Tag: Benjamin Netanyahu

  • 340 Orang Ditangkap Usai Aksi Protes Penahanan Wali Kota Istanbul

    340 Orang Ditangkap Usai Aksi Protes Penahanan Wali Kota Istanbul

    Jakarta

    Lebih dari 340 orang ditangkap setelah aksi protes jalanan terbesar di Turki dalam lebih dari satu dekade. Aksi demo besar-besaran ini dipicu oleh penahanan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu.

    Ratusan ribu orang turun ke jalan di seluruh negeri pada Jumat (21/3) malam waktu setempat. Aksi ini memicu bentrokan dengan polisi antihuru-hara di tiga kota terbesar di Turki: Istanbul, ibu kota Ankara, dan kota pesisir barat, Izmir.

    Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya mengatakan “343 tersangka ditangkap dalam protes yang terjadi di Istanbul, Ankara, Izmir, Adana, Antalya, Canakkale, Eskisehir, Konya, dan Edirne.” Dia memperingatkan bahwa mereka yang berusaha menebar “kekacauan dan provokasi.. pasti tidak akan ditolerir”.

    Itu adalah malam ketiga berturut-turut para demonstran berunjuk rasa untuk mendukung Imamoglu, rival politik terbesar Presiden Recep Tayyip Erdogan. Penangkapannya pada hari Rabu lalu memicu unjuk rasa besar-besaran yang menyebar dari Istanbul ke lebih dari 50 dari 81 provinsi di Turki.

    Pada Jumat (21/3) malam waktu setempat, bentrokan sengit terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi antihuru-hara, yang menembakkan gas air mata, peluru karet, dan meriam air untuk membubarkan demonstran di Istanbul, Ankara, dan Izmir.

    Imamoglu — yang terpilih kembali sebagai wali kota Istanbul pada tahun lalu — telah dituduh bersama enam orang lainnya “membantu dan bersekongkol dengan organisasi teroris” — yaitu kelompok militan Kurdi yang dilarang, PKK.

    Ia juga sedang diselidiki atas “penyuapan, pemerasan, korupsi, penipuan, dan memperoleh data pribadi secara ilegal untuk keuntungan sebagai bagian dari organisasi kriminal” bersama dengan 99 tersangka lainnya.

    Lihat juga video: ‘Tumpahan Darah’ di Gedung Putih Warnai Aksi Protes Pertemuan Biden-Netanyahu

    Ia diinterogasi oleh polisi selama enam jam pada hari Jumat tentang tuduhan korupsi, kata partainya, partai oposisi utama CHP.

    “Imamoglu menyangkal semua tuduhan terhadapnya,” kata salah satu pengacaranya, Mehmet Pehlivan.

    “Penahanan tersebut ditujukan untuk merusak reputasi Imamoglu di mata masyarakat,” tulisnya di media sosial X pada Sabtu pagi. Dia mengatakan bahwa kedua penyelidikan tersebut “didasarkan pada tuduhan yang tidak benar” dan “merupakan pelanggaran hak atas pengadilan yang adil”.

    Para demonstran di seluruh negeri menurut rencana akan kembali berunjuk rasa pada Sabtu malam waktu setempat.

    Lihat juga video: ‘Tumpahan Darah’ di Gedung Putih Warnai Aksi Protes Pertemuan Biden-Netanyahu

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pasukan Israel Perketat Masjid Al-Aqsa, Akses Masyarakat Palestina yang Ingin I’tikaf Dibatasi – Halaman all

    Pasukan Israel Perketat Masjid Al-Aqsa, Akses Masyarakat Palestina yang Ingin I’tikaf Dibatasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Otoritas Israel kembali memberlakukan pembatasan pada akses warga Palestina ke Yerusalem yang ingin beribadah di Masjid Al-Aqsa.

    Pembatasan ini, dilakukan di tengah meningkatnya serangan pasukan IDF ke sejumlah wilayah Gaza.

    Dengan pengetatan ini, nantinya warga Palestina yang ingin melakukan ibadah atau i’tikaf selama bulan suci di Masjid Al-Aqsa akan dibatasi jumlahnya.

    Pasukan Israel di pos pemeriksaan Qalandiya di utara Yerusalem akan memeriksa kartu identitas pribadi dan izin beribadah.

    Warga Yamon di Tepi Barat yang diduduki, Ibrahim Awad, mengatakan kekecewaan atas kebijakan Israel yang memperketat akses masjid Al Aqsa

    “Saya tiba di pos pemeriksaan dan setelah mereka memeriksa identitas saya, saya ditolak masuk tanpa alasan,” kata Awad.

    Keluhan serupa juga diungkap seorang lelaki tua lainnya, Sadiq Mohammed, dari kota Beit Ur al-Tahta di distrik Ramallah

    “Di usia saya, mereka masih menolak akses saya ke Yerusalem dan shalat di Al-Aqsa, dengan dalih saya tidak punya izin salat,” jelas Sadiq

    Alasan Israel Batasi Al Aqsa

    Adapun kebijakan tersebut, sebenarnya sudah diberlakukan Israel sejak bertahun-tahun lamanya, namun di awal Ramadan pemerintah Netanyahu semakin memperketat akses beribadah di Masjid Al-Aqsa.

