuk mengancam akan mencaplok wilayah Gaza. Ancaman itu disebut menjadi satu-satunya cara pencegahan yang efektif terhadap Hamas.

    Adapun beberapa organisasi HAM sudah menduga Israel sedang menyiapkan skenario pencaplokan Gaza lewat pembuatan zona penyangga atau buffer zone di sepajang perbatasan Gaza.

    Foto-foto satelit memperlihatkan bahwa Israel telah menghancurkan semua bangunan dan infrastruktur berjarak sekitar 1 km dari perbatasan.

    Kantor berita Associated Press mengatakan zona penyangga seperti itu sudah membuat wilayah Gaza berkurang hingga 60 km persegi.

    Channel 12 belum merinci area mana saja di Gaza yang akan dianeksasi. Meski demikian, ada kemungkinan Israel bakal mengklaim sebagian zona penyangga itu sebagai wilayah Israel.

    Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengaku sedang mengambil langkah yang diperlukan untuk menerapkan rencana pertahanan. Rencana itu ditujukan untuk meningkatkan keamanan di Israel selatan.

    SERANGAN UDARA ISRAEL – Tangkap layar Khaberni yang menunjukkan bekas ledakan bom dari serangan udara Israel di Beit Lahia, Gaza Utara, Sabtu (14/3/2025). Israel berdalih, serangan menargetkan terduga milisi perlawanan yang hendak memasang perangkap. Sejumlah saksi menuturkan kalau para korban adalah warga sipil, termasuk 4 jurnalis dari 9 korban yang dilaporkan. (Khaberni)

    Mengapa Israel melanjutkan perang?

    Pemerintah Israel menyebut beberapa alasan di balik keputusannya untuk melanjutkan perang di Gaza.

    Menteri Pertahanan Israel Katz mengklaim serangan terbaru Israel dipicu oleh Hamas yang menolak membebaskan sandera dan mengancam tentara serta masyarakat Israel.

    Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Israel menyebut perang dilanjutkan karena Hamas menolak dua usul yang disodorkan oleh Steve Witkoff, utusan Presiden AS Donald Trump.

    Adapun seorang pejabat Israel mengatakan serangan udara terbaru Israel barulah fase pertama aksi militer Israel yang bertujuan untuk menekan Hamas agar membebaskan lebih banyak sandera.

    Meski demikian, dikutip dari CNN, politik dalam negeri Israel menjadi faktor penting dalam keputusan Israel melanjutkan perang.

    Kaum sayap kanan selalu membenci gencatan senjata di Gaza karena dianggap sebagai penyerahan diri terhadap Hamas.

    Mereka ingin semua warga Palestina meninggalkan Gaza, dan Israel membangun kembali pemukiman di sana.

    Netanyahu memerlukan faksi sayap kanan agar bisa berkuasa. Salah satu menteri sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, sudah keluar dari kabinet untuk memprotes gencatan.

    Sementara itu, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengancam akan keluar dari pemerintahan jika Israel tidak melanjutkan perang. Hal itu bisa meruntuhkan koalisi pemerintahan Netanyahu.

    (*)

     

  • Hamas: Israel Sesatkan Opini Publik, Karang Pembenaran Palsu hingga Lanjutkan Genosida di Gaza – Halaman all

    Hamas: Israel Sesatkan Opini Publik, Karang Pembenaran Palsu hingga Lanjutkan Genosida di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas mengatakan Israel telah mengingkari perjanjian gencatan senjata, menghindari kewajibannya, dan terus melakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina di Gaza.

    Pernyataan ini dikatakan oleh Hamas, Selasa (18/3/2025).

    Diketahui, Israel telah melanjutkan agresinya di Gaza dengan serangan udara yang intens, mengakibatkan korban tewas sebanyak 404 jiwa, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

    “Klaim yang dibuat oleh pasukan Israel mengenai persiapan untuk meluncurkan serangan terhadap pasukannya tidak berdasar dan hanya dalih palsu untuk membenarkan kembalinya perang dan meningkatkan agresi berdarahnya (di Gaza),” ujar keterangan Hamas, dikutip dari Al Mayadeen.

