Tag: Benjamin Netanyahu

  • Duh! Israel ‘Kesetanan’ Lagi, Serbu Ibu Kota Negara ini ketika Lebaran

    Duh! Israel ‘Kesetanan’ Lagi, Serbu Ibu Kota Negara ini ketika Lebaran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel melancarkan serangan ke Ibu Kota Lebanon, Beirut, Selasa (1/4/2025), dalam upaya mereka melawan milisi Syiah, Hizbullah. Serangan tersebut dilakukan saat umat Islam di kota tersebut merayakan Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriyah.

    Serangan itu terjadi tanpa peringatan sekitar pukul 3.30 pagi. Itu terjadi setelah Israel menyerang pinggiran selatan Beirut, benteng dukungan Hizbullah, Jumat lalu setelah mengeluarkan peringatan evakuasi. Serangan ini menewaskan 3 orang.

    “Serangan itu menargetkan seorang teroris Hizbullah yang baru-baru ini mengarahkan operasi Hamas dan membantu mereka dalam merencanakan serangan teror yang signifikan dan segera terhadap warga sipil Israel,” ujar Militer Israel bersama dengan badan keamanan domestik Shin Bet.

    Seorang fotografer AFP di lokasi kejadian mengatakan dua lantai teratas gedung bertingkat itu hancur dan puing-puing menutupi jalan. Warga yang panik keluar dari rumah mereka saat petugas penyelamat membantu yang terluka.

    Presiden Lebanon Joseph Aoun mengutuk serangan itu dan meminta sekutu internasional negaranya untuk mendukung “hak kami atas kedaulatan penuh”.

    Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam, mengatakan serangan itu merupakan “pelanggaran yang jelas” terhadap kesepakatan gencatan senjata yang sebagian besar mengakhiri lebih dari setahun permusuhan antara Israel dan Hizbullah.

    Israel terus melakukan serangan di Lebanon selatan dan timur dalam beberapa bulan sejak gencatan senjata 27 November. Tel Aviv mengklaim mereka menyerang apa yang mereka katakan sebagai target militer Hizbullah yang melanggar perjanjian gencatan senjata.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memperingatkan bahwa militer negara itu akan “menyerang di mana pun di Lebanon terhadap ancaman apa pun” sebagai tanggapan atas tembakan roket tersebut.

    Gencatan Senjata
    Hizbullah mulai menembakkan roket ke Israel pada 8 Oktober 2023. Ini dilakukan untuk mendukung sekutunya Hamas setelah serangan kelompok Palestina yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel selatan yang memicu perang di Gaza.

    Pada bulan September tahun lalu, Israel secara dramatis meningkatkan kampanyenya melawan Hizbullah, dengan membom benteng kelompok tersebut di Lebanon selatan dan timur serta pinggiran selatan Beirut, dan kemudian mengirim pasukan darat. Serangan ini bahkan menewaskan pimpinan tertinggi Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah.

    Namun aksi serangan ini akhirnya diakhiri via gencatan senjata. Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, Israel akan menyelesaikan penarikannya dari Lebanon pada tanggal 18 Februari setelah melewati batas waktu Januari, tetapi telah menempatkan pasukan di lima tempat yang dianggapnya “strategis”.

    Perjanjian tersebut juga mengharuskan Hizbullah untuk menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, sekitar 30 km dari perbatasan Israel, dan membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan.

    (tps/miq)

  • Siapa Saja yang Bisa, Ambil Tindakan!

    Siapa Saja yang Bisa, Ambil Tindakan!

    PIKIRAN RAKYAT – Pejabat senior Hamas meminta para pendukungnya di seluruh dunia agar mengangkat senjata dan melawan rencana Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump untuk merelokasi lebih dari dua juta warga Gaza ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania.

    Benjamin Netanyahu sebelumnya mengumumkan langkah Israel yang sedang mengupayakan rencana yang diusulkan oleh Trump memindahkan warga Gaza ke negara lain.