    Tak hanya membatasi masuknya jamaah Palestina dari wilayah pendudukan Tepi Barat ke masjid Al Aqsa.

    Lewat kebijakan tersebut, Israel hanya mengizinkan warga Palestina dari Yerusalem Timur dan penduduk Israel keturunan Palestina untuk mengakses situs tersebut.

    Pejabat keamanan juga hanya mengizinkan masuk anak-anak yang lebih muda dan orang dewasa yang lebih tua, yaitu anak-anak berusia di bawah 12 tahun.

    Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, berpendapat pembatasan perlu dilakukan untuk menjaga keamanan masjid demi menghindari kerusuhan atau eskalasi situasi yang lebih besar.

    Ia berdalih selama bulan Ramadhan ribuan jemaah dari kalangan umat Islam berbondong-bondong melakukan ibadah.

    Hal ini dikhawatirkan dapat memicu ketegangan lebih besar, terutama di Yerusalem yang memiliki nilai religius tinggi bagi umat Muslim, Yahudi, dan Kristen.

    Namun, menurut pandangan umat Palestina, pembatasan ini merupakan bagian dari kebijakan Israel yang lebih luas untuk menyenangkan kaum Yahudi di Yerusalem Timur, dan menghapus identitas Arab dan Islam di Masjid Al Aqsa.

    80 Ribu Warga Palestina Nekat Itikaf di Al-Aqsa

    Meski menghadapi penjagaan ketat, hal tersebut tak membuat warga Gaza menyerah.

    Mengutip laporan Anadolu, sekitar 80.000 warga Palestina tetap teguh menjalankan ibadah salat Jumat dan itikaf di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur, pada Jumat (21/3/2025).

    Tak peduli hujan deras atau hambatan dari otoritas Israel, mereka tetap berbondong-bondong untuk menjalankan ibadah i’tikaf, sebuah tradisi berdiam diri di masjid yang semakin bermakna di tengah situasi penuh tekanan.

    “Delapan puluh ribu jamaah melaksanakan salat Jumat di Masjid Al-Aqsa hari ini,” ujar Sheikh Azzam al-Khatib, Direktur Jenderal Wakaf Islam di Yerusalem.

    Bagi rakyat Palestina, Masjid Al-Aqsa bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol perlawanan terhadap pendudukan Israel.

    Setiap tahun, terutama di bulan Ramadan, masjid ini menjadi pusat konfrontasi antara warga Palestina dan otoritas Israel yang terus mencoba membatasi akses ke sana.

    Namun, semangat mereka tak pernah padam, kehadiran 80.000 jamaah di Al-Aqsa di tengah segala rintangan menjadi bukti bahwa perjuangan mereka masih terus berlanjut.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Menteri Pertahanan Israel Tindak Tegas: Rebut Wilayah Gaza – Halaman all

    Menteri Pertahanan Israel Tindak Tegas: Rebut Wilayah Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dalam situasi yang semakin memanas, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, telah mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan bahwa Israel bersiap untuk meningkatkan agresi militer terhadap Gaza.

    Katz mengancam bahwa jika Hamas terus menolak untuk membebaskan para sandera, Israel Defense Forces (IDF) akan merebut wilayah tambahan di Gaza.

    Katz juga menyampaikan bahwa operasi militer ini dirancang untuk melindungi masyarakat Israel dan tentara IDF dengan memperluas zona keamanan di sekitar Gaza.

    Langkah ini merupakan respons terhadap sikap Hamas yang menolak membebaskan 24 dari 59 sandera yang masih hidup.

    PM Israel, Benjamin Netanyahu, juga turut menegaskan bahwa, “Israel akan mulai sekarang bertindak melawan Hamas dengan kekuatan militer yang meningkat.” Namun, tindakan ini dipandang oleh Hamas sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata sebelumnya yang dianggap tidak dipatuhi oleh Netanyahu.

    Apa Dampak Dari Perintah Evakuasi Warga Gaza?

    Sementara itu, untuk mempercepat rencana pencaplokan, militer Israel telah menyebarkan selebaran yang memerintahkan warga sipil Gaza untuk segera mengungsi dari area pertempuran.

    Setelah perintah ini dikeluarkan, banyak warga Palestina yang berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka, mencari tempat yang lebih aman akibat rencana serangan besar-besaran oleh Israel di Jalur Gaza.

    Berapa Banyak Korban Jiwa yang Sudah Terjadi di Gaza?

    Dalam konteks konflik yang berkepanjangan ini, jumlah korban tewas di Gaza terus meningkat.

    Menurut Badan Pertahanan Sipil Gaza, jumlah korban telah mencapai 590 orang, termasuk anak-anak dan orang tua.