    Hamas menyebut Israel berusaha menyesatkan opini publik dan mengarang pembenaran palsu untuk menutupi keputusan terencananya dalam melanjutkan kampanye genosida melawan warga sipil yang tidak berdaya.

    Hal itu pun mengabaikan kesepakatan soal gencatan senjata yang telah dibuat.

    “Hamas mematuhi perjanjian sampai saat-saat terakhir dan berkomitmen untuk kelanjutannya (gencatan senjata),” lanjut Hamas.

    Hamas juga menyebut, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, lebih suka menyalakan kembali perang dengan mengorbankan darah rakyat Palestina.

    Dalam sebuah pernyataan terpisah, Hamas menganggap Amerika Serikat (AS) mendukung serangan Israel ke Gaza.

    Menurut The Wall Street Journal, Hamas menyebut Presiden AS, Donald Trump, menyalakan ‘lampu hijau’ agar Israel melakukan perang baru di Gaza setelah Hamas menolak untuk membebaskan lebih banyak tawanan.

    Israel Konsultasi ke AS sebelum Serang Gaza

    Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Israel berkonsultasi dengan pemerintahan Presiden Donald Trump sebelum meluncurkan serangkaian serangan udara skala besar di Gaza pada Selasa pagi.

    Pengakuan ini sekali lagi mengekspos keterlibatan dan bias terang-terangan AS yang mendukung pendudukan Israel.

    Hamas mengungkapkan kepalsuan klaimnya tentang memprioritaskan de-eskalasi.

    “Washington bertanggung jawab penuh atas pembantaian dan pembunuhan perempuan dan anak-anak di Gaza,” ujar Hamas.

    Hamas mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan segera untuk meminta pertanggungjawaban pendudukan dan para pendukungnya atas kejahatan terhadap kemanusiaan ini.

    “Rakyat Palestina kami tidak akan mundur dari perjuangan mereka yang sah sampai pendudukan Israel berakhir dan hak-hak mereka sepenuhnya dipulihkan,” Hamas menggarisbawahi.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Hamas Umumkan Kepala Pemerintahannya di Gaza Tewas dalam Serangan Israel

    Hamas Umumkan Kepala Pemerintahannya di Gaza Tewas dalam Serangan Israel

    Gaza City

    Kelompok Hamas menyatakan sejumlah pejabat mereka tewas dalam gelombang serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza pada Selasa (18/3) yang menewaskan lebih dari 400 orang. Salah satu yang tewas disebut sebagai kepala pemerintahan Hamas di Jalur Gaza yang bernama Essam al-Dalis.

    “Para pemimpin, bersama dengan keluarga mereka, menjadi martir setelah menjadi sasaran langsung oleh pesawat pasukan pendudukan Zionis,” demikian pernyataan Hamas, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (19/3/2025).

    Essam al-Dalis, atau yang disebut juga sebagai Essam Addalees, diyakini merupakan kepala de-facto pemerintahan Hamas di Jalur Gaza.

    Al-Dalis yang merupakan anggota biro politik Hamas di Jalur Gaza, terpilih menjadi salah satu pemimpin kelompok itu sejak Maret 2021 dan menjadi kepala pemerintahan Hamas di Jalur Gaza pada Juni tahun yang sama.

    Pada November 2023, Israel mengklaim telah mengebom sebuah bangunan milik Hamas, saat Al-Dalis ada di dalamnya. Diklaim oleh Tel Aviv pada saat itu bahwa Al-Dalis bersama para tokoh pemimpin Hamas lainnya tewas dalam serangan itu.

    Dalam pernyataannya, Hamas juga menyebut Mahmoud Abu Watfa yang memimpin Kementerian Dalam Negeri Hamas dtewas dalam serangan udara Israel. Watfa, yang disebut sebagai Jenderal Hamas, juga memimpin kepolisian dan dinas keamanan internal Hamas yang ada di Jalur Gaza.