    “Menghadapi rencana jahat ini, yang menggabungkan pembantaian dengan kelaparan, siapa pun yang dapat memanggul senjata, di mana pun di dunia, harus mengambil tindakan,” kata Sami Abu Zuhri dalam sebuah pernyataan, Senin, 31 Maret 2025.

    “Jangan menahan diri (untuk menggunakan) bahan peledak, peluru, pisau, atau batu. Biarkan semua orang berhenti berdiam diri,” katanya lagi.

    Seruan Abu Zuhri datang sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menawarkan untuk membiarkan para pemimpin Hamas meninggalkan Gaza, namun menuntut agar kelompok militan Palestina itu melucuti senjata mereka pada tahap akhir kesepakatan.

    Hamas telah menyatakan kesediaannya untuk menyerahkan pemerintahan Gaza, tetapi telah memperingatkan bahwa senjatanya adalah “batas akhir” kesabaran mereka.

    ‘Keberangkatan sukarela’

    Negara-negara Arab sejak itu telah mengajukan rencana alternatif untuk membangun kembali Jalur Gaza tanpa merelokasi penduduknya, yang akan dilakukan di bawah pemerintahan mendatang Otoritas Palestina dengan pusatnya di Ramallah.

    Bagi warga Palestina, setiap upaya untuk memaksa mereka keluar dari Gaza akan membangkitkan kenangan kelam tragedi “Nakba”, atau bencana pemindahan massal warga Palestina selama pembentukan Israel pada tahun 1948 silam.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada bulan Februari 2025 mengatakan, sebuah badan khusus akan dibentuk untuk mengurusi ‘keberangkatan sukarela’ warga Gaza.

    “Rencana awal mencakup bantuan ekstensif yang akan memungkinkan setiap penduduk Gaza yang ingin beremigrasi secara sukarela ke negara ketiga, agar menerima paket komprehensif, meliputi pengaturan keberangkatan khusus via jalur laut, udara, dan darat,” demikian pernyataan kementerian pertahanan Israel.

    Israel melanjutkan pemboman hebat di Gaza pada tanggal 18 Maret dan kemudian melancarkan serangan darat baru, yang mengakhiri gencatan senjata selama hampir dua bulan dalam perang dengan Hamas.

    Sejak pertempuran dimulai kembali, Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan bahwa sedikitnya 1.001 orang telah tewas.

    Kampanye militer Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan sedikitnya 50.357 orang di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Populer Internasional: Rudal Balistik Houthi Yaman Targetkan Israel – IDF Usir Warga Rafah – Halaman all

    Populer Internasional: Rudal Balistik Houthi Yaman Targetkan Israel – IDF Usir Warga Rafah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.

    Houthi melancarkan serangan udara terhadap Israel.

    Kelompok itu juga bentrok dengan Angkatan Laut AS.

    Sementara itu di Rafah, IDF mengusir warga Palestina saat hari raya Idulfitri.

    Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.

    1. Rudal Balistik Houthi Yaman ‘Sikat’ Israel, Pasukan Ansarallah juga Bentrok dengan Angkatan Laut AS

    Gerakan Yaman Ansarallah atau Houthi meluncurkan rudal balistik ke Israel pada Minggu (30/3/2025).

    Houthi juga mengumumkan konfrontasi baru atau bentrok dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut. 

    Sementara pesawat AS meningkatkan serangan udara mereka di Yaman.

    Menurut tentara Israel, sistem pertahanan udaranya mencegat rudal tersebut sebelum memasuki wilayah udara Israel.

    Gambar menangkap peluncuran rudal pencegat yang ditujukan untuk menetralisir rudal Yaman, mengutip Palestine Chronicle, Senin (31/3/2025). 

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Duka Selimuti Gaza, IDF Paksa Warga Angkat Kaki Dari Rafah saat Perayaan Idul Fitri 2025

    Perayaan hari raya Idul Fitri di Gaza berubah menjadi duka usai Militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi besar-besaran yang mencakup sebagian besar Rafah.

    Dalam keterangan resmi yang dikutip NBC News, Militer Israel memerintahkan seluruh penduduk Rafah untuk angkat kaki, mengevakuasi diri mereka jelang operasi besar-besaran yang akan digelar IDF di Gaza.

