Tag: Benjamin Netanyahu

  • Konferensi Anti-Semitisme di Yerusalem Picu Kritik dari Dalam-Luar Negeri

    Konferensi Anti-Semitisme di Yerusalem Picu Kritik dari Dalam-Luar Negeri

    Jakarta

    Kementerian Israel untuk Urusan Diaspora dan Pemberantasan Antisemitisme menggelar konferensi anti semitisme di Yerusalem dari tanggal 26 hingga 27 Maret 2025. Tapi daftar tamu yang diundang ke konferensi ini memicu kritik luas dari dalam dan luar negeri.

    Daftar tamu dari Eropa kebanyakan para tokoh populisme dan radikal kanan anti orang asing dan anti Islam. Antara lain pemimpin partai populis kanan perancis Rassemblement National (RN) Jordan Bardella, wakil dari partai populis Fidesz pimpinan Victor Orban di Hungaria, Presiden Republika Srpska, Milorad Dodik, yang dekat dengan Putin. Juga akan hadir Presiden Argentina Javier Milei. Tampaknya mereka diundang juga karena sikap anti Muslim mereka.

    Program konferensi memperjelas bahwa topik yang diangkat terutama adalah tentang antisemitisme Islam, misalnya topik: “Bagaimana Islam radikal memicu antisemitisme Barat.” Para tamu konferensi diterima oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Urusan Diaspora, Amichai Chikli.

    Pemerintah Israel bergerak ke arah yang sangat kanan

    Namun konferensi di Yerusalem tidak membahas hubungan antara kelompok radikal kanan dan antisemitisme. Peneliti antisemitisme dan organisasi Yahudi telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang kebangkitan berbahaya dari kelompok radikal kanan sebagai ancaman terhadap kehidupan Yahudi di Eropa dan seluruh dunia.

    “Siapa pun yang mengadakan konferensi menentang anti-Semitisme tidak dapat pada saat yang sama mengundang kaum anti-Semit yang menyebarkan racun prasangka dan kebencian,” kata jurnalis dan pengacara Jerman Michel Friedman dalam sebuah wawancara dengan DW. Friedman adalah presiden Kongres Yahudi Eropa dan anggota presidium Dewan Pusat Yahudi Jerman.

    “Pemerintah Netanyahu semakin tidak terkendali dan mencari koalisi yang tidak dapat ditoleransi. Diketahui bahwa hubungannya dengan Viktor Orban di Hungaria juga penting baginya. Pemerintah ini semakin bergerak ke arah yang sangat kanan. Ini sangat berbahaya bagi Israel,” kata Friedman.

    Banyak pembatalan karena peserta populis kanan

    Kritik keras bermunculan di dalam dan luar negeri dan banyak undangan yang membatalkan kehadirannya. Ketua organisasi Anti-Defamation League dari AS, Jonathan Greenblatt, menarik komitmennya untuk hadir. Filsuf Prancis Bernard-Henri Levy juga membatalkan kehadirannya, begitu juga tiga tamu tingkat tinggi dari Jerman.

    Presiden organisasi Masyarakat Jerman-Israel, Volker Beck, juga menolak untuk berpartisipasi. Dalam pernyataannya kepada DW, ia menulis: “Saya terkejut melihat bahwa hampir secara eksklusif anggota parlemen dari kubu radikal kanan yang diundang ke konferensi tersebut. Banyak dari partai-partai ini tidak menghormati agama Yahudi di negara mereka sendiri.”

    Konferensi itu juga menimbulkan kritik di Israel. Dalam sidang di hadapan Komisi Imigrasi dan Integrasi parlemen Israel Knesset, perwakilan diaspora Yahudi mengkritik pemerintah Israel karena tidak berkoordinasi dengan mereka dalam mengundang politisi populis kanan. Tapi Kementerian Urusan Diaspora mengatakan bahwa pihaknya telah mengundang perwakilan dari berbagai aliran politik.

    Ketika ditanya oleh DW, juru bicara Kementerian Urusan Diaspora, Gilad Zwik, membela pemilihan peserta. “Acara ini mengundang tamu dari berbagai negara dan dengan latar belakang politik yang berbeda. Mereka semua memiliki tujuan yang sama: perjuangan tanpa kompromi melawan anti-semitisme dan delegitimasi Israel,” katanya. Dia juga membantah ada undangan yang membatalkan kehadirannya.

    Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman

    Lihat juga video: AS Kutuk Serangan Israel ke Jurnalis Palestina saat Pawai Hari Yerusalem

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Juru Bicara Hamas Abdel Latif Al-Qanoua Tewas di Jabalia, Petinggi Hamas Gugur Satu-satu

    Juru Bicara Hamas Abdel Latif Al-Qanoua Tewas di Jabalia, Petinggi Hamas Gugur Satu-satu

    PIKIRAN RAKYAT – Juru bicara Hamas tewas dalam serangan udara Israel Penjajah di Jabalia Gaza utara. Tentara Israel terus mengarahkan serangan intensif terhadap wilayah Gaza sejak batalnya gencatan senjata.

    Juru bicara Hamas itu Abdel-Latif al-Qanoua. Ia tewas ketika pesawat tempur Israel Penjajah membombardir tempat perlindungannya di tenda, di kota Jabalia, Gaza utara. Kejadian berlangsung dini hari Kamis, 27 Maret 2025. Demikian laporan media Al-Aqsa dan Agen Berita Shehab.

    Wartawan Al Jazeera, Hind Khoudary mengatakan bahwa beberapa orang lainnya juga terluka dalam serangan yang sama, termasuk anak-anak.

    Khoudary menjelaskan, serangan itu hanya satu dari sejumlah rangkaian serangan oleh militer Israel Penjajah di seluruh Jalur Gaza dalam beberapa jam terakhir.

    Di tempat lain, terhadap sebuah rumah di daerah as-Saftawi di Kota Gaza, bom Israel menewaskan enam anggota keluarga.

    Sebelumnya, pada 18 Maret lalu, Israel menghentikan gencatan senjata rapuh selama dua bulan dan melanjutkan kampanye pemboman intensif serta operasi darat di Gaza.

    Sejak itu, Israel telah membunuh ratusan warga sipil Palestina dalam upaya menekan Hamas untuk membebaskan tawanan yang masih ditahan di wilayah mereka yang tinggal puing bangunan.

    Pejabat Tinggi Hamas Gugur Satu-satu

    Beberapa pejabat senior Hamas juga telah tewas dalam seminggu terakhir. Pada Minggu misalnya, serangan udara atas Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza selatan, menewaskan lima orang, termasuk Ismail Barhoum, kepala keuangan dan lembaga dalam kantor politik Hamas.

    Pada hari yang sama, pesawat tempur Israel yang juga membombardir tenda-tenda pengungsi Palestina di Khan Younis menewaskan Salah al-Bardaweel, seorang pemimpin politik Hamas yang terkemuka dan anggota Dewan Legislatif Palestina. Ia tewas bersama sang istri.

    Kedua pria tersebut adalah bagian dari kantor politik Hamas, badan pengambil keputusan yang terdiri dari 20 anggota, 11 di antaranya telah tewas sejak dimulainya perang pada akhir 2023. Demikian menurut agen berita Reuters.

    Hamas masih menahan 59 dari sekitar 250 tawanan yang diambil kelompok tersebut pada serangan 7 Oktober 2023 di Israel selatan.

    Militer Israel kini telah membunuh sedikitnya 50.183 orang Palestina dan melukai 113.828 lainnya sejak meluncurkan serangan darat dan udara terhadap enklave Palestina tersebut.

    Korban Jiwa Sejak 10 Hari Terakhir

    Sekitar 830 orang telah tewas sejak Israel melanjutkan serangannya 10 hari yang lalu, menurut statistik dari Kementerian Kesehatan Gaza, dengan didominasi wanita dan anak-anak lebih dari setengah jumlah korban.

    Badan kemanusiaan PBB (OCHA) juga mengumumkan pada Selasa, 25 Maret, bahwa 142.000 orang Palestina telah terpaksa mengungsi akibat tindakan militer Israel sejak 18 Maret. Situasi kemanusiaan yang sudah kritis kian memburuk akibat pembatasan Israel terhadap bantuan yang masuk ke Gaza.

    Tingginya angka kematian di Gaza terjadi di tengah negosiasi gencatan senjata yang berjalan lambat dan penuh gesekan antara Israel dan Hamas.

    Mediator, yakni, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah gagal untuk mengamankan perpanjangan tahap pertama dari kesepakatan tiga tahap, yang berakhir pada 1 Maret.

    Hamas menuduh Israel dengan sengaja merusak pembicaraan gencatan senjata yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran secara permanen.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di sisi lain, mengklaim bahwa ia memerintahkan pasukan Israel untuk melanjutkan serangan di Gaza setelah Hamas menolak proposal untuk mengamankan perpanjangan gencatan senjata.

    Pada Rabu, Netanyahu bahkan mengulangi ancaman bahwa Israel akan merebut wilayah di Gaza jika Hamas gagal membebaskan tawanan yang masih ditahan. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Hancur dari Dalam? Kabinet Benjamin Netanyahu Terbelah Diserang Demo Berjilid-jilid

    Israel Hancur dari Dalam? Kabinet Benjamin Netanyahu Terbelah Diserang Demo Berjilid-jilid

    PIKIRAN RAKYAT – Perdana Menteri Israel Penjajah Benjamin Netanyahu dilaporkan tengah kalang-kabut menghadapi gelombang demonstrasi antipemerintah. Ia menuding, pihak oposisi politik yang menyulut ‘para anarki’ dari kalangan masyarakat.

    Beberapa hari terakhir, protes massal antipemerintah berlangsung di Israel untuk menekan Kabinet Benjamin Netanyahu. Bahkan, pemimpin oposisi Yair Lapid menyerukan aksi ‘pemberontakan’ jika pemerintah tak kunjung menuruti tuntutan aksi.

    Menanggapi protes tersebut, dalam pidatonya di parlemen pada Rabu, 26 Maret 2025, Netanyahu menepis adanya kemunduran dalam demokrasi sebagaimana digaungkan oposisi.

    “Kalian mengulang-ulang slogan usang dan konyol tentang ‘akhir dari demokrasi’. Baiklah, sekali untuk selamanya: Demokrasi tidak dalam bahaya, yang terancam adalah kekuasaan birokrat,” ucap dia, dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 27 Maret 2025.

    “Bisa tidak kalian berhenti dulu menghalangi kerja pemerintah di tengah perang? Mungkin kalian bisa berhenti menyulut fitnah, kebencian, dan anarki di jalan-jalan?” ujar dia lagi.

    Isi Tuntutan

    Ribuan warga Israel telah ikut serta dalam protes antipemerintah beberapa hari terakhir. Massa menuduh Netanyahu merusak demokrasi dengan mencopot Ronen Bar, kepala agen keamanan internal Shin Bet, dan melanjutkan serangan di Gaza tanpa memperhatikan para tawanan alias rakyatnya yang ditahan di sana.

    Netanyahu terlibat dalam konflik dengan kepala Shin Bet, yang tengah menjalankan penyelidikan kasus suap terhadap kantor perdana menteri. Keduanya memang telah berselisih dan hal itu diperburuk oleh kecaman keras atas kegagalan mencegah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.

    Demonstrasi yang meletus minggu lalu ini diorganisir oleh koalisi luas kelompok antipemerintah, yang menyatakan bahwa Netanyahu hanya peduli pada langgengnya takhta dan kekuasaan pribadi.

    Mahkamah Agung (MA) Israel sebelumnya telah membekukan (membatalkan) pemecatan Bar setelah beberapa banding diajukan, termasuk oleh partai Yesh Atid yang dipimpin oleh pemimpin oposisi Yair Lapid dari garis kanan-tengah.

    Banding dari oposisi tersebut menyoroti dua alasan utama yang dilihat oleh para kritikus sebagai alasan Netanyahu bergerak melawan Bar.

    Pertama, kritik Bar terhadap pemerintah atas kegagalan keamanan yang memungkinkan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Kedua, penyelidikan Shin Bet terhadap rekan-rekan dekat Netanyahu yang diduga menerima uang terkait dengan Qatar.

    Kantor Netanyahu telah membantah tuduhan tersebut sebagai hoaks alias berita palsu. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Hamas Berduka atas Kematian Juru Bicara Abdel-Latif Al-Qanoua dalam Serangan Israel – Halaman all

    Hamas Berduka atas Kematian Juru Bicara Abdel-Latif Al-Qanoua dalam Serangan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel terus melancarkan serangan udara ke Gaza, Palestina.

    Salah satu serangan tersebut menewaskan juru bicara Hamas, Abdel-Latif Al-Qanoua.

    Dikutip dari Reuters, Kamis (27/3/2025), Al-Qanoua tewas ketika tendanya di Jabalia menjadi sasaran serangan udara Israel.

    Hamas mengonfirmasi kematian Al-Qanoua dalam pernyataan yang dipublikasikan di Telegram.

    Hamas menggambarkan Al-Qanoua sebagai “contoh keteguhan dan dedikasi dalam melayani rakyatnya dan tujuan mereka.”

    “Penargetan para pemimpin dan juru bicara gerakan oleh pendudukan tidak akan mematahkan tekad kami.”

    “Sebaliknya, hal itu hanya akan meningkatkan semangat kami untuk terus maju hingga pembebasan tanah dan tempat-tempat suci.”

    “Darah para martir akan tetap menjadi bahan bakar dan inspirasi bagi perlawanan hingga kemenangan,” ujar Hamas dalam pernyataannya.

    Serangan yang sama juga melukai beberapa orang di wilayah tersebut.

    Selain itu, militer Israel turut menyerang Kota Gaza dan Khan Yunis di Gaza selatan. Sedikitnya tujuh orang dilaporkan tewas dalam serangan di dua wilayah itu.

    Gencatan Senjata Berakhir, Serangan Berlanjut

    Awal pekan ini, serangan udara Israel juga menewaskan Ismail Barhoum, anggota kantor politik Hamas, serta Salah al-Bardaweel, salah satu pemimpin senior Hamas.

    Menurut laporan dari sumber Hamas, Barhoum dan Bardaweel merupakan bagian dari badan pembuat keputusan Hamas yang beranggotakan 20 orang.

    Sejak perang dimulai pada akhir 2023, sebelas anggota badan ini telah tewas akibat serangan Israel.

    Minggu lalu, Israel mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua bulan dengan kembali melancarkan serangan udara dan operasi darat.

    Hal ini meningkatkan tekanan terhadap Hamas untuk membebaskan sandera yang masih ditahan.

    Sejak 18 Maret 2025, serangan militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 830 orang.

    Menurut laporan Al Jazeera, lebih dari setengah korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

    Israel dan Hamas saling menuduh telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku sejak Januari.

    Gencatan senjata tersebut sebelumnya memberikan jeda bagi 2,3 juta penduduk Gaza, yang telah mengalami kehancuran akibat aksi militer Israel.

    Pernyataan Netanyahu

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa serangan diperintahkan karena Hamas menolak perpanjangan gencatan senjata.

    Pada Rabu (26/3), Netanyahu kembali memperingatkan bahwa Israel akan merebut lebih banyak wilayah di Gaza jika Hamas tidak membebaskan para sandera yang masih ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023.

    Hamas sendiri masih menahan 59 dari sekitar 250 sandera yang diculik dalam serangan tersebut.

    Kelompok itu menuduh Israel menghambat negosiasi pembebasan sandera dan merusak upaya mediator dalam mencari solusi permanen untuk mengakhiri pertempuran.

    Sementara itu, rumah sakit di Gaza dilaporkan kewalahan menghadapi lonjakan korban akibat serangan Israel.

    Blokade total yang diberlakukan Israel selama lebih dari tiga minggu telah memperburuk krisis kemanusiaan dengan minimnya pasokan medis dan bantuan untuk warga sipil di wilayah tersebut.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Beri Peringatan, Hamas: Sandera Akan Kembali ‘Dalam Peti Mati’ jika Israel Membebaskan dengan Paksa – Halaman all

    Beri Peringatan, Hamas: Sandera Akan Kembali ‘Dalam Peti Mati’ jika Israel Membebaskan dengan Paksa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok militan Palestina, Hamas, memperingatkan bahwa para sandera mungkin akan dibunuh jika Israel mencoba membebaskan mereka dengan paksa dan serangan udara terus berlanjut di Jalur Gaza.

    Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka “melakukan segala yang mungkin untuk menjaga agar tawanan pendudukan tetap hidup, tetapi pemboman acak Zionis (Israel) membahayakan nyawa mereka.”

    “Setiap kali pendudukan mencoba membebaskan tawanannya dengan paksa, mereka akhirnya membawa mereka kembali dalam peti mati,” kata Hamas, Rabu (26/3/2025), dilansir Al Arabiya.

    Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Hamas bahwa Israel akan merebut wilayah di Gaza jika kelompok itu menolak untuk membebaskan para sandera.

    Dari 251 sandera yang disandera selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang, 58 masih ditahan di Gaza, termasuk 34 yang menurut militer Israel telah tewas.

    “Semakin Hamas bersikeras menolak membebaskan sandera kami, semakin kuat tekanan yang akan kami berikan,” kata Netanyahu kepada parlemen, Rabu.

    “Saya katakan ini kepada rekan-rekan saya di Knesset, dan saya katakan juga kepada Hamas: Ini termasuk perebutan wilayah, bersama dengan tindakan lain yang tidak akan saya uraikan di sini,” jelasnya.

    Pernyataan Netanyahu muncul beberapa hari setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam akan mencaplok sebagian wilayah Gaza kecuali Hamas membebaskan sandera Israel yang tersisa.

    Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (21/3/2025), Katz mengatakan:

    “Saya memerintahkan (tentara) untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza.”

    “Semakin Hamas menolak membebaskan para sandera, semakin banyak wilayah yang akan hilang, yang akan dianeksasi oleh Israel.”

    Israel Perintahkan Lebih Banyak Evakuasi

    Diberitakan AP News, militer Israel pada hari Rabu memerintahkan evakuasi sebagian wilayah Kota Gaza saat meningkatkan serangan barunya terhadap Hamas setelah melanggar gencatan senjata minggu lalu.

    Pengeboman dan operasi darat Israel telah menyebabkan kerusakan besar dan pada puncaknya menyebabkan sekitar 90 persen penduduk Gaza mengungsi.

    Di sisi lain, ribuan warga Palestina berunjuk rasa di Gaza utara yang hancur parah pada hari Rabu dalam hari kedua protes antiperang.

    Ini adalah unjuk rasa kemarahan publik yang jarang terjadi terhadap Hamas, meskipun protes tersebut tampaknya secara umum ditujukan terhadap perang di Gaza dan kondisi kehidupan mereka yang tidak tertahankan.

    Sebelumnya, Israel telah menghentikan semua makanan, bahan bakar, obat-obatan dan pasokan lainnya untuk sekitar 2 juta orang di Gaza yang dilanda perang sejak awal bulan — sebuah strategi yang menurut kelompok hak asasi manusia adalah kejahatan perang.

    Israel telah berjanji untuk meningkatkan tekanan militer hingga Hamas memulangkan 59 sandera yang tersisa — 24 di antaranya diyakini masih hidup.

    Israel juga menuntut Hamas melucuti senjata dan mengirim para pemimpinnya ke pengasingan.

    Hamas mengatakan tidak akan membebaskan sandera yang tersisa tanpa gencatan senjata yang langgeng dan penarikan penuh Israel dari Gaza.

    Sebagai informasi, Israel memulai kembali serangan udara yang intens di Jalur Gaza yang berpenduduk padat minggu lalu diikuti oleh operasi darat, menghancurkan ketenangan relatif yang diberikan oleh gencatan senjata pada bulan Januari dengan Hamas.

    Sejak Israel melanjutkan operasi militernya di Gaza, setidaknya 830 warga Palestina telah tewas, menurut kementerian kesehatan di wilayah tersebut.

    Serangan militer balasan Israel telah menewaskan sebanyak 50.183 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan.

    Tahap pertama gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025 menyaksikan Hamas membebaskan 33 sandera Israel dan warga negara ganda, termasuk delapan orang yang tewas, dan Israel membebaskan sekitar 1.800 tahanan Palestina.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Tidak Ada Lagi Bantuan Militer untuk Mesin Perang Netanyahu

    Tidak Ada Lagi Bantuan Militer untuk Mesin Perang Netanyahu

    PIKIRAN RAKYAT – Amerika Serikat didesak untuk menghentikan pasokan senjata ke Israel yang sedang menjajah Palestina. Desakan ini datang dari Senator AS, Bernie Sanders yang turut menyoroti pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Israel.

    “(Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu tidak mengizinkan bantuan apa pun masuk ke Gaza selama 22 hari. Ia melanggar gencatan senjata, dan melanjutkan kampanye pengeboman yang telah menewaskan lebih dari 50.000 orang,” katanya.

    Saat ini, Israel melanjutkan penjajahannya di Jalur Gaza dan melakukan serangan demi serangan setelah gagalnya kesepakatan fase kedua gencatan senjata. Kini, warga Palestina yang tewas kian bertambah.

    “Sekarang dia mengancam pendudukan jangka panjang di Gaza,” kata Sanders dilaporkan Anadolu Agency.

    Desakan dari Sanders ini setelah Israel melancarkan serangan udara pada Selasa, 18 Maret 2025 ke Jalur Gaza. Sejak serangan tersebut, sedikitnya 730 orang tewas meskipun situasi masih gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang berlaku pada bulan Januari.

    “TIDAK ADA LAGI BANTUAN MILITER UNTUK MESIN PERANG NETANYAHU,” kata Sanders.

    Dilaporkan kantor berita WAFA, sejak serangan Oktober 2023 hingga saat ini, 50.183 warga Palestina tewas yang sebagian besar wanita dan anak-anak. Selain itu, 113.828 warga Palestina lainnya mengalami luka-luka.

    Terlebih lagi, sedikitnya 10.000 orang tidak diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh wilayah Gaza.

    Badan khusus pemindahan paksa warga Palestina

    Israel secara terang-terangan akan membentuk badan pemerintah yang mengurusi pemindahan paksa warga Palestina di Jalur Gaza. Hal ini telah dikonfirmasi oleh seorang juru bicara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Senin, 24 Maret 2025.

    Badan tersebut sedang disusun setelah mendapat persetujuan dari kabinet keamanan Israel menyusul rencana Menteri Pertahanan, Israel Katz. Rencana pembentukan badan ini lantas menuai reaksi keras dari Arab Saudi.

    Arab Saudi mengecam pengumuman Israel tentang badan yang bertujuan mengusir warga Palestina. Sementara, Mesir dan negara-negara Arab lainnya masih belum bersikap.

    Rencana Kementerian Pertahanan Israel ini merupakan tindak lanjut dari saran Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Trump sebelumnya meminta agar penduduk Palestina di Gaza dipindahkan ke negara lain.

    Kelompok hak asasi manusia dan kritikus di seluruh dunia menilai hal ini sebagai pembersihan etnis, pemindahan paksa suatu populasi dari rumahnya. Namun, Israel menyebut pemindahan paksa ini sebagai ‘sukarela’.

    “Mempersiapkan keberangkatan sukarela penduduk Jalur Gaza ke negara ketiga dengan cara yang aman dan terkendali,” kata sang juru bicara dilaporkan Al Jazeera.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Netanyahu: Israel Bisa Rebut Wilayah di Jalur Gaza jika Hamas Tak Bebaskan Sandera – Halaman all

    Netanyahu: Israel Bisa Rebut Wilayah di Jalur Gaza jika Hamas Tak Bebaskan Sandera – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengulangi ancamannya untuk merebut wilayah di Jalur Gaza jika Hamas gagal membebaskan sandera yang masih ditahannya. 

    “Semakin Hamas menolak membebaskan sandera kami, semakin kuat pula penindasan yang akan kami lakukan,” kata Netanyahu dalam sidang di parlemen (Knesset) pada Rabu (26/3/2025). 

    “Ini termasuk perebutan wilayah dan hal-hal lainnya,” ujarnya. 

    Netanyahu tidak menjelaskan lebih lanjut, tetapi Menteri Pertahanan Israel Katz menggemakan ancaman tersebut beberapa jam kemudian.

    Dalam sebuah video yang mendorong protes warga Gaza terhadap Hamas, Katz juga mengomentari demonstrasi di Gaza dengan berkata, “Hamas membahayakan nyawa Anda dan akan menyebabkan Anda kehilangan rumah dan semakin banyak wilayah.”

    Pernyataan Netanyahu disampaikan selama debat yang dikenal sebagai “Debat 40 Tanda Tangan,” yang merupakan versi Israel dari “Pertanyaan Perdana Menteri” versi Inggris.

    Debat tersebut mencakup serangkaian pidato singkat yang dihadiri perdana menteri, setelah itu perdana menteri dan pemimpin oposisi menyampaikan pidato penutup, seperti diberitakan The Jerusalem Post.

    Sebelumnya, Hamas memperingatkan Netanyahu, sandera mungkin akan kembali dalam peti mati jika Israel menggunakan kekerasan dan serangan udara yang terus berlanjut di Gaza.  

    Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka melakukan segala yang mungkin untuk menjaga agar sandera Israel tetap hidup, namun pemboman acak oleh Zionis (Israel) membahayakan nyawa mereka.

    “Setiap kali pendudukan mencoba mengambil tawanannya dengan paksa, mereka akhirnya membawa mereka kembali dalam peti mati,” katanya.

    Sebelumnya, Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza pada Selasa (18/3/2025), melanggar perjanjian gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas pada 19 Januari lalu.

    Lebih dari 830 warga Gaza terbunuh sejak serangan tersebut dan melukai lebih dari 1.800 lainnya.

    Jika dihitung sejak Oktober 2023, serangan Israel menewaskan lebih dari 50.183 warga Gaza dan melukai lebih dari 113.828 lainnya, menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza, dikutip dari Anadolu Agency.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Israel Dilaporkan Bersiap Pindahkan 100 Warga Gaza ke Indonesia

    Israel Dilaporkan Bersiap Pindahkan 100 Warga Gaza ke Indonesia

    GELORA.CO –  Media Israel melaporkan pada Rabu bahwa kelompok pertama yang terdiri dari 100 warga Palestina dari Jalur Gaza sedang bersiap untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Program ini disebut sebagai bagian dari program percontohan untuk mendorong “emigrasi sukarela” warga Palestina dari Jalur Gaza.

    Times of Israel mengutip Channel 12 News yang mengatakan bahwa program percontohan akan dijalankan oleh Mayor Jenderal Ghassan Alian, yang mengepalai Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), sebuah badan Kementerian Pertahanan. Laporan tersebut menambahkan bahwa sebagian besar warga Palestina akan dipekerjakan dalam pekerjaan konstruksi.

    Menurut surat kabar tersebut, Israel berharap jika program percontohan ini berhasil, maka akan mendorong ribuan warga Gaza untuk pindah ke Indonesia untuk bekerja dan mempertimbangkan pemukiman permanen di sana, sebuah langkah yang memerlukan persetujuan Jakarta, menurut Channel 12.

    Upaya Israel ini kerap dipandang sebagai bagian dari pengosongan Jalur Gaza untuk dicaplok kembali. Berbagai negara dan lembaga internasional melihat rencana “emigrasi sukarela” ini sebagai bagian dari pemberihan ernis di Gaza.

    Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, negara Muslim terbesar di dunia. Kendati demikian saluran komunikasi khusus telah dibuka antara kedua negara untuk mengembangkan program percontohan tersebut, kata laporan itu. Jika uji coba ini berhasil, “departemen imigrasi pemerintah” akan mengambil tanggung jawab atas program tersebut, menurut laporan tersebut.

    Surat kabar tersebut menyatakan bahwa Menteri Pertahanan Israel Israel Katz akan menunjuk pensiunan Brigadir Jenderal Ofer Winter—seorang perwira senior yang kontroversial di militer, namun sangat dihormati oleh orang-orang Israel yang religius—untuk memimpin proyek tersebut.

    Awal bulan lalu, Presiden AS Donald Trump memicu kejutan global ketika ia menyarankan Amerika Serikat mengambil alih Gaza, mengubahnya menjadi “Riviera Timur Tengah,” dan memaksa penduduknya untuk pindah ke Mesir, Yordania, atau negara lain.

    Sementara para menteri di pemerintahan Benjamin Netanyahu memuji usulan tersebut dan menyerukan agar perang dimanfaatkan sebagai peluang untuk membangun kembali pemukiman Israel di Jalur Gaza, Otoritas Palestina dan negara-negara Arab dengan tegas menolak gagasan tersebut.

    Januari lalu, situs Zaman Israel melaporkan bahwa pemerintah Israel melakukan kontak rahasia dengan Kongo dan negara-negara lain untuk mengusir ribuan penduduk dari Gaza.

    Kabar pemindahan warga Gaza ke Indonesia yang dianjurkan Trump sempat mengemuka pada Januari lalu. Saat itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyebut sama sekali tak mengetahui hal tersebut.

    “Pemerintah RI tidak pernah memperoleh informasi apapun, dari siapapun, maupun rencana apapun terkait relokasi sebagian dari dua juta penduduk Gaza ke Indonesia sebagai salah satu bagian dari upaya rekonstruksi pasca konflik,” kata Kemlu RI dalam keterangannya, Selasa (21/1/2025).

    Kemlu RI menolak berspekulasi tentang isu tersebut tanpa adanya informasi lebih jelas. Namun mereka menegaskan bahwa posisi Pemerintah RI tetap menolak upaya pemindahan atau relokasi warga Gaza.

    “Upaya untuk mengurangi penduduk Gaza hanya akan mempertahankan pendudukan ilegal Israel atas wilayah Palestina dan sejalan dengan strategi yang lebih besar yang bertujuan untuk mengusir orang Palestina dari Gaza,” kata Kemlu RI.

  • Hamas Peringatkan Israel: Sandera akan Pulang dalam Peti Mati jika Netanyahu Tuntut Bebaskan Paksa – Halaman all

    Hamas Peringatkan Israel: Sandera akan Pulang dalam Peti Mati jika Netanyahu Tuntut Bebaskan Paksa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok militan Palestina, Hamas memberikan peringatan Israel jika nekat mencoba menyelamatkan sandera secara paksa di luar perjanjian gencatan senjata.

    Menurut Hamas, saat ini pihaknya telah berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menjaga para sandera.

    “Kami melakukan segala yang mungkin untuk menjaga tawanan pendudukan tetap hidup,” kata Hamas pada hari Rabu (25/3/2025), dikutip dari Al-Arabiya.

    Akan tetapi, nyawa para sandera saat ini terancam karena Israel terus melancarkan serangan dengan menargetkan berbagai lokasi di Gaza.

    “Tetapi pemboman acak Zionis (Israel) membahayakan nyawa mereka,” jelas Hamas.

    Oleh karena itu, Hamas memperingatkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk tidak nekat menyelamatkan para sandera dengan cara mereka sendiri.

    Jika hal tersebut dilakukan, kemungkinan sandera masih hidup sangatlah kecil.

    “Setiap kali pendudukan mencoba untuk menyelamatkan tawanannya dengan paksa, mereka akhirnya membawa mereka kembali dalam peti mati,” katanya.

    Selain itu, Hamas juga mengatakan bahwa upaya Netanyahu untuk menenangkan keluarga sandera hanyalah ‘omong kosong’.

    “Netanyahu berbohong kepada keluarga tawanan ketika ia mengklaim bahwa opsi militer mampu membawa mereka kembali hidup-hidup,” kata Hamas, dikutip dari Al Mayadeen.

    Israel Tak Henti Bombardir Gaza

    Israel kembali meluncurkan serangan di Gaza mulai minggu lalu.

    Sejak saat itu, Israel meluncurkan operasi darat di tengah ketidakpastian gencatan senjata.

    Selain operasi darat, Israel juga meluncurkan serangan udara di Rafah, bagian barat Gaza Selatan.

    Khan Younis juga menjadi target drone Israel.

    Ribuan warga sipil masih terjebak di Rafah, dengan permintaan mendesak muncul dari warga di lingkungan Saudi, Tal al-Sultan, dan daerah Hashashin. 

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban tewas akibat serangan Israel sejak 18 Maret 2025 telah mencapai 830 warga.

    Sementara 1.787 lainnya terluka akibat pemboman Israel.

    Dalam 24 jam terakhir, sekitar 39 orang dikabarkan tewas dan 124 orang terluka.

    Sementara sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 50.100 warga Palestina.

    Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.

    Korban luka akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 telah mencapai lebih dari 113.700 orang.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Hamas dan Konflik Palestina vs Israel

  • 7 Update Gaza, Israel Tutup Perbatasan-Anak Dibunuh Tiap 45 Menit

    7 Update Gaza, Israel Tutup Perbatasan-Anak Dibunuh Tiap 45 Menit

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Setidaknya 38 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza dalam 24 jam terakhir, dan satu jenazah telah ditemukan dari reruntuhan, menurut Kementerian Kesehatan daerah kantong itu.

    Sementara badan kemanusiaan PBB, OCHA, mengatakan 142.000 warga Palestina telah mengungsi secara paksa sejak Israel melanjutkan perangnya di Gaza pada 18 Maret.

    Berikut update terkait situasi di wilayah tersebut saat ini, seperti dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia pada Rabu (26/3/2025).

    Penutupan Perbatasan Gaza Dilaporkan Berdampak Buruk

    Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan keputusan Israel untuk menutup semua perlintasan perbatasan dengan daerah kantong itu berdampak buruk bagi keamanan pangan serta layanan lingkungan dan kesehatan.

    “Kami menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, organisasi hak asasi manusia dan kemanusiaan, dan semua negara merdeka untuk segera menekan pendudukan agar membuka perlintasan dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan, sebelum bencana kemanusiaan ini berubah menjadi kelaparan yang meluas dan bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya di zaman modern,” kata pernyataan itu.

    Pernyataan itu mengatakan 85% dari 2,4 juta penduduk Gaza kehilangan akses ke bahan makanan pokok karena distribusi bantuan pangan dihentikan. Lebih dari 90% tidak memiliki sumber air bersih setelah Israel menghancurkan 719 sumur air.

    Selain itu, 34 rumah sakit dan 80 pusat kesehatan hancur dan saat ini tidak beroperasi. Masuknya pasokan medis dan dokter bedah spesialis telah dicegah. Jaringan pembuangan limbah juga hancur, sehingga meningkatkan kemungkinan penyakit.

    Israel Bunuh Seorang Anak di Gaza Setiap 45 Menit

    Israel dilaporkan membunuh seorang anak di Gaza setiap 45 menit. Ini artinya rata-rata 30 anak terbunuh setiap hari selama 535 hari terakhir.

    Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh sedikitnya 17.400 anak, termasuk 15.600 yang telah diidentifikasi. Banyak lagi yang masih terkubur di bawah reruntuhan, sebagian besar diduga tewas.

    Banyak anak yang selamat telah mengalami trauma dari berbagai perang, dan mereka semua telah menghabiskan hidup mereka di bawah bayang-bayang blokade Israel yang menindas, yang memengaruhi setiap aspek kehidupan mereka sejak lahir.

    Pasukan Israel Tangkap 20 Orang Dalam Serangan Terbaru di Tepi Barat

    Masyarakat Tahanan Palestina mengatakan tentara Israel telah menangkap sedikitnya 20 orang, termasuk beberapa mantan tahanan, dalam serangan di seluruh Tepi Barat yang diduduki sejak tadi malam.

    Penangkapan tersebut terjadi di seluruh provinsi Ramallah, Bethlehem, Nablus, Tulkarem, dan Salfit, kata kelompok tersebut. Seperti yang dilaporkan sebelumnya, pasukan Israel melakukan interogasi lapangan selama berjam-jam terhadap puluhan orang selama beberapa penggerebekan, termasuk di kamp Beit Jibrin dekat Bethlehem.

    Penahanan terbaru tersebut membuat jumlah total penangkapan yang dilakukan oleh pasukan Israel di Tepi Barat sejak dimulainya perang di Gaza menjadi lebih dari 15.700, kata Prisoners Society.

    Israel Relokasi Tahanan Palestina dari Sde Teiman

    Militer Israel telah memindahkan ratusan narapidana Palestina ke penjara lain menyusul tekanan dari pengadilan tinggi Israel untuk memperbaiki kondisi di penjara Sde Teiman di Tepi Barat yang diduduki, menurut organisasi hak asasi manusia Israel.

    HaMoked dan Physicians for Human Rights-Israel mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa alih-alih memperbaiki pelanggaran termasuk pemukulan, pemborgolan berlebihan, dan pola makan serta perawatan kesehatan yang buruk, para tahanan dipindahkan ke pusat penahanan Ofer dan Anatot yang kondisinya tidak lebih baik.

    “Apa yang telah kita lihat adalah terkikisnya standar dasar penahanan yang manusiawi,” kata Jessica Montell, direktur HaMoked, salah satu kelompok hak asasi yang mengajukan petisi kepada pemerintah Israel untuk memperbaiki masalah ini untuk selamanya.

    Militer Israel mengatakan kepada AP bahwa mereka mematuhi hukum internasional dan “sepenuhnya menolak tuduhan mengenai pelanggaran sistematis terhadap para tahanan”.

    Israel Keluarkan Perintah Pemindahan Paksa Kota Gaza

    Avichay Adraee, juru bicara bahasa Arab untuk tentara Israel, telah mengeluarkan perintah pemindahan paksa untuk semua penduduk di lingkungan Zeitoun, Tal al-Hawa, dan Sheikh Ijlin di Kota Gaza.

    Ia mengatakan ini adalah peringatan terakhir untuk melarikan diri ke selatan Wadi Gaza melalui Jalan al-Rashid sebelum Israel mulai mengebom mereka.

    Netanyahu Ancam akan Rebut Sebagian Wilayah Gaza jika Hamas Menahan Tawanan

    Berbicara kepada parlemen, perdana menteri Israel mengatakan Israel akan meningkatkan “penindasan” terhadap Gaza semakin lama Hamas menolak membebaskan tawanan Israel.

    “Semakin Hamas terus menolak membebaskan sandera kami, semakin kuat penindasan yang akan kami lakukan,” kata Netanyahu. “Ini termasuk merebut wilayah dan hal-hal lainnya.”

    Ada 59 tawanan yang masih ditahan di Gaza, hanya 25 di antaranya yang diyakini Israel masih hidup.

    Semua tawanan yang selamat diharapkan akan dibebaskan selama tahap kedua dari kerangka gencatan senjata yang disepakati oleh Israel dan Hamas pada bulan Januari. Namun, Israel melanjutkan serangannya terhadap Gaza, mengingkari gencatan senjata selama tahap pertama kesepakatan tanpa kesepakatan apa pun pada tahap berikutnya.

    Hamas mengatakan hari ini bahwa jika Israel mencoba mengambil tawanannya “dengan paksa”, mereka akan dikembalikan “dalam peti mati”.

    Militer Israel Klaim Tembak Jatuh Proyektil dari Gaza Tengah

    Militer mengatakan mereka mengidentifikasi dua proyektil yang memasuki wilayah Israel dari Gaza tengah sekitar tengah hari.

    Angkatan udara Israel menembak jatuh salah satu proyektil, sementara yang lain mendarat di komunitas Zimrat, dekat perbatasan Gaza, menurut pernyataan yang dipublikasikan oleh militer di Telegram.

    Militer tidak melaporkan adanya korban jiwa dan mengatakan sedang menyelidiki rincian serangan tersebut.

    (fab/fab)