    Situasi ini diperburuk oleh kondisi rumah sakit yang hampir lumpuh karena banjirnya pasien dan kelangkaan persediaan medis serta bahan bakar.

    Petugas kesehatan di Gaza menghadapi tantangan yang luar biasa.

    Jika situasi tidak berubah dalam beberapa hari ke depan, banyak rumah sakit berisiko kolaps akibat kekurangan bahan bakar untuk menjalankan operasional mereka.

    Apa Respon Dunia Terhadap Agresi Israel?

    Meskipun tindakan Israel mendapat kecaman dari berbagai pihak dan pemimpin dunia, Netanyahu tampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda untuk mundur.

    Ancaman terhadap Hamas yang terus berlanjut ini menunjukkan bahwa situasi di wilayah tersebut semakin mendekati titik kritis, dan masa depan keamanan serta kemanusiaan di Gaza tampak semakin suram.

    Ketegangan ini menggambarkan kompleksitas konflik yang berkepanjangan dan mengingatkan kita akan kebutuhan mendesak untuk solusi diplomatik yang dapat mengakhiri siklus kekerasan ini.

    Apakah masih ada harapan untuk penyelesaian damai di Gaza?

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Ronen Bar Diselamatkan, Mahkamah Agung Intervensi Pemecatan – Halaman all

    Ronen Bar Diselamatkan, Mahkamah Agung Intervensi Pemecatan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mahkamah Agung Israel telah mengambil langkah yang signifikan dengan mengeluarkan perintah untuk mencegah pemecatan Kepala Dinas Keamanan Israel, Ronen Bar.

    Pemecatan Bar sebelumnya disetujui oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada 2 Maret 2025, sebagai akibat dari kegagalan intelijen dalam merespons serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Dalam surat yang dikirim oleh Netanyahu kepada anggota kabinet sebelum pemungutan suara, ia menekankan bahwa hilangnya kepercayaan, baik profesional maupun pribadi, antara dirinya dan Bar telah semakin memburuk sejak perang dimulai.

    Mengapa Mahkamah Agung Mengintervensi?

    Pada 21 Maret 2025, Mahkamah Agung membekukan pemecatan tersebut hingga sidang lebih lanjut dapat dilakukan, yang dijadwalkan paling lambat 8 April.

    Ini menunjukkan bahwa proses hukum seputar pemecatan Bar akan terus diperiksa secara mendalam.

    Ronen Bar telah menjabat sebagai Kepala Shin Bet sejak Oktober 2021 dengan masa jabatan lima tahun.

    Jika pemecatan tersebut benar-benar berlangsung, ini akan menjadi yang pertama dalam sejarah Israel, di mana seorang Kepala Shin Bet diberhentikan oleh pemerintah sebelum masa jabatannya berakhir.

    Apa Tanggapan dari Masyarakat dan Oposisi?

    Keputusan Netanyahu untuk memecat Bar menuai protes luas di seluruh Israel, dengan ribuan warga turun ke jalan untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka.

    Demonstrasi tersebut tidak hanya bertujuan menentang pemecatan Bar, tetapi juga mengkritik kebijakan perang Netanyahu terhadap Gaza.

    Bar sendiri menilai bahwa pemecatan dirinya berlandaskan motivasi politik, dan ia tidak menghadiri pemungutan suara kabinet.

    Dalam surat yang dikirimkan, Bar menegaskan bahwa keputusan tersebut dipengaruhi oleh konflik kepentingan, karena Shin Bet sedang menyelidiki kantor perdana menteri atas dugaan keterlibatan Qatar dalam pengambilan keputusan Israel.

    Apa Pendapat Jaksa Agung dan Oposisi?

    Jaksa Agung Gali Baharav-Miara juga memberikan pendapatnya, menegaskan bahwa Bar tidak dapat diberhentikan hingga legalitas tindakan tersebut dievaluasi.

    Sementara itu, Gerakan untuk Pemerintahan Berkualitas di Israel, sebuah LSM yang berjuang untuk transparansi dan tata kelola yang baik, telah mengajukan banding terhadap keputusan Netanyahu, menyatakan bahwa pemecatan Bar merupakan keputusan ilegal yang dapat membahayakan keamanan nasional.

    Partai oposisi Yesh Atid yang dipimpin oleh Yair Lapid mengecam pemecatan tersebut, menekankan bahwa langkah itu diambil dengan adanya konflik kepentingan yang jelas.

    Bagaimana Situasi di Gaza dan Dampaknya di Israel?

    Ketegangan politik di Israel terjadi dalam konteks eskalasi perang di Gaza.

    Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 telah menyebabkan kematian sekitar 1.200 orang dan penculikan 251 sandera.

    Dalam responsnya, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran, yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, telah mengakibatkan lebih dari 48.500 warga Palestina tewas.

    Setelah periode gencatan senjata yang berlangsung beberapa bulan, serangan udara Israel kembali dilanjutkan, dengan lebih dari 400 korban jiwa pada malam pertama pengeboman.