    “Militer memerintahkan warga Palestina untuk menuju Muwasi, kamp tenda kumuh di sepanjang pantai Gaza,” ujar sumber yang mengetahui laporan tersebut.

    Perintah evakuasi dikeluarkan PM Israel Benjamin Netanyahu selama Idul Fitri, hari raya umat Islam yang biasanya menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan.
     
    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Zelensky Tolak Kesepakatan Tanah Jarang, Trump Beri Peringatan

    Pada Minggu (30/3/2025), Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengeklaim Presiden Ukraina, Volodymyr  Zelensky, berusaha menarik diri dari kesepakatan terkait logam tanah jarang.

    Dikutip dari The Guardian, Trump mengatakan bahwa jika hal itu terjadi, Zelensky akan menghadapi “masalah yang sangat besar.”

    Gedung Putih dikabarkan meminta bagian dari pendapatan sumber daya mineral Ukraina selama bertahun-tahun, ditambah bunga, sebagai imbalan atas bantuan militer.

    Zelensky disebut terbuka terhadap kesepakatan ini, tetapi berhati-hati terhadap ketentuannya.

    Sementara itu, pemerintahan Trump terus mendorong agar perjanjian segera ditandatangani.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Trump Ancam Lakukan Pengeboman, Khamenei: Iran Tidak Akan Diam, Siap Serang Balik

    Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Senin (31/3/2025) memberikan tanggapan keras terhadap ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan mengebom Teheran jika tak setujui kesepakatan nuklir dengan AS.

    Dalam pidato yang disiarkan di televisi sehari setelah ancaman Trump, Khamenei memperingatkan bahwa Iran akan memberikan balasan keras jika AS nekat mengebom Teheran.

    “Permusuhan AS dan Israel selalu ada. Mereka mengancam akan menyerang kita, yang menurut kami tidak mungkin terjadi, tetapi jika mereka melakukan kejahatan, mereka pasti akan menerima balasan yang keras,” kata Khamenei, dikutip dari Iran International.

    Tidak hanya itu, Khamenei juga mengatakan bahwa nantinya seluruh warga Iran akan turun tangan memberikan balasan kepada AS.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • Idul Fitri di Gaza: Kesedihan dan Stok Makanan Menipis – Halaman all

    Idul Fitri di Gaza: Kesedihan dan Stok Makanan Menipis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Warga Palestina di Gaza merayakan Idul Fitri dengan suasana duka dan persediaan makanan yang semakin menipis.

    Momen yang seharusnya menjadi perayaan meriah ini, justru diliputi kesedihan akibat serangan udara terbaru Israel yang mengakibatkan banyak korban, termasuk anak-anak.

    Suasana Duka di Hari Raya

    Pada hari raya ini, banyak warga Gaza yang berdoa di luar masjid untuk menandai berakhirnya bulan puasa Ramadhan.

    “Ini adalah hari raya kesedihan,” ungkap Adel al-Shaer, seorang warga yang menghadiri shalat di tengah reruntuhan bangunan di Deir al-Balah.

    Ia kehilangan 20 anggota keluarganya, termasuk empat keponakan yang tewas dalam serangan Israel.

    Israel mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas awal bulan ini, melanjutkan serangan yang telah berlangsung selama 17 bulan.

    “Kami kehilangan orang-orang yang kami cintai, anak-anak kami, nyawa kami, dan masa depan kami,” tambah al-Shaer dengan suara penuh tangis.

    Krisis Kemanusiaan

    Akibat konflik yang berkepanjangan, Israel tidak mengizinkan makanan, bahan bakar, atau bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza selama sebulan.

    “Terjadi pembunuhan, pengungsian, kelaparan, dan pengepungan,” ujar Saed al-Kourd, seorang jemaah yang merasakan dampak langsung dari situasi ini.

    Saat ini, para mediator Arab sedang berupaya mengembalikan gencatan senjata.

    Hamas mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima usulan baru dari Mesir dan Qatar, sementara Israel mengajukan usulan balasan yang dikoordinasikan dengan Amerika Serikat.

