Tag: Benjamin Netanyahu

  • Israel Kirim Lebih Banyak Pasukan Darat ke Palestina dan Intensifkan Operasi, 17 Orang di Gaza Tewas – Halaman all

    Israel Kirim Lebih Banyak Pasukan Darat ke Palestina dan Intensifkan Operasi, 17 Orang di Gaza Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel mengirim lebih banyak pasukan darat ke wilayah Palestina untuk meningkatkan serangannya terhadap Hamas, Jumat (4/4/2025).

    Setidaknya 17 orang, beberapa dari keluarga yang sama, tewas setelah serangan udara menghantam kota Khan Younis di Gaza selatan, menurut staf rumah sakit.

    Beberapa jam kemudian, orang-orang masih mencari korban selamat di antara reruntuhan.

    Serangan itu menyusul serangan Israel selama beberapa hari, yang telah menewaskan 100 orang.

    Adapun serangan ini terjadi saat Israel mengintensifkan operasi, yang dimaksudkan untuk menekan Hamas agar membebaskan para sanderanya.

    Pada hari Jumat, Israel mengatakan telah memulai aktivitas darat di Gaza utara, untuk memperluas zona keamanannya.

    Militer Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi menyeluruh untuk beberapa wilayah di Gaza utara sebelum operasi darat yang diharapkan.

    Kantor kemanusiaan PBB mengatakan sekitar 280.000 warga Palestina telah mengungsi sejak Israel mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas bulan lalu.

    Dalam beberapa hari terakhir, Israel berjanji untuk merebut sebagian besar wilayah Palestina dan membangun koridor keamanan baru di wilayah tersebut.

    Untuk menekan Hamas, Israel telah memberlakukan blokade selama sebulan terhadap makanan, bahan bakar, dan bantuan kemanusiaan yang menyebabkan warga sipil menghadapi kekurangan parah karena persediaan menipis — sebuah taktik yang menurut kelompok hak asasi manusia merupakan kejahatan perang.

    Israel mengatakan awal minggu ini, cukup banyak makanan telah masuk ke Gaza selama gencatan senjata selama enam minggu, untuk memenuhi kebutuhan sekitar 2 juta warga Palestina di wilayah itu untuk waktu yang lama.

    Namun, Hamas mengatakan hanya akan membebaskan 59 sandera yang tersisa — 24 di antaranya diyakini masih hidup — sebagai imbalan atas pembebasan lebih banyak tahanan Palestina, gencatan senjata yang langgeng, dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

    Hamas telah menolak tuntutan agar mereka meletakkan senjata atau meninggalkan wilayah tersebut.

    Serangan yang terjadi sebelum fajar pada hari Jumat menghantam sebuah gedung bertingkat tiga.

    Selain menewaskan banyak orang, serangan itu juga melukai 16 orang dari keluarga yang sama.

    Reporter Associated Press melihat jenazah-jenazah dibawa dengan selimut, sementara yang lain mencari orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan dan mengumpulkan sisa-sisa jasad yang hangus.

    “Kami tidak tahu bagaimana cara mengumpulkan dan mengubur mereka. Kami tidak tahu siapa saja yang menyimpan jasad mereka. Mereka dibakar dan dipotong-potong,” kata Ismail Al-Aqqad, yang saudara laki-lakinya tewas dalam serangan itu, begitu pula keluarga saudara laki-lakinya.

    Israel Perluas Zona Keamanan

    Militer Israel mengumumkan telah meluncurkan serangan darat baru di sebelah timur Kota Gaza, Jumat.

    Serangan itu untuk memperluas zona keamanan yang telah dibangunnya di dalam wilayah Palestina.

    “Selama beberapa jam terakhir pasukan telah mulai melakukan aktivitas darat di daerah Shejaiya di Gaza utara, untuk memperluas zona keamanan,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, Jumat, dilansir Arab News.

    “Selama dan sebelum aktivitas tersebut, pasukan mengizinkan evakuasi warga sipil dari zona pertempuran melalui rute yang terorganisir demi keselamatan mereka,” lanjut militer Israel.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan tentara membagi Gaza dan “merebut wilayah” untuk memaksa Hamas membebaskan sisa sandera Israel yang ditawan dalam serangan kelompok militan itu pada Oktober 2023 di Israel yang memicu perang Gaza.

    Pada Rabu (2/4/2025), Netanyahu mengatakan Israel sedang membangun koridor keamanan baru di Jalur Gaza untuk menekan Hamas, dengan maksud agar Hamas mengisolasi kota Rafah di selatan, yang telah diperintahkan Israel untuk dievakuasi, dari wilayah Palestina lainnya.

    Pengumuman itu muncul setelah menteri pertahanan Netanyahu mengatakan Israel akan merebut sebagian besar wilayah Gaza dan menambahkannya ke dalam apa yang disebut zona keamanannya.

    SITUASI GAZA – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Kamis (20/3/2025) yang menunjukkan kondisi Gaza setelah Israel lancarkan serangan udara selama 2 hari sejak Selasa (18/3/2025) banyak warga yang dipaksa mengungsi. Israel membuat pernyataan pada hari Rabu (19/3/2025) bahwa pihaknya telah meluncurkan ‘operasi darat terbatas’ di Gaza tengah. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)

    Israel Klaim Tewaskan Komandan Hamas

    Israel mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah menewaskan seorang komandan tinggi Hamas dalam sebuah serangan di kota pesisir Sidon, Lebanon.

    Israel mengatakan bahwa Hassan Farhat adalah seorang komandan wilayah barat Hamas di Lebanon dan bahwa ia bertanggung jawab atas sejumlah serangan terhadap Israel, termasuk satu serangan pada bulan Februari 2024, yang menewaskan seorang tentara Israel dan melukai beberapa lainnya.