    Ketidakpuasan di kalangan rakyat Israel semakin meningkat, dengan banyak yang menuntut diakhirinya perang dan mengkritik langkah Netanyahu yang memecat Bar.

    Hamas dan Israel masih terjebak dalam jalan buntu dalam negosiasi untuk memperpanjang gencatan senjata.

    Meskipun Hamas menawarkan pembebasan seorang sandera Amerika dan empat jenazah sebagai imbalan, Israel tetap memperketat blokade terhadap Gaza sejak awal Maret, menghentikan seluruh pasokan makanan, bahan bakar, dan medis ke wilayah tersebut untuk menekan Hamas.

    Dengan situasi yang semakin memanas baik di lapangan maupun di politik, ketidakpastian di Israel dan Gaza tampaknya akan terus berlanjut.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Pemerintah Mesir Bantah Akan Terima Relokasi 500.000 Warga Gaza di Sinai Utara

    Pemerintah Mesir Bantah Akan Terima Relokasi 500.000 Warga Gaza di Sinai Utara

    PIKIRAN RAKYAT – Pemerintah Mesir membantah dengan tegas atas laporan Israel yang menyebutkan kesiapan Kairo akan menerima hingga 500.000 warga Palestina, yang direlokasi ke Sinai Utara dalam rekonstruksi Jalur Gaza.

    “Mesir membantah sepenuhnya klaim yang beredar di sejumlah media terkait rencana untuk merelokasi 500.000 warga Gaza ke sebuah kota yang ditentukan di SInai Utara dalam rangka rekonstruksi Gaza,” ucap pihak Dinas Penerangan Negara (SIS) Mesir.

    Badan menyatakan bahwa tuduhan tersebut adalah salah dan “tidak konsisten dengan posisi tegas an berdasar Mesir” sejak agresi Israel ke Jalur Gaza pada Oktober 2023.

    Tidak hanya itu, Kairo menegaskan kembali “penolakan absolut ada upaya apapun untuk merelokasi saudara Palestina, baik secara sukarela ataupun paksa, ke lokasi lain di luar Gaza, terutama ke Mesir.”

    Relokasi semacam itu akan berarti “pupusnya perjuangan Palestina dan ancaman besar bagi keamanan nasional Mesir.”

    SIS juga telah menyoroti upaya diplomatik Mesir yang dilakukan, melalui rencana rekonstruksi yang diusulkan Kairo dalam KTT Arab pada 4 Maret lalu, demi memastikan bahwa tak akan ada satupun warga Palestina yang harus keluar dari Gaza. Terlebih rencana rekonstruksi ini mendapat dukungan bulat dari semua negara peserta KTT.

    Diketahui, lebih dari 700 warga Palestina di Gaza tewas dan 900 lainnya terluka akibat serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza sejak 18 Maret 2025. Sehingga menyebabkan pupusnya kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang berlangsung sejak 19 Januari 2025.

    Secara keseluruhan, lebih dari 50.00 warga Palestina dan sebagian besar adalah wanita dan anak-anak tewas akibat agresi brutal Israel ke Gaza pada Oktober 2023. Lalu, lebih dari 112.000 warga lainnya terluka.

    Pada November 2024. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan bekas kepala pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan pada kemanusiaan di Gaza.

    Selain itu, Israel juga menghadapi gugatan di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait dugaan tindak genosida yang mereka lakukan di Jalur Gaza.

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Badr Abdelatty dan Utusan Timur Tengah Gedung Putih, Steve Witkoff telah sepakat untuk melanjutkan konsultasi dan koordinasi atas rencana rekonstruksi Jalur Gaza dengan tujuan membangun kembali wilayah tersebut.

    Abdelatty telah bertemu dengan Witkoff dan Direktur Senior untuk Timur Tengah dan AFrika Utara di Dewan Keamanan Nasional AS, Eric Trager di sela-sela pertempuran antara para menteri luar negeri Arab dan utusan AS di Qatar.

    Kedua belah pihak pun sepakat untuk melanjutkan konsultasi dan koordinasi mengenai rencana sebagai dasar upaya rekonstruksi dan menjaga komunikasi sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memulihkan stabilitas Timur Tengah. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • AS Pilih Bungkam, Tolak Tanggapi Seruan Aneksasi Gaza oleh Menhan Israel – Halaman all

    AS Pilih Bungkam, Tolak Tanggapi Seruan Aneksasi Gaza oleh Menhan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Departemen Luar Negeri AS menolak untuk menanggapi pernyataan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz yang menyerukan aneksasi di beberapa Jalur Gaza.

    Hal tersebut terlihat ketika juru bicara Deplu AS, Tammy Bruce mengindari pernyataan soal aneksasi tersebut.

    Menurutnya, pernyataan Israel Katz hanyalah untuk pengalihan isu. Sehingga ia memilih untuk tidak menanggapinya.

    “Yang lain, mungkin mereka ingin kita selalu berbicara tentang hal lain, agar orang lain teralihkan perhatiannya dengan hal itu sehingga kita berhenti memikirkan hal yang harus segera kita tangani,” katanya, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Pihaknya mengklaim bahwa saat ini fokus AS tidak akan teralihkan untuk menghentikan pembantaian massal.