    Serangan Berlanjut

    Serangan militer Israel di Jalur Gaza masih berlangsung, terutama di Khan Younis.

    Dalam serangan 24 jam terakhir, tujuh rumah dihancurkan, mengakibatkan banyak korban. “Serangan ini terjadi saat warga Palestina saling mengunjungi untuk merayakan Idul Fitri,” jelas laporan dari Al Jazeera.

    Tim Pertahanan Sipil melaporkan bahwa sangat berbahaya untuk mengambil jenazah korban di tengah serangan yang terus berlanjut. “Jenazah warga Palestina yang terbunuh di kamp pengungsi Maghazi dipindahkan ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir el-Balah,” tambah mereka.

    Syarat Perdamaian dari Netanyahu

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa operasi militer akan terus berlanjut sambil berunding.

    Ia menolak klaim bahwa Israel tidak ingin mengakhiri perang, namun mengajukan syarat yang jauh melampaui perjanjian gencatan senjata. “Hamas harus melucuti senjatanya, dan pemimpin mereka harus diizinkan keluar,” tegas Netanyahu dalam rapat Kabinet.

    Sementara itu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengusulkan rencana pemukiman kembali bagi penduduk Gaza di negara lain.

    Namun, warga Palestina menolak meninggalkan tanah air mereka, dan para pakar hak asasi manusia memperingatkan bahwa rencana tersebut mungkin melanggar hukum internasional.

    Dengan situasi yang semakin memburuk, harapan untuk perdamaian di Gaza tampak semakin jauh.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Netanyahu Tunjuk Eli Sharvit Jadi Kepala Shin Bet – Halaman all

    Netanyahu Tunjuk Eli Sharvit Jadi Kepala Shin Bet – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan penunjukan Eli Sharvit, mantan komandan angkatan laut Israel, sebagai kepala badan keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet (ISA), pada hari Senin (31/03/2025).

    Keputusan ini diambil meskipun pemecatan kepala badan keamanan yang saat ini menjabat, Ronen Bar, masih dalam proses hukum dan telah dibekukan oleh Mahkamah Agung Israel.

    Netanyahu melakukan wawancara mendalam dengan tujuh kandidat sebelum memutuskan untuk menunjuk Wakil Laksamana Eli Sharvit.

    Dalam pernyataan resmi dari kantornya, Netanyahu menyebutkan bahwa Sharvit memiliki pengalaman militer selama 36 tahun, termasuk lima tahun sebagai komandan angkatan laut.

    Selama menjabat, Sharvit dikenal karena memimpin penguatan pertahanan maritim Israel, termasuk operasi melawan Hamas, Hizbullah, dan Iran.

    Status Pemecatan Ronen Bar

    Keputusan ini muncul setelah Netanyahu berupaya memecat Ronen Bar pada 21 Maret 2025, dengan alasan kurangnya kepercayaan terhadap Bar.

    Upaya pemecatan tersebut memicu reaksi dari berbagai pihak, termasuk oposisi dan organisasi non-pemerintah yang mengajukan petisi ke Mahkamah Agung.

    Mahkamah Agung Israel mengabulkan petisi tersebut dan menangguhkan pemecatan Bar hingga banding dapat diajukan pada 8 April mendatang.

    Jaksa Agung Gali Baharav-Miara menyatakan bahwa Netanyahu tidak boleh mencari pengganti Bar selama masa penangguhan ini.

    “Jika Netanyahu nekat mencari pengganti Bar, justru akan menimbulkan konflik baru,” ungkap Baharav-Miara.

    Tanggapan Ronen Bar

    Ronen Bar, yang seharusnya menyelesaikan masa jabatannya tahun depan, telah diundang untuk menghadiri sidang terkait pemecatannya.

    Namun, Bar memilih untuk tidak hadir dan mengirimkan surat kepada para menteri, mengeklaim bahwa pertemuan tersebut tidak sesuai dengan aturan hukum.

