Tag: Benjamin Netanyahu

  • Unjuk Rasa Besar-besaran di Israel: Warga Tuntut Sandera di Gaza Dibebaskan – Halaman all

    Unjuk Rasa Besar-besaran di Israel: Warga Tuntut Sandera di Gaza Dibebaskan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Sabtu malam, 29 Maret 2025, diperkirakan puluhan ribu orang menggelar unjuk rasa di seluruh Israel.

    Aksi ini bertujuan untuk menuntut pembebasan warga Israel yang masih disandera oleh Hamas di Jalur Gaza dan menolak perombakan yudisial.

    Unjuk rasa utama akan dimulai pukul 18:30 waktu setempat di Lapangan Habima, Kota Tel Aviv.

    Para pengunjuk rasa direncanakan akan bergerak menuju Jalan Benin untuk bergabung dengan keluarga sandera yang juga melakukan demonstrasi di sana.

    Di Lapangan Sandera, akan ada pidato dari Iair Horn, seorang sandera yang telah dibebaskan, serta dari pensiunan jenderal Yom-Tov Samia dan aktor Michael Rapaport.

    Lokasi lain yang akan menjadi tempat unjuk rasa meliputi Yerusalem, Carmei Gat, dan Persimpangan Shaar HaNegev.

    Forum Sandera dan Keluarga Hilang mengimbau semua warga Israel untuk berpartisipasi dalam aksi tersebut, tanpa memandang latar belakang politik.

    Mayoritas Warga Israel Ingin Perang Diakhiri

    Menurut survei yang dirilis oleh Channel 12 pada hari Jumat, sebanyak 69 persen warga Israel mendukung penghentian perang di Gaza untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera.

    Hanya 21 persen yang menolak usulan tersebut.

    Di kalangan pendukung koalisi pemerintahan Israel, 54 persen menginginkan perang diakhiri, sementara 32 persen menolak.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, hingga kini tetap menolak untuk mengakhiri perang demi memastikan pembebasan 59 sandera yang masih berada di Gaza.

    Netanyahu menyatakan bahwa perang hanya akan berakhir jika Hamas dilenyapkan sebagai ancaman bagi Israel.

    Dari 59 sandera tersebut, 24 di antaranya diyakini masih hidup.

    Netanyahu juga menolak untuk merundingkan tahap kedua dari gencatan senjata.

    Ia lebih memilih untuk memperpanjang tahap pertama gencatan senjata agar lebih banyak sandera dapat dibebaskan, sambil tetap melanjutkan operasi militer.

    Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah

    Pengkritik Netanyahu berargumen bahwa peningkatan operasi militer justru dapat membahayakan nyawa sandera yang masih hidup.

    Mereka juga mempertanyakan efektivitas serangan terbaru Israel dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

    Selama gencatan senjata antara Januari hingga Maret, Hamas telah membebaskan 30 sandera, yang terdiri dari 20 warga sipil Israel, 5 tentara, dan 5 warga negara Israel, serta menyerahkan jasad delapan warga Israel yang meninggal.

     

  • Bom Israel Bunuh 9 Sipil Sepanjang Sholat Id, 5 di Antaranya Anak-anak

    Bom Israel Bunuh 9 Sipil Sepanjang Sholat Id, 5 di Antaranya Anak-anak

    PIKIRAN RAKYAT – Pasukan Israel membombardir Gaza saat warga Palestina merayakan Idul Fitri. Bom yang tiada henti sepanjang pelaksanaan sholat berjamaah id menewaskan sembilan orang, termasuk lima anak-anak.

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah mengajukan usulan balasan setelah Hamas mengungkapkan bahwa mereka menerima rencana gencatan senjata baru yang diajukan oleh Mesir dan Qatar.

    Program Pangan Dunia mengatakan stok makanan mereka di Gaza bisa habis dalam waktu 10 hari karena blokade yang menghancurkan yang diterapkan Israel.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 50.277 warga Palestina dipastikan tewas dan 114.095 luka-luka dalam genosida Israel terhadap Gaza.

    Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas sekitar dua bulan lalu menjadi lebih dari 61.700, dengan ribuan orang yang hilang di bawah puing-puing diduga kuat sudah tak bernyawa.

    Bombardir Tak Henti Saat Sholat Id

    Warga Palestina melaksanakan sholat Idul Fitri saat serangan Israel terus berlanjut. Sebagaimana muslim di belahan dunia lain, masyarakat Palestina di Gaza melaksanakan sholat untuk menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan dan dimulainya Syawal.

    Seperti yang mereka lakukan selama perang, mereka sholat di tengah puing-puing sisa kehidupan yang telah diluluhlantakan Israel Penjajah.

    #شاهد | إطلاق نار من آليات الاحتلال خلال أداء الفلسطينيين صلاة العيد في عدد من المناطق داخل قطاع غزة. pic.twitter.com/0CaaPobzTl— المركز الفلسطيني للإعلام (@PalinfoAr) March 30, 2025

    Dalam sebuah video yang diunggah oleh Pusat Informasi Palestina, suara tembakan terdengar ketika sholat dilaksanakan.

    “Seperti yang telah kami laporkan, pasukan Israel membunuh sedikitnya sembilan orang pada pagi hari Idul Fitri. Korban termasuk lima anak-anak,” demikian laporan wartawan Al Jazeera dari kontributor setempat, dikutip Minggu, 30 Maret 2025.

    Kekacauan di Jenin Tepi Barat

    Tak hanya Gaza, Tepi Barat juga tidak luput dari kekacauan dalam perayaan lebaran tahun ini. Pasukan Israel dilaporkan telah menembakkan gas air mata kepada warga Palestina yang berziarah ke pemakaman Jenin.

    Warga Palestina lazimnya berziarah untuk menghormati orang yang telah meninggal di pemakaman Jenin ketika Idul Fitri.

    Dalam kerumunan khidmat, gas air mata ditembakkan tanpa ampun, sehingga menyebabkan para warga sesak napas hingga gangguan penglihatan. Demikian menurut laporan media setempat.

    Rekaman yang diverifikasi oleh unit pemeriksaan fakta Sanad Al Jazeera menunjukkan, kerumunan memang betul berlarian mencari perlindungan saat awan gas air mata menyebar di area tersebut. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Hamas Setujui Proposal Gencatan Senjata Baru dari Mediator, Israel Menolak

    Hamas Setujui Proposal Gencatan Senjata Baru dari Mediator, Israel Menolak

    Gaza

    Seorang pejabat tinggi Hamas mengatakan kelompok tersebut menyetujui usulan gencatan senjata Gaza baru yang diajukan oleh para mediator. Namun, Israel menolak dan mengajukan proposal lain.

    Dilansir AFP, Minggu (30/3/2025), Hamas telah mendesak Israel untuk mendukung proposal itu sambil memperingatkan ‘garis merah’. Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga mengonfirmasi mereka telah menerima usulan dari para mediator.

    Namun, Israel tak langsung menyetujuinya. Israel malah mengajukan proposal balasan sebagai tanggapan.

    “Dua hari yang lalu, kami menerima usulan dari saudara-saudara mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya secara positif dan menyetujuinya. Kami berharap bahwa pendudukan (Israel) tidak akan menghalanginya,” kata petinggi Hamas, Khalil al-Haya, dalam pidato yang disiarkan televisi untuk hari raya Idul Fitri bagi umat Islam.

    Israel menyatakan telah mengajukan proposal balasan. Menurut Israel, proposal itu diajukan dengan koordinasi penuh Amerika Serikat (AS).

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kemarin, mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan usulan yang diterima dari para mediator. Beberapa jam yang lalu, Israel menyampaikan kepada para mediator sebuah usulan balasan dengan koordinasi penuh dengan AS,” kata kantor Netanyahu.

    Sehari sebelumnya, pejabat senior Hamas Bassem Naim mengatakan pembicaraan antara gerakan Islamis Palestina dan para mediator mengenai kesepakatan gencatan senjata semakin gencar karena Israel terus melakukan operasi intensif di Gaza. Sumber-sumber Palestina yang dekat dengan Hamas mengatakan pembicaraan dimulai pada Kamis (27/3) malam antara kelompok militan dan para mediator dari Mesir dan Qatar untuk menghidupkan kembali gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.

    Serangan besar-besaran Israel di Gaza dilakukan sejak 7 Oktober 2023. Serangan itu diklaim Israel untuk membalas serangan Hamas ke wilayah mereka yang menewaskan 1.200 orang.

    Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 50 ribu warga Gaza. Ratusan ribu orang terluka dan jutaan orang telah mengungsi akibat perang.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Puluhan Ribu Orang Berdemo di Israel,  Mayoritas Warga Israel Ingin Perang Gaza Disudahi – Halaman all

    Puluhan Ribu Orang Berdemo di Israel,  Mayoritas Warga Israel Ingin Perang Gaza Disudahi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Puluhan ribu orang diperkirakan akan berunjuk rasa di seluruh Israel pada Sabtu malam, (29/3/2025), waktu setempat.

    Mereka menuntut pembebasan warga Israel yang masih disandera Hamas di Jalur Gaza. Selain itu, mereka menolak perombakan yudisial.

    The Times of Israel melaporkan unjuk rasa utama akan dimulai pukul 18.30 di Lapangan Habima, Kota Tel Aviv.

    Selepas itu, para pengunjuk rasa akan turun menuju ke Jalan Benin untuk bergabung dengan keluarga sandera yang juga sudah berdemo di jalan itu.

    Unjuk rasa turut digelar di Lapangan Sandera. Di sana nantinya akan ada pidato dari Iair Horn, seorang sandera yang telah dibebaskan.

    Akan ada pula pidato dari seorang pensiunan jenderal bernama Yom-Tov Samia dan aktor Michael Rapaport.

    Tempat lain yang menjadi lokasi unjuk rasa adalah Yerusalem, Carmei Gat, dan Persimpangan Sha’ar HaNegev.

    Forum Sandera dan Keluarga Hilang mengimbau semua warga Israel ikut serta dalam unjuk rasa besar-besaran itu, terlepas dari apa pun latar belakang politiknya.

    Demonstrasi itu digelar di tengah momen disahkannya undang-undang reformasi pengadilan, mandeknya negosiasi sandera, dan pemecatan Ronen Barat, kepala Shin Bet atau dinas keamanan Israel.

    Mayoritas warga Israel ingin perang diakhiri

    Menurut survei, sebanyak 69 persen warga Israel mendukung perang di Gaza diakhiri agar kesepakatan pembebasan sandera bisa tercapai. Adapun jumlah yang menolak mencapai 21 persen.

    Survei itu dirilis oleh Channel 12 pada hari Jumat kemarin.

    Pada kalangan pendukung koalisi pemerintahan Israel, ada 54 persen yang menginginkan perang diakhiri. Yang menolak ada 32 persen.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hingga kini menolak mengakhiri perang demi mengamankan pembebasan 59 sandera yang masih berada di Gaza. Dia mengatakan perang baru bisa berakhir jika Hamas telah dilenyapkan dan tak lagi menjadi ancaman bagi Israel.

    Dari 59 sandera itu, sebanyak 24 di antaranya diyakini masih hidup.

    Netanyahu juga menolak merundingkan tahap kedua gencatan senjata. Jika tahap kedua terwujud, semua sandera akan dibebaskan, lalu perang diakhiri dan Israel menarik diri sepenuhnya dari Gaza.

    Namun, Netanyahu lebih memilih untuk membebaskan lebih banyak sandera dengan cara memperpanjang tahap pertama gencatan. Hal ini akan memungkinkan Israel untuk melanjutkan perang.

    Menurut pemerintahan Netanyahu, mengakhiri perang sebagai imbalan atas pembebasan sandera akan membuat Hamas tetap berkuasa di Gaza.

    Per 18 Maret kemarin, Israel mulai kembali melancarkan serangan ke Gaza.

    Para pengkritik Netanyahu mengatakan penambahan operasi militer justru akan membahayakan nyawa sandera yang masih hidup. Di samping itu, serangan-serangan terbaru Israel juga disebut tidak akan bisa membuat Israel mencapai tujuannya.

    Selama gencatan senjata Januari hingga Maret, Hamas telah membebaskan 30 sandera. Rinciannya adalah 20 warga sipil Israel, 5 tentara, dan 5 warga negara Israel.

    Hamas juga menyerahkan jasad delapan warga Israel yang meninggal.

  • Israel Klaim Belum Berhasil Lobi Indonesia Agar Mau Tampung Warga Gaza, Reaksi Kemlu RI – Halaman all

    Israel Klaim Belum Berhasil Lobi Indonesia Agar Mau Tampung Warga Gaza, Reaksi Kemlu RI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, ISRAEL – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menugaskan badan intelijen Mossad untuk mencari negara yang bisa menampung warga Gaza.

    Laporan terbaru menyebutkan Israel telah menghubungi Sudan, Somalia, Indonesia dan negara-negara lainnya untuk menerima pengungsi warga Gaza Palestina.

    Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.

    Demikian dikutip dari Times of Israel dikutip hari ini, Sabtu (29/3/2025).

    Media itu memberitakan bahwa beberapa negara telah mengkonfirmasi menerima sejumlah kecil warga Palestina yang sakit, kebanyakan anak-anak, untuk dirawat.

    Namun demikian  hingga saat ini belum ada negara yang setuju untuk menampung sejumlah besar warga Gaza.

    Didukung Donald Trump

    Upaya Israel ‘mengusir’ warga Gaza telah mendapat dukungan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Bulan lalu, Trump mengumumkan rencananya agar Amerika Serikat mengambil alih Gaza dan merelokasi seluruh populasi dua juta orang.

    Meski belakangan dia  mengklarifikasi bahwa tidak ada warga Palestina yang akan diusir secara paksa.

    Trump juga menyangkal  rencana relokasi itu  sebagai pembersihan etnis di Gaza.

    Israel juga bersikeras bahwa warga Gaza tidak akan dipaksa pergi tetapi para pejabat belum menjelaskan bagaimana caranya warga Gaza pergi secara sukarela.

    Menurut situs berita Axios, AS tidak secara aktif berupaya memajukan rencana Trump.

    Sementara utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff malah  fokus pada pemulihan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan antara Israel dan Hamas.

    Israel Klaim Telah Hubungi Indonesia dan Lainnya

    Israel klaim telah melakukan  pembicaraan dengan negara-negara Afrika Timur yang dilanda konflik, Somalia dan Sudan Selatan agar bisa menampung warga Gaza.

    “Termasuk berbicara dengan Indonesia dan negara-negara lain agar  menerima warga Palestina,” demikian Axios melaporkan, mengutip dua pejabat Israel dan seorang mantan pejabat AS.

    Namun media itu menyebut pembicaraan tersebut belum membuahkan hasil.

    Laporan sebelumnya telah menyebutkan Suriah , Sudan dan wilayah Somaliland yang memisahkan diri sebagai tujuan potensial untuk merelokasi warga Gaza yang sedang diincar AS dan Israel.

    Ditolak Palestina dan Dunia Arab

    Otoritas Palestina dan dunia Arab sebelumnya telah menolak keras upaya relokasi warga Gaza.

    Dengan alasan bahwa warga Palestina seharusnya diizinkan untuk tetap tinggal di Jalur Gaza.

    Memindahkan mereka ke tempat lain hanya akan memicu lebih banyak konflik dan ekstremisme di tempat lain.

    Bantahan Kemlu RI

    Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Rolliansyah Soemirat, memastikan pemerintah tidak pernah membahas rencana pemindahan warga Gaza ke Indonesia.

    Hal itu sekaligus menanggapi informasi yang beredar dari media asing.

    “Pemerintah Indonesia tidak pernah membahas dengan pihak manapun ataupun mendengar informasi tentang rencana pemindahan warga Gaza ke Indonesia yang disebut oleh beberapa media asing,” ujar Rolliansyah dalam keterangannya, Kamis (27/3/2025).

    Rolliansyah kembali menegaskan tidak ada satu pun kesepakatan pemerintah dengan pihak mana pun terkait wacana tersebut.

    “Dapat kami tegaskan bahwa tidak ada pembahasan apalagi kesepakatan antara Indonesia dengan pihak manapun mengenai hal tersebut,” jelasnya.

    Lebih lanjut, ia menambahkan saat ini pemerintah justru lebih mengedepankan rencana gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Selain itu, desakan agar pembangunan kembali Gaza pasca penjajahan Israel.

    “Saat ini, Indonesia lebih memfokuskan dan mendorong terwujudnya Gencatan Senjata tahap II dan masuknya bantuan kemanusiaan, serta memastikan dimulainya rekonstruksi di Gaza,” pungkasnya.

     

  • Benjamin Netanyahu Sedang Survei Cari Negara yang Mau Tampung Warga Palestina

    Benjamin Netanyahu Sedang Survei Cari Negara yang Mau Tampung Warga Palestina

    PIKIRAN RAKYAT – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan tengah mengarahkan badan intelijennya, Mossad, untuk mengidentifikasi negara-negara yang bersedia menerima sejumlah besar pengungsi Palestina dari Jalur Gaza.

    “Laporan diterbitkan pada hari Jumat, 28 Maret 2025,” demikian menurut The Time of Israel, dikutip Sabtu, 29 Maret 2025.

    Meskipun sejumlah negara telah menerima sejumlah kecil warga Palestina yang sakit, terutama anak-anak untuk mendapatkan perawatan, hingga saat ini belum ada negara yang setuju menampung jumlah besar warga Gaza.

    Terlebih, masyarakat sipil Gaza juga tidak tertarik sama sekali pergi secara massal ke negara orang meninggalkan tanah kelahirannya.

    Namun demikian, Israel terus bersikeras melaksanakan pemindahan warga Palestina dari Gaza, dengan sejumlah pendukung terbesarnya yakni mitra koalisi sayap kanan Netanyahu, Bezalel Smotrich dan Itamar Ben Gvir.

    Didukung Trump dan AS

    Keinginan Israel ini juga mendapat dukungan dari Presiden AS Donald Trump, yang bulan lalu mengumumkan rencananya agar Amerika Serikat (AS) mengambil alih Gaza dan memindahkan seluruh populasi dua juta orang ke sana.

    Trump saat ini agaknya melunak dengan proposal tersebut, menjelaskan bahwa tidak ada warga Palestina yang akan dipaksa meninggalkan Gaza. Ia juga membantah bahwa rencana pemindahan tersebut adalah bentuk lain dari pembersihan etnis.

    Menurut situs berita Axios, AS tampak ‘mengabaikan’ rencana Trump, sebab utusan Timur Tengah Steve Witkoff lebih fokus memulihkan gencatan senjata dan kesepakatan sandera antara Israel dan Hamas.

    Di sisi lain, Israel berusaha mengisi reaksi AS dengan mengadakan pembicaraan bersama negara-negara Afrika Timur yang dilanda konflik seperti Somalia dan Sudan Selatan, serta Indonesia dan negara lainnya, mengenai kemungkinan mereka menerima warga Palestina.

    Axios dalam hal ini mengutip dua pejabat Israel dan seorang mantan pejabat AS. Pembicaraan dilaporkan belum menghasilkan kesepakatan.

    Laporan sebelumnya menyebutkan Suriah, Sudan, dan wilayah pemisah Somalia, Somaliland, sebagai tujuan potensial untuk pemindahan warga Gaza yang sedang dipertimbangkan oleh AS dan Israel. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Hamas Disebut Bakal Bebaskan Sandera Israel Jelang Idul Fitri, Gencatan Senjata di Depan Mata? – Halaman all

    Hamas Disebut Bakal Bebaskan Sandera Israel Jelang Idul Fitri, Gencatan Senjata di Depan Mata? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Media TV Israel, Kan, melaporkan bahwa Hamas bakal segera membebaskan beberapa sandera Israel menjelang Idul Fitri.

    Menurut media Kan, para mediator melihat adanya keinginan di antara beberapa anggota senior Hamas untuk membebaskan para sandera Israel.

    Kan mengakui bahwa masih belum jelas apa yang akan diminta Hamas sebagai imbalan bagi mereka yang dibebaskannya.

    Hamas juga disebut-sebut bakal membebaskan warga AS-Israel, Edan Alexander.

    Dikutip dari The Times of Israel, sebelumnya diplomat senior Arab mengatakan bahwa Qatar mengajukan proposal baru AS kepada Hamas untuk memulihkan gencatan senjata melalui pembebasan Alexander.

    Sebagai imbalannya, Presiden AS Donald Trump akan mengeluarkan pernyataan yang menyerukan ketenangan di Gaza.

    Hamas telah menolak usulan sebelumnya dari utusan khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, yang berupaya memperpanjang fase pertama gencatan senjata, dengan bersikeras untuk tetap berpegang pada ketentuan kesepakatan yang ditandatangani pada bulan Januari, yang akan memasuki fase kedua pada tanggal 2 Maret.

    Fase tersebut membayangkan pembebasan semua sandera yang masih hidup sebagai imbalan atas penarikan penuh pasukan IDF dari Gaza dan diakhirinya perang.

    Hamas belum menanggapi usulan terbaru AS, tetapi mediator Qatar mengatakan kepada kelompok itu bahwa kepatuhan akan menciptakan niat baik bagi mereka terhadap Trump.

    “Sehingga lebih mungkin bahwa dia akan mendorong Netanyahu untuk menyetujui gencatan senjata permanen,” diplomat itu menambahkan.

    Demo di Gaza

    Massa yang turun ke jalan di Gaza minggu ini memprotes perang yang sedang berlangsung dan untuk menarik perhatian terhadap situasi putus asa mereka.

    Para peserta protes, yang dimulai di kota utara Beit Lahia pada hari Rabu, juga menolak karakterisasi mereka yang diberitakan secara luas di media Barat dan di media sosial sebagai “anti-Hamas”.

    Mereka malah mengatakan bahwa sebagian besar berkumpul dalam keadaan frustrasi dan takut untuk menyerukan diakhirinya perang setelah Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru untuk wilayah mereka.

    Banyak orang bingung dan takut dan tidak tahu harus ke mana, kata para saksi.

    Sementara yang lain mengatakan bahwa banyak di antara mereka yang turun ke jalan adalah anak muda yang tidak punya kegiatan apa pun, dan memperkirakan ada beberapa ratus orang yang ikut serta.

    Beberapa orang menyatakan kemarahan terhadap Hamas dan menyerukan diakhirinya kekuasaan Hamas di Gaza, tetapi motivasi utamanya adalah untuk memprotes tentara Israel di dekatnya, kata penduduk setempat.

    “Pasukan Israel memerintahkan evakuasi baru di lingkungan saya, tetapi saya tidak punya tempat untuk dituju. Saya datang untuk berdemonstrasi untuk mengekspresikan kemarahan dan ketidakberdayaan saya,” kata warga Gaza, Ramiz Almasri kepada Middle East Eye.

    Almasri mengatakan bahwa dua saudara laki-lakinya telah terbunuh dan rumahnya hancur akibat serangan udara Israel selama perang, dan ia menghadapi kelaparan selama setahun.

    Ia mengatakan ia mendukung pembebasan tawanan Israel yang tersisa dan penarikan Hamas dari pemerintahan di Gaza jika hal itu akan membantu mengakhiri perang.

    “Kita semua tahu bahwa Israel tidak membutuhkan alasan untuk membunuh kita, tetapi jika Hamas berhenti berkuasa, mereka tidak akan punya alasan di hadapan dunia.”

    “Gaza sekarang seperti neraka, dan kami tidak sanggup menanggung lebih banyak penderitaan,” ungkapnya.

    (*)

  • Teheran Gerah, Menteri Luar Negeri Iran: Disintegrasi Suriah Hanya Akan Menguntungkan Israel – Halaman all

    Teheran Gerah, Menteri Luar Negeri Iran: Disintegrasi Suriah Hanya Akan Menguntungkan Israel – Halaman all

    Teheran Gerah, Menteri Luar Negeri Iran: Disintegrasi Suriah Hanya Akan Menguntungkan Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengomentari situasi keamanan di kawasan, khususnya di Suriah yang dikenal sebagai satu di antara kawasan proksi strategis Teheran.

    Abbas menyatakan, negaranya mengawasi semua gejolak yang terjadi di kawasan Timur Tengah yang dia sebut sebagai kawasan strategis negaranya.

    Khusus untuk Suriah, Abbas menekankan kalau konflik dan perpecahan di negara tersebut hanya akan menguntungkan Israel.

    Teheran rupanya gerah akan manuver Israel di negara tersebut yang dia siratkan akan berujung pada ancaman keamanan Iran.

    “Seluruh Timur Tengah adalah wilayah strategis kami, dan setiap negara di dalamnya memiliki arti penting. Terkait dengan peristiwa terkini di Suriah, perhatian utama kami adalah stabilitas negara Suriah, pelestarian persatuannya, dan integritas teritorialnya. Ini sangat penting, tidak hanya bagi kami tetapi juga bagi seluruh Timur Tengah,” kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, dikutip dari Sputnik, Jumat (28/3/2025).
     
    “Disintegrasi Suriah menimbulkan bahaya besar… Saya yakin bahwa disintegrasi Suriah hanya akan menguntungkan Israel dan rezimnya,” imbuhnya.

    Pada akhir November 2024, pasukan oposisi dipimpin gerakan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan besar-besaran merebut Damaskus dan memaksa Presiden Bashar al-Assad melarikan diri.
     
    Pada hari yang sama, pasukan Israel menguasai sisi Suriah Gunung Hermon di Dataran Tinggi Golan.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan perjanjian pemisahan tahun 1974 batal setelah pasukan Suriah mundur, dan Israel mulai melakukan serangan udara terhadap lokasi militer Suriah.

    Ia juga bersikeras mempertahankan kendali atas Suriah selatan dan menuntut demiliterisasi penuh di wilayah tersebut.

    Suar yang dinyalakan tentara Israel jaruh di area Har Dov di Gunung Hermon, 13 November 2023. (Jalaa MAREY / AFP)

    Israel Bombardir Pangkalan Militer Suriah

    Komentar Menteri Luar Negeri Iran ini terjadi saat Israel mengintensifkan serangannya ke wilayah Suriah dalam apa yang mereka sebut sebagai upaya membentuk zona keamanan di perbatasan.

    Selain menduduki sejumlah wilayah perbatasan di sisi Suriah, Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengklaim serangan terhadap sasaran militer di pangkalan Suriah Tadmor dan T4 pada 25 Maret 2025 kemarin.

    “IDF menyerang kemampuan militer yang tersisa di pangkalan militer Suriah di Tadmur dan T4,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

    Serangan IDF tersebut menyasar pangkalan di Palmyra dan sebuah pangkalan lain militer yang terletak 50 kilometer di sebelah barat kota Tadmur tersebut.

    Ditambahkannya: “IDF akan terus bertindak untuk menyingkirkan segala ancaman yang ditujukan kepada warga Negara Israel.”

    Serangan IDF serupa yang menargetkan kemampuan strategis militer Suriah juga terjadi pada Jumat malam.

    Pangkalan Udara Tiyas (T-4)

    Terletak di Kegubernuran Homs, barat laut Tiyas dan barat Palmyra, merupakan pangkalan udara terbesar Suriah.
    Pangkalan ini telah digunakan oleh Angkatan Udara Arab Suriah dan Pasukan Quds Iran untuk operasi.

    Pangkalan Tadmur

    Lokasi Bandara Militer Palmyra.
    Pangkalan udara ini telah menjadi titik fokus dalam konflik Suriah karena lokasinya dan baru-baru ini menjadi sasaran serangan udara Israel.

    Setelah pergantian kekuasaan di Damaskus pada awal Desember tahun lalu, tentara Israel mulai menyerang target militer bekas tentara Suriah.

    Depot senjata, lapangan udara militer, dan sistem pertahanan udara yang terletak di berbagai provinsi Suriah menjadi sasaran serangan besar-besaran IDF.

     

     

    (oln/sptnk/*)

  • Ratusan Tentara Israel Frustrasi Perang Makin Tak Jelas, 17.000 Anggota Daftar Psikolog

    Ratusan Tentara Israel Frustrasi Perang Makin Tak Jelas, 17.000 Anggota Daftar Psikolog

    PIKIRAN RAKYAT – Ratusan perwira dan prajurit Israel Penjajah merasa frustrasi atas bergejolaknya kembali peperangan di jalur Gaza, tanpa adanya kejelasan alasan.

    Mereka menyampaikan hal itu dalam surat yang dikirimkan kepada Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir, pada Kamis, 27 Maret 2025.

    Di dalam surat tersebut, ratusan perwira dan prajurit cadangan Israel mengatakan, “pasukan telah kembali bergejolak di Jalur Gaza, tanpa tujuan yang jelas.”

    Untuk itu, mereka mendesak Zamir agar gegas menentukan tujuan dimulainya kembali perang di Gaza, dan menetapkan tenggat waktu yang jelas untuk mencapai tujuan misi kali ini.

    Otoritas Penyiaran Publik Israel, KAN melaporkan, mereka menilai surat itu sebagai surat yang tidak biasa. Belum jelas apa maksud tak biasa, namun hingga saat ini tak ada balasan atau pembaharuan informasi mengenai ini.

    170.000 Prajurit Daftar Psikolog

    Media Israel, Yedioth Ahronoth sebelumnya melaporkan bahwa pada tanggal 19 Februari lalu, hampir 170.000 prajurit, termasuk ribuan prajurit cadangan yang kembali dari pertempuran, telah terdaftar untuk program perawatan psikologis yang diluncurkan oleh Kementerian Pertahanan.

    Tentara Israel melancarkan operasi udara mendadak di Jalur Gaza pada tanggal 18 Maret, menewaskan 855 orang, melukai hampir 1.900 lainnya.

    Secara otomatis, Israel telah menghancurkan gencatan senjata serta perjanjian pertukaran tahanan dengan kelompok Palestina Hamas yang berlaku pada bulan Januari.

    Lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 113.900 orang terluka dalam serangan militer brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023.

    Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah tersebut. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Protes Besar-Besaran Guncang Israel, Laut Manusia ‘Goyang’ Netanyahu

    Protes Besar-Besaran Guncang Israel, Laut Manusia ‘Goyang’ Netanyahu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Protes besar-besaran mengguncang Israel, Kamis malam waktu setempat. Ribuan orang memenuhi jalan-jalan setelah parlemen Israel mengesahkan undang-undang yang memperluas kekuasaan politisi atas pengangkatan hakim yang didorong oleh pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Persetujuan ini datang ketika koalisi Netanyahu, yang berhaluan ekstrem kanan, mengumumkan pemberhentian Jaksa Agung dan Kepala Badan Keamanan Internal. Para pengunjung rasa menyebut undang-undang itu “bencana” dan “paku di peti mati demokrasi Israel”.

    “Pemerintah ingin kita melupakan para sandera (di Gaza), ingin memecat kepala Shin Bet … tetapi mereka tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya jika kita bersatu seperti tembok,” kata pensiunan mayor jenderal Noam Tibon dalam pidatonya di sebuah protes di Tel Aviv, dikutip AFP, Jumat (28/3/2025).

    UU itu sendiri telah disetujui di parlemen Israel, Knesste, dengan 67 suara mendukung dan satu menentang. Sementara pihak oposisi memboikot pemungutan suara dini hari.

    “Alih-alih memfokuskan semua upaya pada pemulangan mereka (sandera Israel di Gaza) dan penyembuhan perpecahan di dalam masyarakat, pemerintah ini kembali ke undang-undang yang sama persis yang memecah belah masyarakat sebelum 7 Oktober,” kata Yair Lapid, pemimpin partai Yesh Atid yang berhaluan kanan-tengah, oposisi Netanyahu.

    “Mereka ingin mengambil alih kekuasaan yang sebenarnya. Netanyahu berpikir bahwa mahkamah agung menghalanginya menjalankan negara dengan caranya sendiri,” kata seorang pakar hukum publik di Universitas Ibrani Yerusalem, Claude Klein.

    Reformasi peradilan Israel memicu salah satu gerakan protes terbesar dalam sejarah Israel pada tahun 2023 dan mengancam melengserkan Netanyahu. Tapi perang di Gaza membuat isu ini tak tergubris.

    Netanyahu selalu mengeskalasi peperangan jika pembahasan UU dilakukan. UU ini diyakini terkait dengan persidangan korupsi Netanyahu yang sedang berlangsung saat ini, yang berpotensi menjauhkannya dari hukuman.

    “Mungkin Anda bisa berhenti menghalangi kinerja pemerintah di tengah perang. Mungkin Anda bisa berhenti mengobarkan hasutan, kebencian, dan anarki di jalanan,” klaim Netanyahu kepada pengkritiknya.

    (sef/sef)