    “Menarik bahwa kita dapat terus mengingat hakikat dari apa yang ada di depan kita, yaitu menghentikan pembantaian massal terhadap orang-orang, penggunaan orang lain sebagai tameng manusia, kekacauan umum yang ditimbulkannya, dan fakta bahwa ada cara untuk menghentikannya,” tambahnya.

    Sebelumnya, Israel Katz mengatakan negaranya akan mengancam akan melakukan aneksasi di Gaza.

    Ia memerintahkan kepada pasukan Israel untuk mencaplok lebih banyak wilayah Gaza setelah mengusir penduduk Palestina.

    “Saya perintahkan (tentara) untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza,” katanya, dikutip dari Al-Arabiya.

    Katz mengatakan bahwa ini ancaman untuk Hamas, agar mereka segera membebaskan sandera.

    “Semakin Hamas menolak membebaskan para sandera, semakin banyak wilayah yang akan hilang, yang akan dianeksasi oleh Israel,” tambahnya.

    Tidak hanya itu, Katz juga mengancam akan memperluas zona penyangga apabila Hamas tidak segera membebaskan sandera.

    “Jika Hamas tidak mematuhinya, kami akan memperluas zona penyangga di sekitar Gaza untuk melindungi wilayah penduduk sipil dan tentara Israel dengan menerapkan pendudukan permanen Israel di wilayah tersebut,” ancamnya.

    Senada dengan Katz, juru bicara militer Israel, Avichay Adraee telah mendesak seluruh warga Gaza yang berada di daerah Al-Salatin, Al-Karama dan Al-Awda untuk segera mengungsi dari rumah mereka.

    “Demi keselamatan Anda, segera menuju ke selatan menuju tempat perlindungan yang diketahui,” kata Adraee melalui X. 

    Namun pernyataan Katz ini mendapat kecaman dari menteri luar negeri Prancis Jean-Noel Barrot.

    Barrot dengan tegas menolak aneksasi seperti yang diucapkan Katz.

    “Negara kami menentang segala bentuk aneksasi, baik yang menyangkut Tepi Barat maupun Jalur Gaza,” tegasnya.

    Sementara itu, Hamas telah berupaya memajukan negosiasi ke tahap kedua dari gencatan senjata yang disepakati pada bulan Januari.

    Namun Israel bersikeras agar Hamas segera membaskan semua sandera yang tentunya ini melanggar kesepakatan awal.

    Israel Terus Bombardir Gaza

    Israel melanjutkan pemboman intensif di Gaza pada Selasa (18/3/2025).

    Mereka beralasan serangan ini sebagai kebuntuan dalam perundingan gencatan senjata.

    Di mana gencatan tahap pertama telah berakhir pada awal bulan ini.

    Serangan ini juga merupakan persetujuan dari Presiden AS Donald Trump.

    Akibat serangan ini, lebih dari 700 warga Palestina tewas dan lebih dari 900 lainnya cedera.

    Serangan ini tentunya mendapat kecaman dari berbagai pihak, bahkan dari presiden Israel sendiri.

    Presiden Israel, Isaac Herzoh  menyampaikan kekhawatirannya mengenai tindakan pemerintah dalam sebuah pernyataan video pada hari Kamis (19/3/2025).

    Herzog mengatakan bahwa dirinya khawatir keputusan Netanyahu saat ini menjadi boomerang di masa depan.

    “Tidak mungkin untuk tidak merasa sangat terganggu oleh kenyataan pahit yang terbentang di depan mata kita,” kata Herzog dalam sebuah pernyataan video,dikutip dari Arab News.

    Herzog dengan jelas mengatakan bahwa keputusan berperang di Gaza tidak dapat diterima.

    Menurutnya, pasukan Israel tidak dapat fokus membebaskan sandera apabila melanjutkan agresi di Gaza.

    “Tidak terpikirkan untuk melanjutkan pertempuran sementara masih menjalankan misi suci untuk membawa pulang para sandera kita,” kata Herzog.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Israel Katz dan Konflik Palestina vs Israel

  • Saya Tak Tertarik Target, Hancurkan Semua

    Saya Tak Tertarik Target, Hancurkan Semua

    PIKIRAN RAKYAT – Dalam investigasi terbaru, terungkap bahwa sejak awal, Perdana Menteri Israel Penjajah Benjamin Netanyahu ingin membumihanguskan seluruh tempat yang diduduki rakyat Palestina.

    Diketahui, Netanyahu memerintahkan militer untuk bombardir ‘semua’ titik di Gaza setelah 7 Oktober 2023. Laporan ini bersumber dari Surat kabar Israel Ynet, yag mengutip anggota Knesset Israel, Gadi Eisenkot dan sumber militer lainnya.

    Benjamin Netanyahu disebut-sebut ngamuk sambil memukul meja, menginstruksikan militer Israel untuk membombardir Gaza dengan segenap kekuatan yang dimiliki, setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dua tahun lalu.