    Satu lagi petinggi Hamas yang tewas dalam serangan Israel, menurut pernyataan Hamas itu, adalah Bahjat Abu Sultan yang merupakan direktur jenderal pada dinas keamanan internal Hamas.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Selain Al-Dalis, Watfa dan nama-nama yang disebutkan di atas, ada satu nama lagi yang dilaporkan tewas, yakni Ahmed Al-Hetta yang menjabat Wakil Menteri Kehakiman Hamas ddan Mohammad Al-Jmasi yang merupakan anggota Biro Politik Hamas.

    Selain menewaskan para petinggi Hamas, menurut para saksi mata, serangan-serangan udara Israel juga menghantam rumah-rumah warga dan area perkemahan yang menampung warga sipil Palestina yang mengungsi. Tank-tank Israel bahkan dilaporkan melintasi garis perbatasan Gaza.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya, mengatakan dirinya telah memerintahkan militer untuk mengambil “tindakan keras” terhadap Hamas sebagai respons atas penolakan kelompok itu untuk membebaskan para sandera yang tersisa, dan karena penolakan mereka terhadap proposal gencatan senjata.

    Israel bersumpah akan terus bertempur hingga semua sandera yang masih disandera Hamas dan militan sekutunya di Jalur Gaza dibebaskan.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 400 Sipil Palestina Tewas dan 500 Lainnya Terluka usai Gencatan Senjata Batal

    400 Sipil Palestina Tewas dan 500 Lainnya Terluka usai Gencatan Senjata Batal

    PIKIRAN RAKYAT – Lebih dari 400 warga Palestina, banyak di antaranya anak-anak tewas akibat Israel Penjajah melanjutkan pemboman besar-besaran terhadap Gaza.

    Serangan udara itu tepatnya menewaskan sedikitnya 404 warga Palestina, banyak di antaranya anak-anak, dan melukai lebih dari 560 orang lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

    Gaza kini berada dalam ketidakpastian, kesepakatan gencatan senjata pun otomatis batal antara Israel dengan Hamas, lantaran dilanggar secara rutin oleh zionis selama beberapa pekan terakhir.

    Netanyahu mengatakan serangan ini adalah “hanya permulaan” dan bahwa Israel akan mengejar tujuannya untuk menghancurkan Hamas, demi membebaskan semua sandera yang masih ditahan di Gaza.

    Para pengunjuk rasa di seluruh Israel menuduh Netanyahu mengorbankan sisa sandera dengan melanjutkan perang, bukannya melanjutkan tahap kedua negosiasi dengan Hamas.

    Di sisi lain, pekerja medis dan kelompok kemanusiaan menggambarkan situasi mengerikan di Gaza, di mana rumah sakit yang kekurangan sumber daya dibanjiri korban dan keluarga kalang kabut kacau mencari orang yang mereka cintai di Bawah kuburan puing-puing.

    Taktik Netanyahu Tak Akan Berhasil?

    Ori Goldberg, seorang komentator politik Israel, mengatakan bahwa motivasi Netanyahu sebagian besar bersifat domestik. Dia mengaku percaya bahwa negosiasi gencatan senjata akan dilanjutkan.

    “Pertunjukan kekuatan seperti ini, pembantaian mengerikan yang kita lihat tadi malam, bisa dianggap sebagai kekuatan. Tapi itu saja yang bisa dilakukan Israel. Israel bisa membunuh orang Palestina, tetapi tidak bisa melakukan lebih banyak. Mereka tidak bisa mengendalikan peristiwa di lapangan dengan cara yang berarti, dan saya percaya negosiasi akan segera dilanjutkan,” kata Goldberg kepada Al Jazeera.

    “Dia (Netanyahu) akan mencoba meraih keuntungan dengan menjadi keras terhadap Hamas di satu sisi, namun di sisi lain menjadi orang yang duduk di kursi negosiasi. Saya rasa dia tidak terlalu berhasil di kedua sisi itu,” ujarnya lagi. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News