    Perang ini dimulai ketika militan yang dipimpin Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 251 orang, yang sebagian besar telah dibebaskan melalui perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan lainnya.

    Israel menyelamatkan delapan sandera yang masih hidup dan telah menemukan puluhan jenazah.

    Lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas di Gaza sebagai bagian dari serangan Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak menyebutkan apakah mereka yang tewas adalah warga sipil atau kombatan.

    Kementerian tersebut mengatakan lebih dari separuh dari mereka yang tewas adalah wanita dan anak-anak.

    Israel mengatakan telah menewaskan sekitar 20.000 militan, tanpa memberikan bukti.

    Perang ini telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, dan pada puncaknya telah menyebabkan sekitar 90 persen penduduk mengungsi.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Ancaman Perang Saudara di Israel Bukan Isapan Jempol, Mayoritas Warga Israel Meyakininya – Halaman all

    Ancaman Perang Saudara di Israel Bukan Isapan Jempol, Mayoritas Warga Israel Meyakininya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Baru-baru ini jajak pendapat menunjukkan sebagian besar warga Israel meyakini bahwa negara mereka berisiko dilanda perang saudara.

    Jajak pendapat itu dilakukan oleh Institut Kebijakan Masyarakat Yahudi (JPPI) dan hasilnya diterbitkan hari Kamis, (3/4/2025).

    Sebelumnya, mantan Ketua Mahkamah Agung Israel Aharon Barak pernah memperingatkan bahwa Israel “hanya selangkah” dari perang saudara karena perpecahan internal.

    Dikutip dari The Jerusalem Post, JPPI lalu menggelar jajak pendapat untuk mengetahui pendapat warga Israel mengenai ancaman perang saudara.

    Hasil jajak pendapat menunjukkan ada 27 persen responden yang sepakat dengan pernyataan Barak. Sebanyak 33 persen responden meyakini ucapan Barak berlebihan, tetapi mengakui memang ada ancaman nyata terjadinya perang saudara. 

    Sementara itu, sebanyak 16 persen responden meyakini tidak ada ancaman nyata perang saudara.

    Menurut jajak pendapat tersebut, sebagian besar responden dari semua ideologi politik, kecuali kanan, percaya bahwa ada bahaya nyata perang saudara.

    Jajak pendapat lain yang dilakukan oleh Maariv tahun 2023 menyebutkan ada 58 persen warga Israel yang mengkhawatirkan terjadinya perang saudara di tengah krisis reformasi yudisial.

    PERDANA MENTERI ISRAEL – Tangkapan layar ini diambil pada Rabu (12/2/2025) dari Instagram Netanyahu, memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato dan mengancam akan mengakhiri perjanjian gencatan senjata dengan Hamas jika Hamas tidak membebaskan sandera Israel pada Sabtu (15/2/2025). (Instagram/b.netanyahu)

    Perpecahan akibat pencopotan Kepala Shin Bet

    JPPI juga menyurvei sikap warga Israel mengenai upaya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memecat Kepala Shin Bet (Dinas Keamanan Israel) Ronen Bar dan upaya pengadilan tinggi untuk ikut campur dalam persoalan itu.

    Sebanyak 51 persen responden menentang campur tangan pengadilan, lalu 40 persen meyakini pengadilan tak punya kewenangan untuk mengintervensi. 

    Dalam pada itu, ada 11 persen responden yang meyakini pengadilan punya kewenangan, tetapi pencopotan Bar bisa dibenarkan.

    Terdapat 38 persen responden yang meyakini pengadilan harus membatalkan pencopotan Bar.

    Di antara responden sayap kanan, 76 persen meyakini pengadilan kekurangan otortias. Sebanyak 47 persen responden dari sayap tengah meyakininya pula.

    Adapun sebagian besar responden dari sayap kiri meyakini pengadilan harus membatalkan pencopotan Bar.

    Suasana rapat kabinet Israel untuk membahas gencatan senjata dengan Hamas, Jumat malam, (17/1/2025). (Tangkapan Layar Video Kanal Youtube CBS News)

    Politikus sayap kiri: Israel di ambang perang saudara 

    Ancaman terjadinya perang saudara juga disampaikan oleh Ofer Cassif, seorang anggota Knesset (parlemen Israel) dari sayap kiri.

    Cassif menyebut pemerintahan Netanyahu menjadi “kediktatoran fasis sepenuhnya” dan mendorong Israel ke perang saudara.

    “Saya pikir kami berada di ambang perang saudara,” kata Cassif kepada Anadolu Agency.

    “Saya tidak terkejut apabila dalam waktu dekat, dalam waktu beberapa hari, minggu, atau maksimum beberapa bulan, kami akan melihat orang-orang menembak satu sama lain di jalanan.”

    Dalam beberapa hari terakhir ada ribuan warga Israel yang turun ke jalan untuk berunjuk rasa memprotes pemerintahan Netanyahu.

    Para pengunjuk rasa mengecam aksi Netanyahu menghalangi gencatan senjata dan pembebabasan para sandera serta tindakan perebutan kekuasaan.

    Koalisi Netanyahu juga mengesahkan undang-undang kontroversial yang memberikan pengaruh lebih besar kepada pemerintah mengenai penunjukan yudisial.  

    Cassif meyakini Israel tidak hanya sedang didera kekacauan politik untuk sementarai, tetapi juga beralih ke kediktatoran.

    Seperti Cassif, mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert juga memperingatkan risiko terjadinya perang saudara.