    Laporan mengatakan bahwa Netanyahu melontarkan kemarahan tersebut selama pertemuan dengan para perwira militer yang ‘hanya’ memberinya daftar 1.500 target yang telah diserang di Gaza, dalam beberapa hari setelah 7 Oktober.

    Menurut laporan tersebut, Netanyahu meminta lebih banyak. Dia dengan sarkas mempertanyakan kenapa militer tidak memiliki 5.000 target dalam daftar serangan.

    “Kami tidak memiliki 5.000 target yang disetujui,” jawab anggota IOF pada saat itu.

    “Saya tidak tertarik dengan target-target. Hancurkan rumah-rumah, bombardier seluruhnya dengan semua (alat dan kekuatan) yang kalian punya,” katanya, menurut laporan serupa.

    Israel Ancam Habis-habisan Serang Gaza

    Israel kian beringas dalam melakukan serangan ke wilayah Gaza dan bahkan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengeluarkan pernyataan kontroversial.

    Katz mengatakan tak segan-segan akan melakukan penghancuran total dan pemindahan paksa di Jalur Gaza. Dia memberikan peringatan terakhir jika tawanan Israel tak kunjung dibebaskan.

    Selain itu, peringatan terakhir dari Katz ini juga meminta agar kelompok pejuang Palestina, Hamas agar disingkirkan dari kekuasaan.

    “Ini peringatan terakhir Serangan Angkatan Udara terhadap teroris Hamas hanyalah langkah pertama. Kelanjutannya akan jauh lebih sulit. Dan Anda akan membayar harga penuh,” katanya kepada warga Palestina yang terjebak di daerah kantong itu. 

    Pernyataan Katz ini dilontarkan sehari setelah Israel kembali membombardir Gaza pada Selasa, 18 Maret 2025. Serangan Israel tersebut menewaskan 400 warga Palestina yang sebagian besar anak-anak.

    Dalam pesan video yang ditujukan kepada penduduk Gaza, Katz mengatakan serangan pada Selasa dini hari yang menewaskan lebih dari 400 warga Palestina merupakan sebuah permulaan.

    “Apa yang akan terjadi selanjutnya akan jauh lebih parah, dan Anda akan menanggung akibatnya. Segera, evakuasi penduduk dari zona pertempuran akan dilanjutkan,” tuturnya dilaporkan Middle East Eye.

    Usai melakukan serangan udara, tentara Israel penjajah langsung dikerahkan dan melakukan invasi darat ke Gaza tengah dan selatan. Salah satu wilayah yang diinvasi adalah Netzarim.

    Netzarim merupakan salah satu wilayah strategis di Gaza yang memisahkan bagian utara dan bagian selatan daerah tersebut. Tindakan Israel tersebut juga menutup Jalan Salah Al-Din, mencegah warga Gaza bergerak ke utara, sementara pergerakan ke selatan tetap terbuka. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Populer Internasional: Kecelakaan Maut Jemaah Umrah Indonesia di Jeddah – Ribuan Warga Turki Ngamuk – Halaman all

    Populer Internasional: Kecelakaan Maut Jemaah Umrah Indonesia di Jeddah – Ribuan Warga Turki Ngamuk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita internasional terpopuler dapat disimak di sini.

    Jemaah umrah asal Indonesia mengalami kecelakaan bus di Jeddah, seperti apa kronologinya?

    Di Turki, ribuan warga turun ke jalan menuntut presiden Erdogan untuk mundur.

    Sementara itu, presiden Israel mengkritik keputusan Netanyahu tentang melanjutkan perang di Gaza.

    Simak berita selengkapnya.

    1. Kronologis Kecelakaan Maut Jemaah Umrah Indonesia di Jeddah, Bus Tabrak Jeep, Terbalik & Terbakar

    Kecelakaan maut menimpa bus pengangkut jemaah umrah dari Indonesia di Jeddah, Kamis (20/3/2025). 

    Berikut kronologis dan detik-detik kecelakaan bus pengangkut jemaah umrah Indonesi di Jeddah. 

    Diketahui, kecelakaan dikabarkan terjadi pada pukul 13.30 Waktu Arab Saudi atau 17.30 WIB.

    Kronologis kecelakaan maut bus jemaah umrah Indonesia di Jeddah

    Konsul Jenderal Republik Indonesia di Jeddah Yusron B. Ambary saat dikonfirmasi Tribunnews.com menjelaskan kronologis terjadinya kecelakaan maut jemaah umrah Indonesia ini. 

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Ribuan Warga Turki Ngamuk, Tuntut Presiden Erdogan Mundur Buntut Isu Kudeta Ekrem Imamoglu

    Lebih dari ribuan warga Turki menggelar demo besar-besaran di jalanan kota untuk memprotes penahanan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu.

    “Kami tidak akan diam. Ini adalah serangan terhadap demokrasi dan kebebasan berpendapat,” kata salah satu demonstran yang hadir di Balai Kota Istanbul.