    Ia menuntut agar pemecatannya didasarkan pada alasan yang jelas dan konkret, serta menuduh Netanyahu memiliki motif lain di balik pemecatannya.

    “Rancangan resolusi yang dirumuskan berisi klaim-klaim umum yang tidak memungkinkan saya untuk memberikan tanggapan yang tertib,” kata Bar, seperti dikutip dari The Times of Israel.

    Meskipun Netanyahu telah mengumumkan penunjukan Eli Sharvit sebagai kepala Shin Bet, ketidakpastian mengenai kapan Sharvit akan resmi menjabat masih menyelimuti situasi ini.

    Sementara itu, konflik antara Netanyahu dan Bar terus berlanjut, menciptakan ketegangan dalam struktur keamanan Israel.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Tragedi Idul Fitri 2025: IDF Paksa Warga Gaza Evakuasi – Halaman all

    Tragedi Idul Fitri 2025: IDF Paksa Warga Gaza Evakuasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perayaan hari raya Idul Fitri di Gaza tahun 2025 berubah menjadi sebuah tragedi ketika Militer Israel (IDF) mengeluarkan perintah evakuasi besar-besaran yang mencakup sebagian besar wilayah Rafah.

    Peristiwa ini tidak hanya menciptakan kepanikan di kalangan warga sipil, tetapi juga menyebabkan banyaknya korban jiwa.

    Mengapa Perintah Evakuasi Dikeluarkan?

    Dalam keterangan resmi yang dikutip oleh NBC News, Militer Israel memerintahkan seluruh penduduk Rafah untuk mengevakuasi diri menjelang operasi besar-besaran yang akan dilaksanakan.

    Menurut seorang sumber yang mengetahui laporan tersebut, militer telah menginstruksikan warga Palestina untuk menuju Muwasi, sebuah kamp tenda kumuh di sepanjang pantai Gaza.

    Perintah evakuasi ini dikeluarkan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tepat pada hari raya Idul Fitri, yang biasanya menjadi momen perayaan bagi umat Islam setelah sebulan berpuasa.

    Netanyahu berdalih bahwa langkah ini diambil untuk meminimalisir korban sipil menjelang dimulainya operasi darat di Gaza, mengingat Hamas menolak untuk memenuhi tuntutan agar melucuti senjatanya.

    Berapa Banyak Warga Palestina yang Mengungsi?

    Pasca pengumuman evakuasi, banyak warga Palestina berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman.

    Badan kemanusiaan PBB, OCHA, melaporkan bahwa sejak 18 Maret lalu, Israel melancarkan serangkaian serangan di Jalur Gaza yang memaksa sekitar 142.000 warga Palestina mengungsi.

    Keadaan ini memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah sangat menyedihkan di wilayah tersebut.

    Bagaimana Situasi di Lapangan Selama Idul Fitri?

    Tidak hanya evakuasi, serangan militer Israel terus berlangsung, bahkan pada hari raya Idul Fitri.

    Mengutip laporan dari Al Jazeera, setidaknya 35 warga dari kota Rafah dan Khan Younis tewas menjelang shalat Idul Fitri yang berlangsung pada Minggu, 30 Maret 2025.

    Sebagian besar korban tewas adalah wanita dan anak-anak, yang menjadi sasaran serangan bom dan drone militer.

    Adel al-Shaer, salah satu warga Gaza, mengungkapkan rasa dukanya setelah kehilangan 20 orang yang dicintainya pada hari kemenangan tersebut. “Kami kehilangan dua puluh orang yang kami cintai, anak-anak kami, kehidupan kami, dan masa depan kami,” ujarnya sambil menghadiri shalat di tengah reruntuhan di Deir al-Balah.

    Apa Ancaman Selanjutnya dari Israel?

    Di tengah serangan yang meningkat, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam untuk melanjutkan agresi dan menerjunkan pasukan IDF untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza.

    Menurut Katz, jika Hamas terus menolak membebaskan para sandera, IDF akan menginstruksikan untuk merebut wilayah tambahan secara permanen.

    Ancaman ini datang sebagai respons terhadap sikap Hamas yang terus menolak untuk membebaskan 24 dari 59 sandera yang masih hidup.

    Netanyahu menyebut bahwa Hamas telah menolak usulan untuk memperpanjang gencatan senjata, yang membuat ketegangan antara kedua belah pihak semakin meningkat.

    Hamas, di sisi lain, menyatakan bahwa keputusan untuk menunda pembebasan sandera adalah karena Israel gagal mematuhi perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.

    Perayaan Idul Fitri yang seharusnya menjadi momen sukacita bagi umat Islam kini menjadi simbol duka di Gaza.

    Keputusan Militer Israel untuk melakukan evakuasi dan serangan yang terus berlanjut hanya menambah penderitaan bagi warga Palestina.

    Situasi ini menunjukkan bahwa konflik di Gaza masih jauh dari kata damai, dengan ancaman lebih banyak agresi yang mungkin akan terjadi di masa depan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Gaza Berduka: 35 Tewas Saat Idul Fitri Akibat Serangan Israel – Halaman all

    Gaza Berduka: 35 Tewas Saat Idul Fitri Akibat Serangan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hari Raya Idul Fitri yang seharusnya menjadi momen kebahagiaan bagi umat Muslim di seluruh dunia, kali ini diwarnai dengan duka mendalam di Gaza.

    Serangan udara militer Israel yang semakin intensif menjelang perayaan tersebut menyebabkan sedikitnya 35 warga Gaza tewas.

    Menurut laporan dari Aljazeera, korban tewas ini berasal dari kota Rafah dan Khan Younis dan dilaporkan terjadi sebelum sholat Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 30 Maret 2025.

    Siapa Saja Korban dari Serangan Ini?

    Serangan tersebut tidak hanya menewaskan warga sipil biasa, tetapi juga merenggut nyawa 14 petugas tanggap darurat di selatan Kota Rafah.

    Tragisnya, jenazah mereka ditemukan seminggu setelah serangan.

    Dari laporan, mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak yang terjebak dalam serangan bom dan drone militer Israel.

    Saksi mata mengungkapkan bahwa serangan udara dilancarkan Israel secara besar-besaran pada dini hari menjelang perayaan.

    Mengapa Serangan Terus Berlanjut?

    Walaupun tindakan Israel banyak menuai kecaman dari berbagai pihak, pemerintah Israel tampaknya tidak berencana untuk menghentikan serangan.

    Mereka beralasan bahwa serangan ini adalah bagian dari upaya untuk menekan Hamas, kelompok yang masih memegang 24 dari 59 sandera yang ada.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menjelaskan dalam rapat kabinet bahwa Hamas perlu melucuti senjata, dan pemimpin mereka akan diizinkan untuk keluar demi keamanan umum di Jalur Gaza.

    Bagaimana Warga Gaza Menyikapi Keadaan Ini?

    Meskipun situasi sangat memprihatinkan, ratusan ribu warga Palestina tetap melaksanakan shalat Idul Fitri di atas reruntuhan masjid yang hancur akibat perang.

    Di tengah reruntuhan di Deir al-Balah, Adel tetap mengikuti shalat Idul Fitri, menandakan ketahanan dan semangat warga Palestina meskipun berada dalam kondisi yang sangat sulit.

    Video yang beredar menunjukkan anak-anak tetap berbahagia merayakan Idul Fitri, meskipun mereka hidup dalam kondisi yang keras akibat perang yang terus berlangsung.

    Hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai kapan serangan Israel akan berakhir.

    Namun, militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah memperluas serangan darat di bagian selatan Jalur Gaza.

    Sebelumnya, pada tanggal 19 Maret, Israel juga mengumumkan dimulainya operasi darat terbatas untuk memperluas zona penyangga antara bagian utara dan selatan Gaza.

    Situasi di Gaza menjadi semakin tragis setelah serangan udara besar-besaran pada 18 Maret yang mengakibatkan lebih dari 920 korban jiwa dan melukai lebih dari 2000 orang.

    Insiden ini juga mengakhiri kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang telah berlangsung sejak Januari.

    Ke depan, pertanyaan yang menggantung adalah kapan konflik ini akan mereda dan bagaimana nasib warga sipil yang terjebak di tengah kekerasan ini.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Netanyahu sebut Israel siap berunding, jika Hamas letakkan senjata

    Netanyahu sebut Israel siap berunding, jika Hamas letakkan senjata

    ANTARA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan pada Minggu (30/3), bahwa Israel siap untuk berunding guna mengakhiri konflik di Gaza, tetapi hanya jika Hamas menyerahkan senjatanya dan melepaskan kendali atas daerah kantong yang terkepung itu. Netanyahu mengatakan para pemimpin Hamas akan diizinkan untuk pergi, dan Israel akan memastikan keamanan umum di Jalur Gaza. (XINHUA/Gracia Simanjuntak/Yovita Amalia/I Gusti Agung Ayu N)

  • Hamas Mendesak Israel Tindaklanjuti Proposal Gencatan Senjata – Halaman all

    Hamas Mendesak Israel Tindaklanjuti Proposal Gencatan Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin militan sayap kanan Hamas, Khalil Al-Hayya, menyatakan persetujuannya terhadap proposal gencatan senjata terbaru yang diusulkan oleh mediator Arab dan Mesir.

    Dalam pernyataannya, Al-Hayya mendesak Israel untuk mendukung usulan tersebut.

    Ia menegaskan bahwa Hamas telah sepenuhnya mematuhi ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata yang sebelumnya dan berharap Israel tidak menghalangi usulan ini.

    “Dua hari yang lalu kami menerima proposal dari saudara-saudara mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya secara positif dan menyetujuinya,” ujar Al-Hayya dalam pidato yang dikutip dari CNN International.

    Ia juga berharap agar pendudukan Israel tidak menjadi penghalang bagi tercapainya kesepakatan ini.

    Berapa Lama Gencatan Senjata Akan Berlaku?

    Seorang pejabat Mesir mengkonfirmasi bahwa Hamas telah setuju untuk melaksanakan gencatan senjata selama 50 hari yang akan dimulai saat perayaan Idul Fitri.

    Selama masa gencatan senjata, Hamas akan membebaskan lima sandera yang masih hidup, termasuk seorang warga Amerika-Israel, sebagai imbalan atas izin Israel untuk memasukkan bantuan ke wilayah Gaza dan jeda pertempuran selama seminggu.

    Untuk mempercepat tercapainya usulan gencatan senjata, Hamas bersama dengan faksi-faksi lain telah menyerahkan daftar para profesional dan ahli independen kepada Mesir.

    Langkah ini diharapkan dapat membantu membentuk komite yang akan mengelola daerah kantong tersebut sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.

    Mengapa Israel Menolak Proposal Gencatan Senjata?

    Meskipun Hamas sepakat dengan usulan gencatan senjata, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan menolak proposal yang diajukan oleh mediator.

    Kantor Perdana Menteri Netanyahu tidak memberikan rincian spesifik mengenai tawaran balasan Israel, namun menyatakan bahwa tawaran tersebut telah mendapat persetujuan dari pemerintah AS.

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan usulan yang diterima dari para mediator. Beberapa jam yang lalu, Israel menyampaikan kepada para mediator sebuah usulan balasan dengan koordinasi penuh dengan AS,” ungkap kantor Netanyahu.

    Apa yang Terjadi Setelah Gencatan Senjata Berakhir?

    Gencatan senjata antara Israel dan Hamas diketahui berakhir pada 18 Maret setelah Israel melakukan serangan besar-besaran.

    Serangan ini mengakibatkan ratusan orang tewas dalam waktu singkat.

    Gedung Putih menyalahkan Hamas atas terjadinya pertempuran yang kembali pecah, mengeklaim bahwa Hamas menolak untuk memperpanjang gencatan senjata dan tidak bersedia membebaskan 24 dari 59 sandera yang masih hidup.

    Karena alasan ini, Israel menolak kesepakatan gencatan senjata dan mengancam akan melanjutkan agresi untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza.

    Terbaru, menjelang Idul Fitri 2025, militer Israel mengumumkan telah memperluas serangan darat di Jalur Gaza bagian selatan, dengan menargetkan beberapa lokasi di area tersebut.

    Bagaimana Situasi di Gaza Saat Ini?

    Sepanjang akhir pekan, pasukan Israel mengeklaim telah melancarkan serangan terhadap puluhan target di wilayah tersebut.

    Pada 19 Maret, Israel mengumumkan dimulainya operasi darat terbatas untuk memperluas zona penyangga antara bagian utara dan selatan Gaza.

    Serangan udara besar-besaran yang dilakukan pada 18 Maret menyebabkan lebih dari 920 korban jiwa dan melukai lebih dari 2.000 orang, serta mengakhiri kesepakatan gencatan senjata yang telah berjalan sejak Januari.

    Dengan latar belakang ini, situasi di Gaza semakin memanas, dan ketidakpastian mengenai masa depan gencatan senjata tetap menjadi topik hangat di kalangan masyarakat internasional.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Hamas Sepakati Proposal dari Mesir dan Qatar si Mediator, Apa Sikap Israel?

    Hamas Sepakati Proposal dari Mesir dan Qatar si Mediator, Apa Sikap Israel?

    PIKIRAN RAKYAT – Hamas menyepakati proposal gencatan senjata terbaru  Gaza dari mediator, Mesir dan Qatar. Menurut pemimpin kelompok Palestina itu, proposal sampai ke tangan mereka dua hari lalu.

    Informasi ini dikonfirmasi Khalil al-Hayya dalam pidato yang disiarkan televisi, Sabtu, 29 Maret 2025.

    “Deux hari yang lalu, kami menerima proposal dari mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya dengan positif dan menerima proposal tersebut,” katanya, dikutip dari Reuters, Minggu, 30 Maret 2025.

    “Kami berharap pendudukan (Israel) tidak akan merusaknya,” ujar Hayya melanjutkan.

    Hayya merupakan pemimpin tim negosiasi Hamas dalam perundingan tidak langsung tersebut. Adapun tujuan pembahasan ialah mencapai gencatan senjata dalam genosida Israel atas Gaza, yang dimulai pada Oktober 2023.

    Israel Akhirnya Setuju?

    Sumber-sumber keamanan mengatakan kepada Reuters, Kamis, 27 Maret 2025, Mesir telah menerima indikasi positif dari Israel Penjajah mengenai proposal gencatan senjata baru yang akan mencakup fase transisi.

    Proposal tersebut menyarankan agar setiap minggu, Hamas melepaskan lima dari sandera Israel yang ditahan.

    Kantor Perdana Menteri Israel mengungkap, mereka telah mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan proposal yang diterima dari mediator. Hasilnya, Israel telah menyampaikan proposal balasan kepada mediator dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat (AS).

    Reuters sudah bertanya kepada kantor perdana menteri Benjamin Netanyahu mengenai kesepakatan Israel atas proposal gencatan senjata kali in, tetapi hingga kini belum ada respons apa pun.

    Gencatan Senjata Berfase

    Fase pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 19 Januari 2025, setelah 15 bulan perang dan melibatkan penghentian pertempuran, pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan Hamas, dan pembebasan beberapa tahanan Palestina.

    Fase kedua dari kesepakatan tiga fase ini dimaksudkan untuk fokus pada kesepakatan mengenai pembebasan sandera yang tersisa dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

    Hamas mengatakan bahwa proposal apa pun harus memungkinkan dimulainya fase kedua, sementara Israel menawarkan untuk memperluas fase pertama yang berlangsung selama 42 hari.

    Israel juga menyerukan pada Hamas untuk menyerahkan senjatanya pada Israel dan AS. Hayya menegaskan, persenjataan kelompok Hamas adalah hal mutlak yang tidak akan mereka serahkan selama “pendudukan Israel” ada.

    Selain penyerahan senjata, Israel dan AS melarang Hamas untuk memiliki peran dalam pengaturan Gaza pasca-perang.

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News