    “Netanyahu siap mengorbankan segalanya demi keberlangsungannya dan kita lebih dekat dengan perang saudara daripada yang disadari oleh orang-orang,” kata Olmert ketika diwawancarai The New York Times beberapa waktu lalu.

    Ancaman perang saudara muncul karena polarisasi di Israel, yakni perbedaan pendapat dua kelompok mengenai perang di Gaza, perang pemerintah, peradilan, anggaran, dan persoalan lainnya.

  • Israel Gunakan Taktik Memecah-mecah Gaza, Netanyahu Sebut IDF ‘Ganti Gigi’ – Halaman all

    Israel Gunakan Taktik Memecah-mecah Gaza, Netanyahu Sebut IDF ‘Ganti Gigi’ – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel kini “memecah-mecah” Jalur Gaza.

    Menurut Netanyahu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membuat koridor baru di Gaza dengan nama Koridor Morag.

    Koridor Morag akan memisahkan Kota Rafah dengan Kota Khan Yunis di Gaza. Morag sendiri berasal dari nama pemukiman Israel yang pernah ada di Gaza, tetapi dipindahkan tahun 2005.

    Netanyahu mengibaratkan manuver militer Israel baru-baru ini di Rafah sebagai “pergantian gigi”.

    “Malam kemarin di Jalur Gaza, kami mengganti gigi. IDF mengontrol wilayah, menyerang dan menghancurkan infrastruktur,” kata Netanyahu sebelum berangkat ke Hungaria.

    “Kita juga melakukan hal lain: Kita menguasai Koridor Morag. Ini akan menjadi Koridor Philadelphia kedua, koridor tambahan.”

    Israel menguasai Koridor Philadelphia saat pertempuran tahun kemarin. Menurut Israel, kontrol atas koridor itu sangat penting untuk memutus aliran senjata Hamas.

    KOTA RAFAH – Pasukan Israel (IDF) tampak berpatroli di antara reruntuhan bangunan di wilayah Rafah, Gaza Selatan. (IDF)

    Setelah mengontrol Philadelphia, Israel mengaku menemukan beberapa terowongan penyelundupan yang membentang dari Rafah ke Mesir di bawah koridor itu.

    Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata Januari lalu, Israel diharuskan meninggalkan Philadelphia pada hari ke-50. Namun, Israel tidak menarik pasukannya dari sana dan bahkan melanjutkan serangan.

    Menurut laporan Maariv, Israel berusaha membagi Gaza menjadi empat bagian agar bisa makin menekan Hamas. Area di antara Philadelphia dan Morag akan menjadi satu bagian.

    “Kami sekarang memecah-mecah Gaza dan meningkatkan tekanan secara bertahap, jadi mereka (Hamas) akan membawakan sandera kepada kita. Selama mereka tidak membawakan sandera kepada kita, tekanan itu akan meningkat hingga mereka membawakannya,” kata Netanyahu.

    Ucapan Netanyahu itu dilontarkan saat IDF memperluas serangannya di seluruh Gaza. IDF juga mengerahkan divisi lain ke Gaza selatan dan melancarkan beberapa serangan udara di sana.

    Saat ini IDF mengoperasikan Divisi Ke-252 di Gaza utara dan Koridor Netzarim. Sementara itu, beberapa brigade, termasuk cadangan, beroperasi di Beit Hanoun, Beit Lahia, dan Koridor Netzarim.

    Menteri Pertahanan Israel Katz pada hari Rabu lalu menyebut operasi militer di Gaza sebagai Operasi Kekuatan dan Pedang. Kata Katz, operasi itu akan mencaplok daerah yang akan digabungkan dengan zona keamanan Israel.

    Di Rafah, IDF mengoperasikan Divisi Ke-36 dan akan berupaya mengontrol penuh Koridor Morag. 

    Pada saat yang sama IDF mengerahkan pasukan ke Beit Hanoun dan Beit Lahi untuk membuat zona penyangga utara sembari mengisolasi Kota Gaza.

    “Kami bertekad mencapai tujuan perang, dan kami bertindak tanpa henti, dengan jalur dan misi yang jelas,” ujar Netanyahu.

    Warga Rafah diminta pergi

    Beberapa waktu lalu Israel sudah meminta warga Rafah untuk mengevakuasi diri.

    Israel mulai melancarkan serangan besar di Rafah pada bulan Mei 2024. Saat ini sebagian besar Rafah telah hancur.

    Meski demikian, ada puluhan ribu warga Palestina yang kembali ke Rafah saat gencatan senjata. Mereka mendapati rumah-rumah mereka telah hancur.

    Saat operasi militer sebelumnya di Rafah, pasukan Israel mengontrol zona penyangga penting di sepanjang perbatasan dengan Mesir. Israel menolak menarik diri dari sana seperti yang ditetapkan dalam perjanjian gencatan.

    Israel mengklaim pasukannya harus tetap di sana agar bisa mencegah senjata diselundupkan ke Gaza.

    Sementara itu, PBB mengatakan perintah evakuasi dari Israel itu tidak memenuhi persyaratan hukum internasional.

    Israel disebut gagal memenuhi persyaratan kesehatan atau keamanan bagi warga sipil yang dipaksa mengevakuasi diri.

  • Militer Israel Umumkan Serangan Darat Baru di Gaza, Ingin Perluas Zona Keamanan di Wilayah Palestina – Halaman all

    Militer Israel Umumkan Serangan Darat Baru di Gaza, Ingin Perluas Zona Keamanan di Wilayah Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel mengumumkan telah meluncurkan serangan darat baru di sebelah timur Kota Gaza pada Jumat (4/4/2025).

    Serangan itu untuk memperluas zona keamanan yang telah dibangunnya di dalam wilayah Palestina.

    “Selama beberapa jam terakhir pasukan telah mulai melakukan aktivitas darat di daerah Shejaiya di Gaza utara, untuk memperluas zona keamanan,” kata militer dalam sebuah pernyataan, Jumat, dilansir Arab News.

    “Selama dan sebelum aktivitas tersebut, pasukan mengizinkan evakuasi warga sipil dari zona pertempuran melalui rute yang terorganisir demi keselamatan mereka,” klaim Israel.

    Sementara, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan tentara membagi Gaza dan “merebut wilayah” untuk memaksa Hamas membebaskan sisa sandera Israel yang ditawan dalam serangan kelompok militan itu pada Oktober 2023 di Israel yang memicu perang Gaza.

    Pada Rabu (2/4/2025), Netanyahu mengatakan Israel sedang membangun koridor keamanan baru di Jalur Gaza untuk menekan Hamas, dengan maksud agar Hamas mengisolasi kota Rafah di selatan, yang telah diperintahkan Israel untuk dievakuasi, dari wilayah Palestina lainnya.

    Pengumuman itu muncul setelah menteri pertahanan Netanyahu mengatakan Israel akan merebut sebagian besar wilayah Gaza dan menambahkannya ke dalam apa yang disebut zona keamanannya.

    Diberitakan AP News, gelombang serangan Israel menewaskan lebih dari 40 warga Palestina, hampir setengahnya adalah wanita dan anak-anak, menurut pejabat kesehatan Palestina.

    Israel telah berjanji untuk meningkatkan perang yang telah berlangsung hampir 18 bulan dengan Hamas hingga kelompok militan tersebut memulangkan puluhan sandera yang tersisa, melucuti senjata, dan meninggalkan wilayah tersebut.

    Israel mengakhiri gencatan senjata pada bulan Maret dan telah memberlakukan penghentian selama sebulan atas semua impor makanan, bahan bakar, dan bantuan kemanusiaan.

    Netanyahu menggambarkan poros baru itu sebagai koridor Morag, menggunakan nama permukiman Yahudi yang pernah berdiri di antara Rafah dan Khan Younis, yang mengisyaratkan bahwa poros itu akan membentang di antara dua kota di selatan itu.

    Ia mengatakan itu akan menjadi “koridor Philadelphia kedua” yang merujuk pada sisi Gaza dari perbatasan dengan Mesir di selatan, yang telah berada di bawah kendali Israel sejak Mei lalu.

    Israel telah menegaskan kembali kendali atas koridor Netzarim, yang juga dinamai berdasarkan bekas pemukiman, yang memisahkan sepertiga bagian utara Gaza, termasuk Kota Gaza, dari sisa jalur pantai sempit tersebut.

    Kedua koridor yang ada membentang dari perbatasan Israel hingga Laut Tengah.

    “Kami memotong jalur itu, dan kami meningkatkan tekanan selangkah demi selangkah, sehingga mereka akan menyerahkan sandera kami,” kata Netanyahu.

    Penolakan Otoritas Palestina

    Otoritas Palestina yang didukung Barat, yang dipimpin oleh para pesaing Hamas, menyatakan “penolakannya sepenuhnya” terhadap koridor yang direncanakan Israel.

    Pernyataan tersebut juga menyerukan Hamas untuk menyerahkan kekuasaan di Gaza, tempat kelompok militan tersebut menghadapi protes yang jarang terjadi baru-baru ini.

    Di Gaza utara, serangan udara Israel menghantam gedung PBB di kamp pengungsi Jabaliya yang sudah dibangun, menewaskan 15 orang, termasuk sembilan anak-anak dan dua wanita, menurut Rumah Sakit Indonesia.

    Militer Israel mengatakan serangan itu menyerang militan Hamas di pusat komando dan kendali.

    Bangunan tersebut, yang sebelumnya merupakan klinik, telah diubah menjadi tempat penampungan bagi para pengungsi, dengan lebih dari 700 orang tinggal di sana, menurut Juliette Touma, juru bicara badan PBB untuk pengungsi Palestina, penyedia bantuan utama di Gaza.

    Tidak ada staf PBB yang terluka dalam serangan itu.

    Ia mengatakan staf PBB memperingatkan orang-orang tentang bahaya jika tetap tinggal di sana setelah pemogokan hari Rabu, tetapi banyak yang memilih untuk tetap tinggal, “hanya karena mereka tidak punya tempat lain untuk dituju.”

    PASUKAN ISRAEL – Foto yang diambil dari Yedioth Ahronoth tanggal 1 April 2025 memperlihatkan pasukan Israel di Jalur Gaza. (Yedioth Ahronoth/IDF)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dikutip dari Al Jazeera, setidaknya 112 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan Israel di Gaza, sebagian besar termasuk wanita dan anak-anak di antara 33 orang yang tewas dalam tiga serangan terpisah terhadap sekolah-sekolah yang menampung warga Palestina yang mengungsi di Kota Gaza.

    Israel memerintahkan lebih banyak pengusiran paksa dari lingkungan selatan Kota Gaza karena PBB memperkirakan sekitar 280.000 warga Palestina mengungsi secara paksa sejak Israel melanggar gencatan senjata di Gaza pada 18 Maret.

    Pembunuhan 15 petugas medis dan pekerja darurat oleh Israel baru-baru ini – sebuah dugaan kejahatan perang – adalah “salah satu momen tergelap” dalam perang di Gaza, kata presiden Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina.

    Militer Israel telah melancarkan serangan mematikan semalam di Gaza, termasuk serangan terhadap sebuah rumah di tenggara Khan Younis yang menewaskan sedikitnya 10 orang.

    Jet tempur Israel juga telah mengebom dan menghancurkan pabrik desalinasi air di sebelah timur Kota Gaza di utara, dalam serangan terbaru terhadap infrastruktur penting di daerah kantong yang terkepung tersebut.

    Militer Israel telah menembak dan membunuh dua warga Palestina dalam serangan terpisah semalam di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki, dan desa Husan, sebelah barat Betlehem.

    Serangan militer Israel terhadap Lebanon terus berlanjut sepanjang malam, dengan tiga orang tewas setelah sebuah pesawat tak berawak mengebom sebuah apartemen di kota pelabuhan Sidon, Lebanon.

    Pemerintahan Trump berencana untuk membekukan hibah federal senilai $510 juta untuk Universitas Brown atas tuduhan anti-Semitisme di kampusnya, kantor berita Reuters telah melaporkan.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sebanyak 50.523 warga Palestina dipastikan tewas dan 114.638 terluka dalam perang Israel di Gaza.

    Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700 orang, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • ICC Prihatin dengan Hongaria yang Pilih Keluar dari ICC setelah Tolak Tangkap Netanyahu – Halaman all

    ICC Prihatin dengan Hongaria yang Pilih Keluar dari ICC setelah Tolak Tangkap Netanyahu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyatakan keprihatinannya atas keputusan Hongaria untuk menarik diri dari pengadilan tersebut.

    Dalam suratnya kepada Hongaria pada hari Kamis (3/4/2025), ia mendesak Hongaria untuk terus menjadi pihak yang teguh dalam Statuta Roma, perjanjian yang menjadi dasar pembentukan ICC.

    Sebelumnya, Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, mengatakan negaranya akan menarik diri sepenuhnya dari ICC.

    Keputusan itu diumumkan pada hari yang sama ketika Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang didakwa oleh ICC, mengunjungi Hongaria.

    Viktor Orban menyambut Netanyahu itu dengan penghormatan militer penuh di Distrik Kastil Budapest. 

    Kedua sekutu dekat itu berdiri berdampingan saat sebuah band militer bermain dan prosesi rumit tentara berkuda dan membawa pedang serta senapan berbayonet berbaris lewat.

    Saat upacara berlangsung, kepala staf Viktor Orban, Gergely Gulyás, merilis pernyataan singkat yang mengatakan pemerintah akan memulai prosedur penarikan untuk meninggalkan ICC, yang mungkin memakan waktu satu tahun atau lebih untuk diselesaikan.

    Viktor Orban kemudian mengatakan ia yakin ICC adalah pengadilan politik.

    Sebelumnya, ICC yang berpusat di Den Haag, Belanda, mengeluarkan surat perintahnya penangkapan Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas dugaan  melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Negara-negara penanda tangan ICC, seperti Hongaria, diharuskan untuk menangkap setiap tersangka yang menghadapi surat perintah jika mereka menginjakkan kaki di wilayah mereka.

    Namun, Hongaria menolak untuk menangkap Netanyahu ketika ia berkunjung ke Budapest pada hari Kamis, seperti diberitakan Al Arabiya.

    Alasan Hongaria Keluar dari ICC

    Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, mengungkap alasannya untuk menarik Hongaria keluar dari ICC.  

    “Hongaria tidak pernah sepenuhnya berkomitmen pada Mahkamah Pidana Internasiona,” kata Perdana Menteri Viktor Orban pada hari Jumat (4/4/2025).

    Berbicara di radio negara, Viktor Orban memberikan pembenaran mengapa Hongaria tidak menahan Benjamin Netanyahu pada hari Kamis ketika berkunjung ke Budapest meski ada surat perintah penangkapan ICC.

    “Hongaria selalu setengah hati dalam keanggotaannya di ICC,” kata Orban, seperti diberitakan The Associated Press.

    Hongaria bergabung dengan ICC selama masa jabatan pertama Viktor Orban sebagai perdana menteri pada tahun 2001.

    “Kami menandatangani perjanjian internasional, tetapi kami tidak pernah mengambil semua langkah yang seharusnya membuatnya dapat ditegakkan di Hongaria,” kata Viktor Orban.

    Ia merujuk pada fakta bahwa parlemen Hongaria tidak pernah mengumumkan undang-undang ICC menjadi hukum Hongaria.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Trump Sebut Netanyahu Akan Kunjungi AS Minggu Depan, tapi Belum Ada Tanggal Pasti – Halaman all

    Trump Sebut Netanyahu Akan Kunjungi AS Minggu Depan, tapi Belum Ada Tanggal Pasti – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pada hari Kamis (3/4/2025) bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan segera mengunjungi AS.

    “Perdana menteri Israel mungkin akan datang minggu depan,” kata Trump kepada wartawan saat berkumpul di Air Force One, dikutip dari The Times of Israel.

    Namun, seorang pejabat AS segera memberikan klarifikasi kepada Axios.

    Menurut pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut, pertemuan tersebut mungkin tidak terjadi pada minggu depan.

    Senada dengan pejabat AS, seorang pejabat Israel mengatakan bahwa tanggal kunjungan Netanyahu ke Gedung Putih masih belum pasti.

    Namun, apabila dalam waktu dekat Netanyahu benar mengunjungi AS, agenda utamanya adalah pajak 17 persen yang diberlakukan pemerintahan Trump terhadap impor dari Israel. 

    Netanyahu terakhir kali mengunjungi AS adalah pada bulan Februari lalu.

    Dalam konferensi pers keduanya pada saat itu, Trump mengatakan akan merelokasi sekitar 1,8 juta warga Palestina.

    Ia mengatakan akan memindahkan permanen warga Palestina dari Gaza ke negara-negara Timur Tengah untuk menciptakan apa yang disebutnya “Riviera Timur Tengah”.

    Namun, baik Palestina, Mesir, maupun Yordania dengan tegas menolak gagasan tersebut.

    Trump kemudian menyatakan bahwa AS akan mengambil “kepemilikan jangka panjang” atas Gaza dan melakukan rekonstruksi total di wilayah tersebut.

    “Saya melihat posisi kepemilikan jangka panjang, dan saya melihatnya membawa stabilitas besar ke bagian Timur Tengah itu dan mungkin seluruh Timur Tengah,” kata Trump.

    Namun, rencana Trump menuai kecaman dari banyak pihak, baik dari negara-negara Arab maupun dunia internasional.

    Banyak kalangan di AS dan internasional yang menganggap pernyataan Trump ini berisiko menambah ketegangan di wilayah yang sudah sangat sensitif ini.

    Kunjungan Netanyahu di Hungaria

    Saat ini Netanyahu sedang mengunjungi Hungaria meskipun ada surat perintah penangkapan dari ICC atas kejahatan perang di Gaza.

    Perdana Menteri Viktor Orban justru menyambut pemimpin Israel itu dengan penghormatan militer penuh di Distrik Kastil Budapest, dikutip dari AP News.

    Tidak hanya itu, Hungaria justru menarik diri dari ICC.

    Seorang pejabat senior di pemerintahan PM Viktor Orban mengonfirmasi hal ini beberapa jam setelah PM Netanyahu tiba di Hungaria.

    “Hungaria menarik diri dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC),” tulis pemerintahan Orban.

    Dalam konferensi pers bersama, Orban menegaskan bahwa ICC telah menjadi ‘pengadilan politik’.

    Ia menyoroti keputusan ICC untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu.

    Atas keputusan Hungaria, Netanyahu memberikan pujian. Menurut Netanyahu, apa yang dilakukan Hungaria adalah “berani dan berprinsip”.

    “Ini penting bagi semua negara demokrasi. Penting untuk melawan organisasi korup ini,” katanya.

    Sebagai informasi, hakim ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan Netanyahu pada bulan November lalu.

    Dalam surat tersebut, Netanyahu bertanggung jawab atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang antara Israel dan Hamas.

    Sementara itu, Hungaria adalah salah satu anggota pendiri ICC.

    ICC adalah pengadilan global yang memiliki kewenangan untuk mengadili mereka yang dituduh melakukan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Benjamin Netanyahu

  • Tolak Tangkap Netanyahu, Hungaria Pilih Keluar dari ICC, Gelar Karpet Merah untuk PM Israel – Halaman all

    Tolak Tangkap Netanyahu, Hungaria Pilih Keluar dari ICC, Gelar Karpet Merah untuk PM Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hungaria menolak untuk menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat dia berkunjung ke Hungaria hari Kamis ini, (3/4/2025).

    Padahal, Hungaria adalah salah satu anggota Mahkamah Pidana Internasional (ICC). ICC sudah mengeluarkan surat perintah penangkapan Netanyahu karena kasus kejahatan perang di Jalur Gaza.

    ICC tidak memiliki aparat penegak hukum sehingga harus mengandalkan negara-negara anggotanya untuk menangkap tersangka kasus kejahatan dan menyeretnya ke markas ICC di Den Hague, Belanda.

    Dikutip dari CNN, sebagai negara yang menandatangani Statuta Roma tahun 2002, Hungaria berkewajiban memborgol Netanyahu.

    Namun, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban justru menyambut Netanyahu dengan karpet merah. Netanyahu juga mendapat upacara penyambutan di Lion’s Courtyart, Kota Budapest.

    Sebelumnya Orban memang mengatakan negaranya tak akan menangkap Netanyahu. PM Israel itu dijadwalkan berada di Budapest selama empat hari untuk keperluan kunjungan.

    Hungaria menjadi salah satu sekutu terbesar Israel di Eropa. Banyak pula warga Hungaria yang mendukung Israel.

    NETANYAHU BERPIDATO – Foto ini diambil dari Instagram Netanyahu pada Minggu (23/3/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Instagram @b.netanyahu)

    Sekretaris Negara untuk Urusan Komunikasi dan Hubungan Internasional Hungaria Zoltan Kovacs menyebut negaranya mulai memproses pengunduran diri dari ICC hari ini.

    “Sejalan dengan konstitusi Hungaria dan kewajiban hukum internasional,” ujar Kovacs.

    Kunjungan Netanyahu ke Hungaria itu adalah kunjungannya ke luar negeri sejak ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dia.

    Februari kemarin Netanyahu bertolak ke Wasington, AS, untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump. AS dan Israel sama-sama bukan anggota ICC.

    Trump dan pendahulunya, Joe Biden, pernah mengecam surat penangkapan terhadap Netanyahu. Bahkan, Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada orang-orang yang bekerja di ICC.

    Di sisi lain, ICC mengkritik keputusan Hungaria yang tidak menangkap Netanyahu. Juru bicara ICC, Fadil Al Abdallah, menyebut negara anggota ICC berkewajiban menegakkan keputusan ICC.

    “Sengketa apa pun mengenai fungsi yudisial ICC seharusnya diselesaikan melalui keputusan ICC,” ujarnya dikutip dari Al Jazeera.

    HRW minta Hungaria tangkap Netanyahu

    Human Rights Watch (HRW) meminta Hungaria untuk tidak mengizinkan Netanyahu berkunjung ke Budapest. Di samping itu, HRW juga meminta untuk menangkap Netanyahu jika masuk ke Hungaria.

    “Netanyahu menjadi target surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh ICC tanggal 21 November 2024 ketika hakim ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dia dan Yoav Gallant, Menteri Pertahanan Israel saat itu, atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan kemanusiaan di Jalur Gaza setidaknya sejak 8 Oktober 2023,” kata HRW di laman resminya pada hari Selasa lalu.

    “Kejahatan ini termasuk membuat warga sipil kelaparan, sengaja mengarahkan serangan kepawa warga sipil, pembunuhan, dan penganiayaan. HRW telah mendokumentasikan kejahatan perang, kejahatan kemanusiaa, dan tindakan genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza.”

    Liz Evenson, Direktur Keadilan Internasional di HRW, menyebut tindakan Orban mengundang Netanyahu untuk datang ke Hungaria merupakan penghinaan terhadap korban kejahatan besar.

    “Hungaria seharusnya mematuhi kewajiban hukumnya sebagai bagian dari ICC dan menangkap Netanyahu jika dia menginjakkan kaki di negara itu,” kata Evenson.

    Seperti Orban, para pejabat pemerintahan di negara-negara Uni Eropa lain seperti Prancis, Polandia, Italia, Romania, dan Jerman juga sudah mengatakan tidak akan menangkap Netanyahu.

    Adapun pada bulan Januari lalu sejumlah aktivis HAM berunjuk rasa untuk memprotes Polandia yang diduga akan bersedia menerima kunjungan Netanyahu ke negara itu.

    (*)

  • Netanyahu: Israel Memecah Belah Jalur Gaza, Wilayah Tel Al-Sultan Jadi Poros Philadelphia 2 – Halaman all

    Netanyahu: Israel Memecah Belah Jalur Gaza, Wilayah Tel Al-Sultan Jadi Poros Philadelphia 2 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan militer Israel membagi wilayah operasi militernya di Jalur Gaza.

    Selain itu, mereka mengambil alih kendali wilayah di sana untuk membebaskan tahanan yang ditahan oleh Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).

    “Tentara memecah belah Jalur Gaza dan secara bertahap meningkatkan tekanan untuk membawa kembali tawanan kami dari Hamas,” kata Netanyahu pada Rabu (2/4/2025).

    Ia menambahkan dalam sebuah pernyataan, Israel menguasai wilayah, menyerang, dan menghancurkan infrastruktur kelompok perlawanan Palestina.

    “Kami mengendalikan poros Morag (wilayah Tel Sultan), yang akan menjadi poros Philadelphia kedua (perbatasan Rafah dan Sinai di Mesir),” katanya. 

    “Kami sekarang berupaya memecah belah Jalur Gaza dan kami meningkatkan tekanan selangkah demi selangkah hingga mereka menyerahkan para penculik kami,” lanjutnya.

    Ia menekankan, Israel akan meningkatkan serangan militernya.

    Ia mengklaim Israel akan melanjutkan serangannya sampai semua tujuan militernya tercapai.

    “Semakin mereka menolak memberi, semakin besar pula tekanan yang harus mereka berikan. Kami bertekad untuk mencapai tujuan perang, dan kami bekerja tanpa lelah, dengan garis yang jelas dan misi yang jelas,” kata Netanyahu, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Poros Morag adalah koridor yang memisahkan Khan Yunis dari Rafah di Jalur Gaza selatan.

    Ini adalah jalan yang melewati tempat di mana pemukiman Morag sebelumnya berada, maka dari itu dinamakan demikian.

    Militer Israel Meningkatkan Serangan di Jalur Gaza Selatan

    Sebelumnya, surat kabar Haaretz, melaporkan militer Israel membuat koridor tambahan di Jalur Gaza.

    “Lembaga keamanan terkejut dengan pengumuman Netanyahu tentang pembentukan koridor tambahan di Jalur Gaza selatan,” lapor Haaretz pada hari Rabu.

    “Rencana tersebut belum disetujui dan belum diungkapkan untuk melindungi pasukan manuver di lapangan,” lanjutnya.

    Hal ini terjadi setelah pasukan pendudukan Israel menyelesaikan pengepungan terhadap lingkungan Tel al-Sultan di Rafah, Jalur Gaza selatan selama beberapa hari terakhir.

    “Pasukan sejauh ini telah menghancurkan puluhan senjata dan infrastruktur yang menjadi ancaman bagi pasukan kami, dan telah menewaskan puluhan orang,” kata militer Israel pada Rabu malam.

    Militer Israel juga mengklaim telah menemukan dua roket di sebuah gedung di daerah tersebut, serta landasan peluncuran roket.

    Israel kembali melanjutkan serangannya di Jalur Gaza sejak 18 Maret 2025, melanggar perjanjian gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas pada 19 Januari 2025.

    Serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 menewaskan lebih dari 50.399 warga Palestina dan melukai lebih dari 114.583 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, seperti diberitakan Anadolu Agency.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Netanyahu Bertolak ke Hungaria, Menentang Perintah Penangkapan ICC

    Netanyahu Bertolak ke Hungaria, Menentang Perintah Penangkapan ICC

    Budapest

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu tiba di Budapest, Hungaria, pada Kamis pagi dalam perjalanan pertamanya ke Eropa sejak 2023. Ia menentang surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadapnya.

    Dilansir kantor berita AFP, Kamis (3/4/2025), PM Hungaria Viktor Orban menyampaikan undangan kepada Netanyahu November lalu, sehari setelah ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan atas dugaan kejahatan perang di Gaza.

    Orban bersumpah bahwa anggota UE tersebut tidak akan melaksanakan surat perintah tersebut, meskipun ia adalah anggota ICC. Menurut mereka, keputusan pengadilan tersebut “mencampuri konflik yang sedang berlangsung… untuk tujuan politik”.

    “Selamat datang di Budapest, Benjamin Netanyahu!” tulis Menteri Pertahanan Hongaria Kristof Szalay-Bobrovniczky di Facebook saat Netanyahu memulai kunjungannya, dan setelah menyambutnya di bandara di ibu kota Budapest.

    Netanyahu disambut dengan penghormatan militer. Setelah itu ia akan mengadakan pembicaraan dengan Orban.

    (fca/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Wahai Dunia, Israel Kini Mulai Kuasai Gaza

    Wahai Dunia, Israel Kini Mulai Kuasai Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel kini mulai menguasai Gaza. Rabu waktu setempat, pemerintah Zionis mengumumkan perluasan besar operasi militer di Gaza, dengan mengatakan bahwa sebagian besar wilayah kantong itu akan direbut dan ditambahkan ke zona keamanannya, disertai dengan evakuasi penduduk dalam skala besar.

    Hal ini ditegaskan Menteri Pertahanan Israel Katz dalam sebuah pernyataan. Ia mendesak warga Gaza untuk melenyapkan Hamas dan memulangkan sandera Israel sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri perang.

    “Operasi akan membersihkan militan dan infrastruktur dan merebut wilayah-wilayah luas yang akan ditambahkan ke zona keamanan Negara Israel,” tegasnya dikutip dari Reuters, Kamis (3/4/2025).

    Pernyataan Katz tidak menjelaskan secara rinci berapa banyak tanah yang ingin direbut Israel atau apakah tindakan tersebut merupakan aneksasi wilayah secara permanen. Namun, menurut kelompok hak asasi manusia Israel Gisha, Israel telah menguasai sekitar 62 kilometer persegi atau sekitar 17% dari total wilayah Gaza, sebagai bagian dari zona penyangga di sekitar tepi wilayah kantong tersebut.

    Sebelumnya, militer Israel memang telah mengeluarkan peringatan evakuasi kepada warga Gaza yang tinggal di beberapa distrik selatan. Radio Palestina melaporkan bahwa wilayah di sekitar Rafah hampir sepenuhnya kosong setelah perintah evakuasi.

    Israel makin giat mengusir warga Gaza setelah mendapat restu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyerukan evakuasi warga wilayah itu secara permanen, dengan keinginan membangun resor pantai di bawah kendali Washington di sana. Israel sendiri mengatakan akan memfasilitasi kepergian sukarela warga Gaza itu.

    “Sepertinya Netanyahu tidak akan menghentikan perangnya di Gaza sampai kami mengungsi,” kata Amer al-Farra, seorang warga Palestina di Gaza.

    “Namun, terlepas dari pemusnahan yang terjadi pada kami dan penderitaan yang luar biasa- sebagai warga negara saya mengungsi delapan kali- dengan kehendak Tuhan kami akan tetap teguh,” tambahnya.

    Perlu diketahui tekanan terhadap Hamas juga muncul dari warga Gaza, yang memprotes kelompok yang telah menguasai daerah kantong itu sejak 2007. Pengamat yakin operasi yang diperluas itu tampaknya menjadi strategi Israel untuk meningkatkan tekanan sipil terhadap para pemimpinnya itu.

    “Saya menyerukan kepada penduduk Gaza untuk bertindak sekarang untuk melenyapkan Hamas dan mengembalikan semua yang diculik,” kata Katz dalam pernyataannya.

    “Ini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri perang,” ancamnya.

    Seiring meningkatnya operasi di Gaza, Israel juga telah menyerang target di Lebanon selatan dan Suriah, dengan serangan terhadap seorang komandan Hizbullah di pinggiran selatan Beirut pada hari Selasa. Hal ini semakin memperburuk perjanjian gencatan senjata yang sebagian besar menghentikan pertempuran pada bulan Januari.

    53 Orang Tewas, 19 Anak-Anak

    Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 53 orang tewas dalam serangan Israel pada hari Rabu, dengan 19 orang termasuk anak-anak tewas dalam serangan di klinik PBB yang digunakan untuk menampung orang-orang yang mengungsi. Israel sendiri menyebut klinik itu sebagai pusat komando dan kendali Hamas untuk merencanakan serangan, dan bahwa militer telah menggunakan pengawasan untuk mengurangi risiko bagi warga sipil.

    Video Reuters menunjukkan bagaimana setelah serangan darah memenuhi lantai saat petugas penyelamat mengangkat mayat-mayat dengan tandu.

    Di lokasi serangan lain di Khan Younis, seorang saksi, Rida al-Jabbour, mengangkat sepatu kecil dan menunjuk ke dinding yang berlumuran darah saat dia menceritakan bagaimana seorang tetangga terbunuh bersama bayinya yang berusia tiga bulan.

    Kecaman Keluarga Sandera

    Sementara itu, sebuah kelompok Israel yang mewakili keluarga sandera yang masih ditahan di Gaza mengatakan mereka “ngeri” dengan pengumuman Katz tentang perluasan operasi militer. Pemerintah dianggap tak berbuat banyak untuk mengamankan sandera.

    “Apakah sudah diputuskan untuk mengorbankan para sandera demi ‘keuntungan teritorial?’” tanya Forum Sandera dan Keluarga Hilang dalam sebuah pernyataan dimuat AFP.

    Setidaknya 1.042 orang telah tewas di Gaza sejak Israel melanjutkan operasi militer. Itu membuat jumlah korban keseluruhan menjadi sedikitnya 50.399 sejak perang dimulai Oktober 2023

    (sef/sef)