    Tak hanya di jalanan kota, demonstran juga turut memadati sejumlah titik penting lainnya seperti kampus, hingga stasiun bawah tanah, dengan massa meneriakkan slogan anti-pemerintah.

    Kendati pihak berwenang memberlakukan larangan demonstrasi selama empat hari, namun hal tersebut tak mengendurkan semangat demonstran.

    Ribuan warga itu memilih untuk terus melakukan aksi protes dengan menutup beberapa jalan, dan membatasi akses ke platform media sosial, ribuan demonstran tetap turun ke jalan.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Perjudian Trump Soal Houthi dan Iran Demi Israel: Awas, AS Kehabisan Rudal Lawan China

    Rezim pemerintahan Israel saat ini boleh jadi tengah dalam euforia perang di berbagai front seiring dukungan penuh Amerika Serikat (AS) lewat kebijakan Donald Trump, sang presiden.

    Maka tak heran, mulai dari Gaza, Lebanon, Suriah, bahkan Iran, Israel menebarkan serangan udaranya secara gila-gilaan.

    Namun, sejumlah analis geopolitik dan keamanan wilayah, memperkirakan aksi sembrono Israel ini tidak akan bertahan lama lantaran situasi sulit yang segera menghampiri AS.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Kritik Keputusan Netanyahu, Presiden Israel: Tak Mungkin Bertempur Sambil Selamatkan Sandera

    Presiden Israel, Isaac Herzog mengungkapkan kekhawatirannya dengan keputusan PM Israel, Benjamin Netanyahu baru-baru ini.

    Herzog mengatakan bahwa dirinya khawatir keputusan Netanyahu saat ini menjadi boomerang di masa depan.

    “Tidak mungkin untuk tidak merasa sangat terganggu oleh kenyataan pahit yang terbentang di depan mata kita,” kata Herzog dalam sebuah pernyataan video, dikutip dari Arab News.

    Netanyahu pada awal minggu ini memerintahkan pasukannya untuk melanjutkan agresi di Gaza.

    Meski tak menyebut nama Netanyahu, Herzog dengan jelas mengatakan bahwa keputusan berperang di Gaza tidak dapat diterima.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • Aksi Damai ARIBP di Depan Kedubes AS: Seruan Keadilan untuk Palestina

    Aksi Damai ARIBP di Depan Kedubes AS: Seruan Keadilan untuk Palestina

    loading…

    Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARIBP) menggelar aksi damai di depan Kedubes Amerika Serikat, Jumat (21/3/2025). Mereka menempel stiker foto Netanyahu dan Trump di bawah sepatu sebagai simbol penolakan terhadap kejahatan Israel. Foto: Ist

    JAKARTA – Setelah lebih dari satu setengah tahun genosida Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza, gencatan senjata yang disepakati sejak Januari 2025 sempat menghadirkan sekeping harapan bagi Gaza yang porak-poranda.

    Kesepakatan yang berlangsung dalam tiga tahapan ini seharusnya menjamin masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan rakyat Palestina dan mempersiapkan rekonstruksi kehidupan di Gaza.

    Namun, Israel terbukti bernafsu melanjutkan perang dan genosidanya. Dengan munculnya wacana pengusiran warga Gaza, puncaknya terjadi pada Selasa, 18 Maret 2025, saat sahur ketika Zionis Israel secara terbuka mengkhianati kesepakatan dengan membantai lebih dari 450 rakyat Gaza, dua per tiganya adalah perempuan dan anak-anak. Pengkhianatan ini didukung secara terbuka oleh Amerika Serikat.

    Menyikapi tragedi ini, belasan ribu warga yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARIBP) menggelar aksi damai di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat. Para peserta aksi membawa atribut solidaritas Palestina dan menempel stiker foto Netanyahu dan Trump di bawah sepatu peserta sebagai simbol penolakan terhadap kejahatan Israel.

    Komite Pelaksana ARIBP Zaitun Rasmin menegaskan Israel dan Amerika Serikat adalah penjahat kemanusiaan besar yang harus bertanggung jawab atas kejahatan yang telah mereka lakukan.

    “Dunia harus tahu bahwa Israel bukan hanya melanggar gencatan senjata, tetapi juga terus melakukan genosida dengan brutal. Amerika Serikat adalah sekutunya yang setia mendukung kejahatan ini. Jika dunia membiarkan ini terus terjadi, berarti kita semua berkontribusi dalam pembantaian rakyat Palestina,” ujar Zaitun, Jumat (21/3/2025).

    Dalam pernyataan yang disampaikan dalam aksi, ARIBP menuntut Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk segera menangkap Netanyahu dan semua pelaku genosida yang bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Palestina.

    ARIBP juga mendesak mediator gencatan senjata untuk menekan Israel agar menghentikan segala bentuk pelanggaran dan memastikan keselamatan rakyat Palestina yang tidak berdosa.

    Pada aksi tersebut, ARIBP juga mendukung upaya negara-negara Arab dan dunia Islam dalam mencegah pengusiran rakyat Gaza yang telah dirancang oleh Israel dan Amerika Serikat.

  • Hamas: Surat Kepala Shin Bet Ronen Bar Ungkap Netanyahu Sengaja Hambat Negosiasi – Halaman all

    Hamas: Surat Kepala Shin Bet Ronen Bar Ungkap Netanyahu Sengaja Hambat Negosiasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengatakan pernyataan Kepala Shin Bet, Ronen Bar, mengungkap manipulasi yang disengaja oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menyabotase kesepakatan apa pun dengan Hamas.

    Sebelumnya, kabinet pemerintahan Netanyahu mengumumkan pada hari Jumat (21/3/2025) bahwa mereka menyepakati keputusan untuk memecat Ronen Bar setelah mengadakan rapat dan pemungutan suara pada Kamis (20/3/2025) malam.

    Netanyahu mengatakan pemecatan Ronen Bar terjadi karena berkurangnya kepercayaan pemerintah Israel terhadap Shin Bet di bawah kepemimpinannya yang dianggap gagal mencegah Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Ronen Bar, yang akan diberhentikan mulai 10 April 2025, kemudian mengirim surat kepada para menteri Israel pada Jumat pagi sebagai bentuk protes atas pemecatannya.

    Dalam suratnya, Ronen Bar menyebut Netanyahu memecatnya karena ingin menghalangi upaya perundingan yang bertujuan untuk membebaskan sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza. 

    Selain itu, Netanyahu juga mengeluarkan Ronen Bar dari tim Israel yang mewakili mereka dalam perundingan dengan Hamas yang ditengahi mediator Qatar, Mesir dan sekutu Israel, Amerika Serikat (AS).

    Ronen Bar juga menuduh Netanyahu bahwa pemecatannya bermotif politik dan berupaya menghalangi Shin Bet yang sedang melakukan penyelidikan “QatarGate” atas dugaan keterlibatan para pejabat yang dekat dengan Netanyahu yang dituduh menerima dana suap dari oknum di Qatar, seperti diberitakan The Jerusalem Post.

    Hamas: Netanyahu adalah Hambatan bagi Kesepakatan Apa pun

    Mengomentari keributan di pemerintahan Israel, Hamas menyebut surat Ronen Bar mengungkap Netanyahu sebagai pihak yang menghalangi upaya perundingan.

    “Pengakuan dari dalam pimpinan pendudukan ini mengonfirmasi bahwa Netanyahu adalah dan tetap menjadi hambatan nyata bagi kesepakatan pertukaran apa pun,” kata Hamas dalam pernyataannya, Jumat.

    Hamas menegaskan bahwa upaya Netanyahu untuk mengecualikan tokoh-tokoh keamanan Israel yang berpengaruh dari negosiasi mencerminkan krisis internalnya.

    Menurutnya, hal itu semakin memperdalam krisis kepercayaan antara Netanyahu dan lembaga keamanan Israel, dan mengungkapkan kurangnya keseriusan Netanyahu dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata.

    “Pernyataan kepala Shin Bet menegaskan bahwa Netanyahu berusaha merekayasa negosiasi formal yang digunakan untuk mengulur waktu dan mengulur waktu, tanpa mencapai hasil nyata,” kata Hamas, seperti diberitakan Quds.

    Hamas memperingatkan para pejabat AS agar berhenti menganggapnya bertanggung jawab atas terganggunya perundingan perjanjian gencatan senjata tahap kedua.

    Hamas menganggap Netanyahu dan pemerintahan ekstremisnya sepenuhnya bertanggung jawab atas perpanjangan penderitaan tahanan dan keluarga mereka.

    Gerakan tersebut menekankan satu-satunya cara untuk menjamin pembebasan mereka adalah dengan menghentikan agresi, kembali ke perundingan, dan melaksanakan perjanjian, bebas dari manuver politik yang gagal.

    Israel Kembali Serang Jalur Gaza

    Sebelumnya, Israel kembali melakukan serangan udara di Jalur Gaza sejak Selasa (18/3/2025), melanggar perjanjian gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025.

    Netanyahu yang menyetujui serangan tersebut mengancam Hamas bahwa itu hanyalah permulaan dan Israel hanya bersedia melakukan perundingan di bawah tembakan.

    Pada Rabu (19/3/2025), Israel melanjutkan operasi darat serta mengerahkan kendaraan militer di sejumlah wilayah di Jalur Gaza.

    Setidaknya lebih dari 500 warga Palestina terbunuh dalam serangan Israel setelah pelanggaran gencatan senjata tersebut.

    Sementara itu, mediator Qatar, Mesir dan AS masih berupaya untuk menengahi perundingan antara Israel dan Hamas untuk melanjutkan perjanjian gencatan senjata tahap kedua.

    Sejak Oktober 2023 hingga hari ini, serangan Israel membunuh lebih dari 49.617 warga Palestina dan melukai lebih dari 112.950 orang di Jalur Gaza, seperti diberitakan Anadolu Agency.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel