Tag: Benjamin Netanyahu

  • Remaja Palestina-AS Ditembak Mati Pasukan Israel di Tepi Barat – Halaman all

    Remaja Palestina-AS Ditembak Mati Pasukan Israel di Tepi Barat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Beberapa pejabat Palestina mengatakan bahwa pasukan Israel telah menembak mati seorang remaja Palestina berkewarganegaraan AS di kota Turmus Aya, Tepi Barat pada hari Minggu (6/4/2025).

    Hal tersebut dikonfirmasi oleh wali kota Turmus Aya, Adeeb Lafi.

    Lafi mengatakan pada hari sebelumnya bahwa remaja tersebut adalah Omar Mohammad Rabea.

    Saat itu, remaja berusia 14 tahun itu bersama kedua temannya.

    Kemudian pemukim Israel menembak ketiga remaja ini saat berada di pintu masuk Turmus Aya.

    Tentara Israel mengonfirmasi bahwa satu dari 3 remaja tersebut meninggal dunia.

    Sehari setelahnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memberikan pernyataan.

    Dalam pernyataan tersebut, IDF mengklaim bahwa mereka menembak seseorang yang melempar batu dan dianggap membahayakan warga sipil.

    “Selama kegiatan kontraterorisme di wilayah Turmus Aya, tentara Israel mengidentifikasi tiga orang yang melemparkan batu ke arah jalan raya, sehingga membahayakan warga sipil yang mengemudi,” kata tentara Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The New Arab.

    “Tentara melepaskan tembakan ke arah seseorang yang membahayakan warga sipil, menewaskan satu orang dan mengenai dua orang lainnya,” tambahnya.

    Mengetahui insiden ini, Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk hal tersebut.

    Menurut Kemenlu Palestina, insiden ini telah melanggar hukum.

    Tidak hanya itu, Kemenlu Palestina juga mengatakan bahwa insiden tersebut merupakan hasil dari ‘kekebalan hukum’ Israel yang terus berlanjut.

    “Kekebalan hukum Israel yang terus berlanjut sebagai kekuatan pendudukan ilegal mendorongnya melakukan kejahatan lebih lanjut,” demikian peringatannya, dikutip dari BBC.

    Ini adalah insiden terbaru di Tepi Barat di tengah konfrontasi dan kekerasan yang terjadi hampir setiap hari.

    Kekerasan pemukim dan bentrokan antara pasukan Israel dan warga Palestina terus berlanjut di Tepi Barat.

    Kamis lalu, kepala hak asasi manusia PBB mengatakan situasi di Tepi Barat ‘sangat mengkhawatirkan’.

    Mogok Kerja Massal di Tepi Barat

    Mogok kerja massal melanda kota-kota besar, kecil, dan kamp-kamp pengungsi di seluruh Tepi Barat yang diduduki pada hari Senin (7/4/2025).

    Aksi ini  sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza dan untuk menekan diakhirinya genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Toko-toko, sekolah, dan sebagian besar kantor administrasi publik ditutup di seluruh Tepi Barat.

    Pasukan nasional dan Islam Palestina mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu yang menyerukan “serangan menyeluruh di semua bidang kehidupan di semua wilayah Palestina yang diduduki dan diaspora, bergabung dengan seruan solidaritas global untuk pemogokan umum di seluruh dunia pada hari Senin, dalam solidaritas dengan Gaza, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Salah seorang pemilik toko souvenir di Kota Tua Yerusalem mengatakan bahwa hari ini ia menutup tokonya sebagai aksi solidaritas.

    “Hari ini kami tutup untuk keluarga kami di Gaza, anak-anak kami di Gaza,” kata Imad Salman, 68 tahun, yang memiliki toko suvenir di Kota Tua Yerusalem, dikutip dari Arab News.

    “Di Yerusalem, di Tepi Barat, kami tidak bisa berbuat lebih dari apa yang kami lakukan di sini sekarang,” katanya kepada AFP.

    Di Yerusalem timur yang dianeksasi Israel, jalan Salaheddin yang biasanya ramai tampak kosong.

    Menurut seorang warga yang bernama Ahmed, mogok kerja ini sebagai aksi protes terhadap Trump dan Netanyahu.

    “Mogok kerja ini sebagai bentuk solidaritas dengan Gaza dan apa yang terjadi di sana, dan perang yang dilancarkan terhadap rakyat Palestina, baik oleh (Presiden AS Donald) Trump, (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu, pemerintah Israel, atau pemerintah Amerika,” kata Ahmed.

    Menurutnya, agresi ini harus segera dihentikan.

    “Perang ini harus dihentikan, pembunuhan dan penghancuran harus dihentikan, dan hanya perdamaian yang harus menang, perdamaian, dan tidak ada yang lain selain perdamaian,” katanya.

    Sejak dimulainya perang Gaza, kekerasan telah melonjak di Tepi Barat.

    Kekerasan di Tepi Barat telah menewaskan  909 warga Palestina di Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023.

    Dari jumlah tersebut, termasuk 191 anak-anak dan lima orang penyandang disabilitas. 

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Tepi Barat dan Konflik Palestina vs Israel

  • Mantan PM Israel Ungkap Satu-satunya Cara Kalahkan Hamas di Gaza: Pakai Ide Arab Saudi dan Mesir – Halaman all

    Mantan PM Israel Ungkap Satu-satunya Cara Kalahkan Hamas di Gaza: Pakai Ide Arab Saudi dan Mesir – Halaman all

    Mantan PM Israel Ehud Barak Ungkap Satu-satunya Cara Kalahkan Hamas di Gaza: Pakai Ide Arab Saudi dan Mesir

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak mengatakan kalau hanya ada satu cara untuk mengalahkan Hamas di Gaza.

    Satu-satunya cara itu, kata dia, yaitu menggantinya dengan entitas lain yang sah menurut hukum internasional, masyarakat internasional, negara-negara Arab tetangga, anggota perjanjian damai Kesepakatan Abraham, dan warga Palestina sendiri.

    “Satu-satunya cara yang realistis adalah mendengarkan Arab Saudi dan Mesir, yang telah mengajukan ide yang agak idealis, untuk mendirikan pemerintahan teknokratis Palestina yang akan mengendalikan kawasan tersebut (Gaza),” jelas Barak dalam sebuah wawancara dengan CNN.

    Dalam sejumlah proposal pembangunan kembali Jalur Gaza, negara-negara Arab dan Mesir memang mensyaratkan agar Hamas lengser dari kekuasaannya di Jalur Gaza agar pendanaan internasional bersedia memberikan bantuan pembangunan.

    Adapun Hamas menyatakan sudah bersedia untuk melepas kendali atas Gaza dan menyerahkannya pada apa yang disebut sebagai Komite Persatuan Palestina.

    Adapun Barak menyatakan kalau dia tidak tahu mengapa Israel memperluas operasi militernya di Gaza dengan tujuan menekan Hamas atau memaksanya menyetujui perjanjian yang diduga justru Israel halangi. 

    Ia berkata, “Saya ragu Netanyahu akan mampu meyakinkan Hamas untuk kembali ke meja perundingan, tetapi itu jelas merupakan hukuman mati bagi sebagian besar sandera yang masih hidup. Jadi, ada pertanyaan penting: Apa yang akan dicapainya?”

    Ia menyimpulkan dengan mengatakan, “Anda telah belajar dari pelajaran yang sulit di Vietnam, Irak, dan Afghanistan. Kita tidak boleh mengulangi kesalahan tersebut. Kita harus menetapkan tujuan yang jelas dan realistis, dan itu bukanlah yang dinyatakan Netanyahu sekarang.”

    PASUKAN ISRAEL – Foto yang diambil dari Yedioth Ahronoth tanggal 1 April 2025 memperlihatkan pasukan Israel di Jalur Gaza. (Yedioth Ahronoth/IDF)

    Pengerahan Pasukan Besar-besaran

    Pasukan Israel dilaporkan telah memperluas agresi militer mereka ke Gaza dengan mengerahkan sejumlah besar kekuatan militer sejak Jumat (4/4/2025).

    Perluasan agresi militer Israel (IDF) ini terjadi di berbagai titik di Jalur Gaza, mulai dari Gaza Utara, Timur, hingga ke Rafah di Gaza Selatan.

    Israel mengklaim, pengerahan besar kekuatan militer IDF ini untuk memulangkan para sandera dan menguasai serta menduduki sebagian besar wilayah di Jalur Gaza.

    Dalam konteks pengerahan kekuatan besar militer ini, Komandan unit pengintaian Brigade Golani, dilansir Khaberni, mengirim pesan kepada prajuritnya sebelum serangan besar di Gaza.

    Khaberni melansir pesan itu bersifat mengerikan karena berisi perintah untuk menghancurkan dan membunuh siapa pun yang mereka temui di Gaza tanpa pandang bulu.

    “Pesan dan perintah dinyatakan sang komandan dengan mengatakan, “Hancurkan siapa pun yang kalian temui di Jalur Gaza, karena mereka adalah musuh”,” tulis laporan Khaberni dikutip, Minggu (6/4/2025).

    SERANGAN BESAR – Pasukan Israel berkumpul jelang penyerbuan dan invasi darat terbuka ke berbagai wilayah di Jalur Gaza.Israel dilaporkan mengerahkan kekuatan besar-besaran dalam agresi selanjutnya ke Gaza.

    Target IDF di Koridor Philadelphia

    Dalam konteks perluasan agresi militer IDF tersebut, Lembaga Penyiaran Israel, KAN melaporkan, mengutip sumber keamanan tingkat tinggi, kalau tentara Israel akan menghancurkan semua terowongan yang terletak di koridor Philadelphia di Jalur Gaza selatan.

    Sumber keamanan mengatakan, “Asumsi sejak 7 Oktober menyatakan kalau kita tidak tahu segalanya, dan oleh karena itu, dengan penghentian bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, kemungkinan besar akan terjadi berbagai jenis operasi penyelundupan, seperti pesawat tanpa awak, kapal, dan lainnya.”

    Sumber tersebut mengonfirmasi keberadaan terowongan yang melintasi perbatasan yang ditutup dari sudut pandang teknis dan berada di bawah kendali tentara Israel.

    Sebagian besar terowongan ditutup dengan beton khusus, beberapa dihancurkan dengan bahan peledak, dan beberapa tetap berada di bawah kendali militer untuk penelitian intelijen dan teknik.

    Sumber keamanan Israel tersebut menyatakan keyakinannya kalau jika IDF tidak hadir di wilayah Philadelphia, warga Palestina akan menggunakan terowongan penyelundupan yang ada atau menggali yang baru.

    Ia menambahkan, “Badan keamanan Israel menerima informasi dan menyampaikannya kepada Menteri Pertahanan Israel Katz kalau Hamas tengah beroperasi di beberapa wilayah untuk menerima bantuan Iran dengan tujuan untuk kembali beroperasi melawan Israel. Oleh karena itu, Hamas tengah mengembangkan rute penyelundupan dari Afrika dan bermaksud membangun kembali pasukan di Jalur Gaza untuk melaksanakan operasi”.

    Dengan dalih ini, Katz bersikeras pasukan Israel tidak mundur dari koridor Philadelphia untuk mencegah Hamas membangun kembali kekuatannya, menurut sumber keamanan.

    Pada pertengahan Maret, situs web berita Israel Walla melaporkan bahwa pasukan teknik militer IDF telah menemukan sekitar 90 terowongan dengan panjang yang bervariasi di sepanjang sumbu dari penyeberangan Rafah yang ditutup hingga ke pantai.

    Laporan itu menunjukkan kalau beberapa terowongan melintasi perbatasan dengan Israel, beberapa mencapai wilayah perbatasan Palestina-Mesir, dan beberapa tidak digunakan dan sebagian digali.

    Menurut sumber militer Israel, kemungkinan ada terowongan lain yang belum ditemukan, meskipun ada kegiatan rekayasa yang dilakukan oleh tentara bekerja sama dengan dinas keamanan Shin Bet.

    BOMBARDIR ISRAEL – Pesawat Israel membombardir daerah permukiman di Khan Younis, Gaza selatan saat warga Palestina merayakan Hari Raya Idul Fitri pada Minggu (30/3/2025). Dalam serangan Israel ini, sebanyak 20 orang dilaporkan tewas, termasuk delapan anak-anak. (Telegram Quds News Network)

    Bom Sekolah, Ratusan Korban Jiwa

    Tentara pendudukan Israel pada Jumat juga mengumumkan peluncuran operasi darat di Shuja’iyya (Shejaiya), timur Kota Gaza.

    Seorang juru bicara militer Israel mengatakan perluasan operasi darat, khususnya di wilayah Shuja’iyya, dengan tujuan untuk memperdalam kontrol di wilayah tersebut dan memperluas “zona keamanan pertahanan”.

    Dalam perluasan agresinya ini, pasukan IDF melakukan pembantaian yang mengerikan terhadap warga terlantar di wilayah tersebut, yang membuat jumlah korban tewas menjadi 112 sejak Kamis dini hari, saat serangan Israel meluas ke Jalur Gaza selatan.

    Pertahanan Sipil Gaza melaporkan kalau 31 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, tewas, puluhan lainnya terluka, dan enam lainnya masih hilang setelah pesawat tempur Israel mengebom sekolah Dar al-Arqam, yang melindungi orang-orang terlantar di lingkungan al-Tuffah di Kota Gaza.

    Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal mengatakan bahwa puluhan orang yang terluka berada di bawah reruntuhan, dan tim penyelamat tidak dapat mengevakuasi mereka karena kurangnya sumber daya.

    “Mahmoud Basal menambahkan bahwa tempat itu dipenuhi dengan sisa-sisa jenazah anak-anak akibat pembantaian itu, dan menggambarkan apa yang terjadi di Gaza sebagai kegilaan,” tulis Khaberni.

    Gerakan Perlawanan Hamas mengutuk pemboman sekolah tersebut, dengan menggambarkannya sebagai kejahatan brutal baru dalam konteks perang pemusnahan Israel terhadap Gaza.

    Hamas menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil tindakan segera guna menghentikan pembantaian terhadap warga sipil dan bencana kemanusiaan yang ditimbulkan oleh pendudukan di Jalur Gaza, dan meminta pertanggungjawaban Israel yang mereka gambarkan sebagai ‘penjahat perang’.

    Sebaliknya, tentara Israel mengklaim kalau kompleks yang menjadi sasarannya di lingkungan Tuffah di Gaza digunakan oleh militan untuk melakukan serangan terhadap pasukannya.

    IDF seperti mengulangi dalih yang sama yang digunakannya untuk membenarkan pembantaian yang dilakukannya kemarin ketika mengebom sebuah klinik UNRWA yang menampung orang-orang terlantar di Jabalia, utara Jalur Gaza, yang mengakibatkan puluhan orang tewas dan terluka.

    Tak lama setelah pembantaian Sekolah Dar Al-Arqam, pesawat Israel menargetkan Sekolah Fahd di dekatnya, menewaskan tiga orang.

    Sumber-sumber Palestina mengatakan kalau pesawat Israel juga mengebom sebuah masjid di dekat sekolah Fahd dan Dar al-Arqam di lingkungan al-Tuffah.

    Sumber-sumber Palestina juga melaporkan bahwa pesawat Israel melancarkan 10 serangan baru di wilayah timur Kota Gaza.

    Sementara itu, sumber medis Palestina mengatakan bahwa 112 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak fajar pada Kamis, 71 di antaranya di Kota Gaza.

    Sumber tersebut juga mengatakan bahwa 1.263 orang tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak dimulainya kembali perang Israel 17 hari lalu.

    Sebelumnya hari ini, TV Al-Aqsa melaporkan kalau ada 37 korban jiwa tiba di Rumah Sakit Baptis sebagai akibat dari penargetan lingkungan Shuja’iyya di bagian timur kota.

    Sumber-sumber Palestina juga melaporkan bahwa tiga orang tewas dan lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah rumah di daerah Yarmouk di pusat Kota Gaza.

    Di Deir al-Balah, Gaza tengah, empat warga Palestina tewas dan lainnya terluka dalam serangan udara terhadap patroli polisi di pusat kota, sementara tiga orang tewas dalam serangan udara di kamp pengungsi al-Maghazi di dekatnya.

    Israel juga melancarkan penembakan artileri berat di daerah Al-Maghraqa dan utara kamp Nuseirat di Jalur Gaza tengah.

    Di Khan Yunis, sebelah selatan Jalur Gaza, sumber melaporkan bahwa 10 orang tewas dan lainnya terluka dalam serangan terhadap sebuah rumah dan tenda-tenda yang menampung orang-orang terlantar di daerah al-Katiba di sebelah utara kota.

    Pengeboman udara dan artileri juga menewaskan dan melukai orang-orang di Rafah, bertepatan dengan serangan pasukan Israel ke beberapa lingkungan.

    PENGUNGSI GAZA – Tangkap layar Khaberni, Rabu (26/3/2025) menunjukkan pengungsi warga Gaza yang berpindah mencari lokasi aman dari serangan Israel. Pemerintah Israel menindaklanjuti usulan Amerika Serikat yang mengusulkan pemindahan warga Gaza ke negara ketiga dengan membentuk Direktorat Urusan Pemindahan Sukarela warga Palestina yang ingin ke luar dari Gaza. Media Israel melaporkan, sebagai proyek percontohan, sebanyak 100 warga Gaza akan dikirim ke Indonesia. (khaberni/tangkap layar)

    Pengeboman dan Pengusiran Penduduk

    Sementara itu, tentara Israel hari ini mengumumkan telah memperluas operasinya di Jalur Gaza selatan, dengan melakukan serangan ke Rafah dan Khan Yunis.

    Tentara pendudukan juga mengatakan kalau mereka mengebom lebih dari 600 target di Jalur Gaza sebagai persiapan untuk invasi darat besar-besaran.

    IDF juga mengumumkan bahwa mereka telah mencegat sebuah roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza, setelah sirene berbunyi di pemukiman Nahal Oz di dalam wilayah Gaza.

    Sementara itu, pasukan pendudukan Israel juga terus menggusur warga Palestina dari beberapa wilayah di Gaza, dengan ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan kota Rafah saat tank-tank Israel maju ke wilayah tersebut.

    Ribuan orang juga mengungsi dari lingkungan Shujaiya di bagian timur Kota Gaza menuju lingkungan lain di kota tersebut.

    Tentara Israel memperingatkan penduduk daerah baru di Kegubernuran Gaza Utara, termasuk kamp Jabalia dan sembilan lingkungan di kota Jabalia dan Beit Hanoun, untuk mengungsi.

    Tentara pendudukan menganggap peringatan itu sebagai peringatan terakhir dan mengatakan akan melancarkan serangan ke wilayah tersebut.

    Peringatan dan perintah evakuasi paksa dari Israel terus dikeluarkan dari berbagai wilayah Jalur Gaza. 

    Militer Israel pada hari Selasa memerintahkan evakuasi beberapa lingkungan di kota Beit Hanoun dan Beit Lahia di Jalur Gaza utara, termasuk proyek Beit Lahia dan lingkungan Sheikh Zayed, Manshiyya, dan Tel al-Zaatar.

    Ini diikuti oleh peringatan lain untuk mengevakuasi seluruh Provinsi Rafah dan tiga kota di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza.

    Sejak melanjutkan genosida di Gaza pada 18 Maret, Israel telah membunuh sekitar 1.300 warga Palestina dan melukai hampir 3.000 lainnya, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita.

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

  • Kota-Kota Israel Hujan Roket, Sayap Militer Hamas: Neraka Brigade Qassam Telah Dimulai – Halaman all

    Kota-Kota Israel Hujan Roket, Sayap Militer Hamas: Neraka Brigade Qassam Telah Dimulai – Halaman all

    Kota-Kota Israel Hujan Roket, Sayap Militer Hamas: Neraka Brigade Qassam Telah Dimulai

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Hamas, mengeluarkan pernyataan pada Minggu (6/4/2025) malam setelah melancarkan serangan roket bergelombang ke kota-kota di Israel Selatan.

    Laporan media-media Israel menyatakan, serangan tersebut menghasilkan kepanikan luar biasa bagi pemukim di mana sirene peringatan serangan udara meraung-raung di berbagai wilayah.

    Dalam pernyataannya, Brigade Al Qassam menyinggung kata-kata yang kerap digemakan Amerika Serikat (AS) dan Israel soal akan terciptanya gerbang neraka di Gaza.

    Dari rentetan serangan rudal yang mereka luncurkan, Brigade Al Qassam menyebut kalau neraka dari mereka buat Israel sudah dimulai.

    Berikut pernyataan lengkap Brigade Al Qassam atas serangan roket yang mereka luncurkan ke sejumlah kota Israel tersebut:

    Atas nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 

    “Dan bukan kamu yang melempar pada waktu kamu melempar, melainkan Allah yang melempar.”

    Wahai seluruh rakyat yang tengah berjuang, wahai rakyat kami yang sabar dan tabah… Kami umumkan, dengan pertolongan Allah SWT dan tekad para mujahidin yang gagah berani, bahwa neraka Brigade Qassam telah dimulai.

    Dan inilah rudal-rudal kita yang diberkahi menghujani pemukiman musuh, mengguncang entitas yang runtuh dan menebarkan teror ke dalam hati para prajurit dan pemukimnya.

    Kami, Brigade Al-Qassam, menegaskan bahwa serangan yang diberkahi ini dilakukan sebagai respons terhadap kejahatan pendudukan Israel yang terus berlanjut terhadap rakyat kami di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem, dan sebagai respons terhadap penargetan rakyat kami dan Masjid Al-Aqsa kami yang diberkahi. 

    Kami berjanji kepada Anda bahwa masa depan lebih baik, dan api banjir tidak akan padam sampai penjajah diusir dari tanah kami, Insya Allah. 

    Kami menyerukan kepada bangsa dan rakyat kami yang heroik untuk mendukung dan membantu para pejuang mereka, karena pertempuran ini adalah pertempuran setiap orang yang merdeka, dan mendukung perlawanan adalah kewajiban setiap orang yang setia. 

    Itu adalah jihad… kemenangan atau kesyahidan.

    Brigade Izz ad-Din al-Qassam

    Jumat | 6 Syawal 1446 H bertepatan dengan 06/04/2025 M

    DIGUYUR ROKET – Tim pemadam kebakaran dan unit reaksi cepat Israel memadamkan api yang membakar sebuah mobil yang terkena roket serangan di Ashkelon, Israel, Minggu (6/4/2025). Sirene serangan udara diaktifkan di banyak kota Israel di malam itu saat serangan roket dari Gaza Tengah mengguyur kota. (Kredit Foto: Layanan Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Israel)

    Puing Berserakan di Israel

    Hamas menembakkan rentetan roket ke kota-kota di selatan Israel pada Minggu (6/4/2025).

    Serangan Hamas ini sebagai tanggapan atas “pembantaian” warga sipil oleh Israel di Gaza.

    Militer Israel mengatakan sekitar 10 proyektil ditembakkan, tetapi sebagian besar berhasil dicegat.

    Layanan darurat Israel mengatakan mereka merawat satu orang yang terluka akibat pecahan peluru.

    Kaca mobil yang pecah dan puing-puing berserakan di jalan kota, seperti yang ditunjukkan dalam video yang disebarkan oleh layanan darurat Israel.

    Sementara itu, otoritas kesehatan lokal Gaza mengatakan serangan militer Israel menewaskan sebanyak 39 orang di seluruh Jalur Gaza pada hari Minggu.

    Tak lama setelah penembakan roket, militer Israel memposting perintah evakuasi baru di X, yang menginstruksikan penduduk beberapa distrik di Kota Deir Al-Balah di Jalur Gaza bagian tengah untuk meninggalkan daerah mereka, dengan alasan penembakan roket sebelumnya.

    “Ini adalah peringatan terakhir sebelum serangan,” kata pernyataan peringatan militer tersebut, seperti diberitakan Arab News.

    Kemudian, disebutkan bahwa roket itu mengenai peluncur roket yang sebelumnya digunakan untuk meluncurkan proyektil dari Jalur Gaza.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang dalam penerbangan ke Washington untuk bertemu Presiden AS Donald Trump, diberi pengarahan tentang serangan roket tersebut oleh Menteri Pertahanannya, Israel Katz.

    Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya mengatakan bahwa Netanyahu menginstruksikan agar tanggapan yang “kuat” dilakukan dan menyetujui kelanjutan aktivitas intensif oleh militer Israel terhadap Hamas.

    Televisi Channel 12 Israel mengatakan 12 orang yang terluka ringan telah dirawat akibat tembakan roket dari Gaza, mengutip pernyataan pejabat di Rumah Sakit Bazilai di Ashkelon.

    Perang Israel di Gaza Paling Mematikan bagi Jurnalis

    Sementara itu, perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih banyak jurnalis daripada gabungan kedua perang dunia, Perang Vietnam, Perang Saudara Amerika, perang di Yugoslavia, dan perang AS di Afghanistan, menurut laporan lembaga pemikir berbasis di AS yang diterbitkan pada 1 April 2025.

    Institut Watson untuk Urusan Internasional dan Publik mengatakan perang di Gaza adalah yang paling mematikan bagi pekerja media yang pernah tercatat.

    Agresi dan serangan Israel telah menewaskan 232 jurnalis sejak Oktober 2023.

    Hal itu membuat jumlahnya menjadi rata-rata 13 wartawan yang terbunuh per minggu.

    Israel menyerang tenda-tenda media di luar dua rumah sakit besar di Jalur Gaza pada malam hari (Rumah Sakit Al Nassr di Khan Younis dan Rumah Sakit Martir Al Aqsa di kota pusat Deir al-Balah) menewaskan dua orang, termasuk Yousef al-Faqawi, dan melukai sembilan lainnya, termasuk enam wartawan, kata petugas medis pada Senin (7/4/2025).

    Dalam rekaman yang mengganggu dari serangan Israel terhadap rumah sakit Al Nassr yang beredar luas di internet, seorang jurnalis untuk Palestine Today yang melaporkan identitasnya sebagai Ahmed Mansour, terlihat dibakar hidup-hidup, sementara warga Palestina dan petugas penyelamat berusaha mati-matian untuk menyelamatkannya.

    “Rekan saya Ahmed Mansour terbakar oleh rudal (Israel) dan masih dalam perawatan intensif, menderita luka bakar serius akibat penargetan tenda tempat dia duduk di kamp jurnalis di Rumah Sakit Nasser,” kata Wael Abo Omar, jurnalis Palestina di Jalur Gaza, Senin, dilansir Al Arabiya.

    Lima belas orang lainnya tewas dalam serangan terpisah di wilayah tersebut, menurut rumah sakit.

    BOLA API – Bombardemen udara Israel ke wilayah Khan Yunis, Gaza Selatan, Senin (24/3/2025) dini hari. Israel dilaporkan melakukan lebih dari 900 pelanggaran gencatan senjata di Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Israel telah menyerbu rumah sakit beberapa kali, menuduh Hamas menggunakannya untuk tujuan militer, tuduhan yang dibantah oleh staf rumah sakit.

    Militer Israel mengatakan telah menyerang seorang militan Hamas, tanpa memberikan informasi lebih lanjut.

    Militer mengklaim bahwa mereka mencoba untuk menghindari melukai warga sipil dan menyalahkan Hamas atas kematian mereka dengan mengatakan bahwa kelompok tersebut sangat kuat di daerah permukiman.

    Menurut lembaga pemikir tersebut, sebagian besar wartawan yang terluka atau terbunuh, seperti yang terjadi di Gaza, adalah wartawan lokal.

    Lembaga tersebut memperingatkan bahwa pembunuhan terhadap wartawan akan “merusak liputan berita” dan memfasilitasi terciptanya apa yang disebutnya sebagai “kuburan berita.”

    “Reporter lokal tidak hanya menghadapi risiko besar, berdiri sendiri menghadapi kekerasan luar biasa; hal ini juga merusak liputan berita dan sebagai hasilnya, ekosistem informasi di seluruh dunia,” kata Watson Institute for International and Public Affairs.

    Sebagai informasi, tahap pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 19 Januari 2025 setelah 15 bulan perang dan melibatkan penghentian pertempuran, pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan oleh Hamas, dan pembebasan beberapa tahanan Palestina.

    Namun, Israel mengatakan pada 19 Maret bahwa pasukannya melanjutkan operasi darat di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan.

    Kedua pihak saling menyalahkan atas kebuntuan dalam pembicaraan gencatan senjata.

    Lebih dari 50.000 warga Palestina tewas akibat serangan Israel di Gaza, kata pejabat Palestina.

    Israel memulai serangannya setelah ribuan orang bersenjata pimpinan Hamas menyerang masyarakat di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menculik 251 orang sebagai sandera, menurut penghitungan Israel.

     
     

  • Penangkapan Rodrigo Duterte Guncang Dunia, ICC Kirim Sinyal Keras untuk Putin dan Netanyahu – Halaman all

    Penangkapan Rodrigo Duterte Guncang Dunia, ICC Kirim Sinyal Keras untuk Putin dan Netanyahu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Penangkapan dramatis mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Maret 2025 lalu, mengejutkan dunia internasional.

    Selama ini, Rodrigo Duterte telah lama dikritik atas kebijakan perang terhadap narkoba yang brutal.

    Duterte ditangkap dan langsung dibawa ke Belanda untuk mempertanggungjawabkan tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan di hadapan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

    Dikutip dari CNN, penangkapannya menjadi peristiwa langka.

    Surat perintah penahanan terhadap Duterte dikeluarkan secara rahasia dan langsung dieksekusi dalam hitungan jam.

    Hal ini berbeda dari penangkapan pemimpin lain yang umumnya melalui proses panjang dan terbuka.

    “Ini pertama kalinya kami melihat hal ini di ICC,” kata Leila Sadat, profesor hukum pidana internasional dari Universitas Washington dan mantan penasihat ICC.

    Duterte, yang kini berusia 80 tahun, dituding bertanggung jawab atas kematian lebih dari 6.000 orang selama operasi antinarkoba di Filipina.

    Pemantau independen memperkirakan jumlah korban jauh lebih tinggi.

    Penangkapan ini dianggap sebagai preseden penting bagi kemungkinan penuntutan pemimpin dunia lainnya yang diburu ICC, seperti Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Faktor politik masih menjadi penghalang besar.

    Netanyahu baru-baru ini mengunjungi Hungaria tanpa ditangkap, meskipun negara itu adalah anggota ICC dan secara hukum wajib menahan siapapun yang dicari pengadilan.

    Bahkan, Budapest justru menyatakan akan keluar dari ICC.

    Selanjutnya, Netanyahu dijadwalkan bertemu Presiden AS Donald Trump untuk membahas “pertarungan di Mahkamah Pidana Internasional”, menurut kantornya.

    Putin sendiri juga berada dalam daftar buron ICC sejak Maret 2023 atas dugaan mendeportasi anak-anak Ukraina secara ilegal ke Rusia.

    Rusia bukan anggota ICC, sehingga kemungkinan Putin ditangkap sangat kecil — kecuali ia bepergian ke negara yang bersedia menjalankan surat perintah ICC.

    “Putin telah dicap sebagai penjahat perang,” kata Sadat, meskipun kecil kemungkinan ia akan ditahan selama masih menjabat.

    Sebaliknya, nasib Netanyahu bisa lebih rentan. Israel adalah negara demokrasi dengan sistem peralihan kekuasaan, seperti Filipina.

    Netanyahu saat ini juga menghadapi kasus korupsi di dalam negeri dan tekanan politik yang kian besar.

    Pada November 2024, ICC juga mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan selama perang Israel-Hamas di Gaza.

    Sebaliknya, ICC juga mengejar pemimpin Hamas atas kejahatan selama serangan 7 Oktober 2023.

    Surat perintah tersebut dikecam luas oleh politisi Israel, yang menyebut tindakan ICC “anti-Yahudi”.

    AS dan negara-negara sekutu Israel turut mengecam langkah tersebut.

    Ironisnya, Prancis yang sebelumnya mendukung surat perintah untuk Putin, menolak mendukung surat perintah terhadap Netanyahu — dengan alasan Israel bukan anggota ICC.

    Langkah ini memunculkan tudingan standar ganda dalam penegakan hukum internasional.

    “Negara tidak dapat mengklaim keberhasilan keadilan internasional jika mereka tidak berkomitmen menegakkan hukum secara setara,” kata James Joseph dari Jurist News.

    Pengadilan Internasional memang memiliki tantangan besar.

    Dari 60 surat perintah penangkapan sejak didirikan, hanya 11 orang yang pernah dihukum — semuanya dari Afrika.

    Sebanyak 31 tersangka masih bebas.

    ICC dituduh terlalu fokus pada Afrika.

    Sadat mengatakan hal itu karena pada awal berdirinya, banyak negara Afrika justru meminta ICC turun tangan menyelidiki konflik brutal yang sedang terjadi di wilayah mereka.

    Kini, fokus ICC mulai bergeser.

    Suriah adalah contoh lain di mana ICC baru mendapat akses setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada akhir 2024.

    Pemerintahan sementara yang baru membuka pintu bagi penyelidikan.

    Di Filipina, perubahan politik juga menjadi kunci.

    Awalnya Presiden Ferdinand Marcos Jr menolak bekerja sama dengan ICC.

    Setelah hubungan politik dengan keluarga Duterte memburuk, sikap Manila berubah drastis.

    “Ada yang beranggapan bahwa semua ini hanya soal politik,” kata Gregory Gordon, profesor hukum di Universitas Peking, Shenzhen.

    Namun, ia tetap optimis kalau penangkapan Duterte menunjukkan hukum internasional bisa bekerja — meski lambat dan penuh tantangan.

    “Ini bisa jadi awal runtuhnya budaya impunitas,” tutup Gordon.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • 90 Persen Kawasan Permukiman Kota Rafah Dihancurkan Israel

    90 Persen Kawasan Permukiman Kota Rafah Dihancurkan Israel

    PIKIRAN RAKYAT – Israel telah menghancurkan 90 persen kawasan permukiman Kota Rafah, Gaza Selatan mulai sejak Oktober 2023.

    Kantor media pemerintah gaza mengatakan bahwa tentara Israel telah menghancurkan area seluas 12.000 meter persegi di Rafah dan mengubah kota itu sebagai salah satu contoh paling mengerikan dari genosida juga pembersihan etnis di zaman modern.

    Kantor tersebut mengatakan 22 dari 24 sumur air di Rafah telah dihancurkan, an membuat puluhan ribu orang tidak bisa mendapatkan air minum yang bersih.

    Kerusakan tersebut juga mencangkup 320 kilometer jalan di Rafah, dan memperingatkan kota itu dan kini terkontaminasi dan tidak layak huni.

    Selain itu, kantor itu juga menuntut tekanan segera terhadap Israel untuk menarik diri dari Rafah, yang memungkinkan para pengungsi kembali, membuka koridor aman untuk pengiriman bantuan, dan meluncurkan upaya rekonstruksi di kota yang hancur itu.

    Diketahui, pada pekan lalu Kepala otoritas Israel yakni Benjamin Netanyahu telah bersumpah akan meningkatkan serangan ke Gaza untuk melaksanakan rencana Presiden AS Donald Trump dalam memindahkan warga Palestina dari wilayah itu.

    Setelah serangan tersebut hampir 50.700 warga Palestina terbunuh di Gaza sejak Oktober 2023 yang sebagian besar diantaranya adalah perempuan dan anak-anak.

    Mahkamah Pidana Internasional telah mengeluarkan perintah penangkapan pada bulan November lalu terhadap Netanyahu dan mantan kepala pertahanannya, Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Selain itu, faksi-faksi Palestina telah menyerukan pemogokan umum pada Senin, 7 April 2025 untuk meningkatkan tekanan pada Israel agar menghentikan perang genosida yang dilakukan di jalur Gaza.

    Faksi-faksi tersebut menyatukan seluruh warga palestina di wilayah pendudukan, kamp-kamp pengungsi di luar negeri dan para pendukung untuk ikut serta dalam pemogokan yang direncanakan untuk menyoroti pembantaian dan kejahatan yang dilakukan Israel.

    Hal tersebut bertujuan untuk menyoroti pembunuh warga sipil, anak-anak, dan perempuan dan penghancuran yang tujuannya untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka.

    Mereka juga menyerukan itu untuk menghentikan perang Israel i Gaza mengingat kegagalan komunitas internasional untuk menjatuhkan sanksi terhadap pendudukan atau meminta pertanggungjawaban pemerintah teroris zionis itu. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Goyah 50 Persen Lebih Dukungan Koalisi Beralih, Sirine Berbunyi di 4 Kota, Balasan Al-Qassam – Halaman all

    Israel Goyah 50 Persen Lebih Dukungan Koalisi Beralih, Sirine Berbunyi di 4 Kota, Balasan Al-Qassam – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perpecahan politik semakin menjadi dalam penanganan Israel atas perang Gaza.

    Para pemimpin oposisi menuduh pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu gagal melindungi warga, tak lama setelah rentetan roket baru dari Gaza menghantam Israel selatan.

    Pemimpin oposisi Yair Lapid meminta pemerintah untuk mengundurkan diri.

    Ia menyebut Netanyahu telah “meninggalkan” masyarakat di tengah permusuhan yang sedang berlangsung.

    “Sepuluh roket ditembakkan ke Israel saat Netanyahu sedang berlayar di Sungai Danube,” kata Lapid, merujuk pada kunjungan perdana menteri ke luar negeri.

    Mantan Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel Benny Gantz juga mengkritik pemerintah.

    Dirinya memperingatkan Israel layak mendapatkan kepemimpinan yang berfokus pada mengalahkan musuh-musuh, bukan pada kekacauan internal.

    Menteri Keuangan Bezalel Smotrich membela pendekatan garis keras koalisi, dengan menegaskan bahwa serangan roket yang baru-baru ini terjadi memperkuat kebutuhan untuk “menghancurkan Hamas tanpa penundaan.”

    Dampak politik terjadi saat sirene berbunyi di Ashdod, Ashkelon, Yavne, dan wilayah selatan Tel Aviv.

    Militer Israel mengatakan sekitar 10 roket ditembakkan dari Gaza ke wilayah Lachish.

    Sebagian besar berhasil dicegat, tetapi beberapa menyebabkan cedera dan kerusakan, termasuk di Ashkelon, tempat layanan darurat melaporkan sedikitnya tiga warga sipil terluka.

    Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan menyebutnya sebagai balasan atas serangan udara Israel di Gaza.

    Perang yang sedang berlangsung tersebut telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 115.000 orang, menurut pejabat kesehatan Gaza.

    Media Israel melaporkan meningkatnya tekanan publik untuk mencapai kesepakatan penyanderaan.

    Sebuah jajak pendapat Channel 12 menunjukkan 90 persen pemilih oposisi dan lebih dari separuh pendukung koalisi mendukung kesepakatan untuk membebaskan tawanan yang tersisa dan mengakhiri perang.

    Keluarga dari 59 sandera yang masih ditawan di Gaza mengungkapkan rasa frustrasi yang semakin meningkat, memperingatkan bahwa pertempuran yang baru akan menempatkan orang yang mereka cintai pada risiko yang lebih besar.

    Serangan Balasan

    Brigade Al-Qassam, mengumumkan mereka telah membombardir kota Ashdod dengan rentetan roket.

    Serangan tersebut sebagai respons atas pembantaian Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza.

    “Brigade Qassam membombardir kota Ashdod yang diduduki dengan rentetan roket sebagai respons atas pembantaian warga sipil oleh Zionis,” tulis Brigade Al-Qassam dalam postingannya di Telegram, Senin (7/4/2025).

    Setelah peluncuran roket tersebut, sirene berbunyi di pinggiran selatan Tel Aviv, Ashkelon, dan Ashdod, mendorong penduduk untuk menuju tempat perlindungan dan mengantisipasi serangan roket berikutnya.

    “Tujuh orang terluka dan dipindahkan ke Rumah Sakit Barzilai di Ashkelon setelah sebuah roket jatuh di kota itu,” lapor Channel12 Israel.

    “Tim penyelamat menanggapi empat lokasi di mana pecahan peluru dan mungkin roket jatuh di Ashdod dan Ashkelon,” lapor media Israel.

    Sementara itu, pihak berwenang mengatakan 12 warga Israel terluka dalam serangan roket di Ashkelon.

    Beberapa di antaranya adalah sejumlah orang yang terluka saat berlari menuju tempat perlindungan.

    Pemerintah Kota Ashkelon melaporkan sebuah roket jatuh di kota itu, menyebabkan kerusakan properti dan kemungkinan luka ringan pada satu orang.

    Layanan ambulans Israel mengatakan krunya sedang menangani empat lokasi di mana pecahan rudal jatuh.

    “Kami telah mendatangi daerah-daerah di mana sirene berbunyi setelah serangan roket dan akan memberikan informasi kemudian,” kata Layanan Ambulans Israel.

    Sementara tentara pendudukan Israel mengumumkan setidaknya 10 rudal diluncurkan dari Gaza pada malam ini.

    Mereka mengatakan sebagian besar roket itu berhasil dicegat, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Peluncuran roket ini terjadi setelah Israel memperluas serangan udara dan darat di Jalur Gaza.

    Pada 18 Maret 2025, Israel meluncurkan serangan udara dan melanggar perjanjian gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas di Jalur Gaza pada 19 Januari lalu.

    Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Jalur Gaza membunuh lebih dari 50.669 warga Palestina dan melukai lebih dari 115.225 lainnya, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza hingga hari Minggu (6/4/2025).

    Selain itu, 36 warga Palestina tewas dalam serangan Israel selama 24 jam terakhir di Jalur Gaza, seperti dilaporkan Anadolu Agency.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha, Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Netanyahu Perintahkan ‘Respons Keras’ setelah Hamas Tembakkan Roket dari Gaza ke Israel – Halaman all

    Netanyahu Perintahkan ‘Respons Keras’ setelah Hamas Tembakkan Roket dari Gaza ke Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kantor Perdana Menteri Israel mengumumkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan militer Israel untuk merespons rentetan roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza pada Senin (7/4/2025).

    Perintah itu disampaikan langsung kepada Menteri Pertahanan, Yisrael Katz, ketika Netanyahu berada di pesawat Zionist Wing dalam perjalanan ke Washington untuk bertemu sekutunya, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    “Netanyahu mengeluarkan instruksi untuk menanggapi dengan tegas dan menyetujui kelanjutan operasi intensif yang dilakukan oleh tentara pendudukan di Gaza,” kata kantor Netanyahu, Senin.

    Tak lama setelah menerima perintah itu, Menteri Pertahanan Israel mengatakan tentara pendudukan akan memperluas operasi militer di Jalur Gaza.

    “Kami tidak akan menerima penembakan rudal ke Israel,” ujarnya, seperti diberitakan Al Arabiya.

    Militer Israel kemudian mengeluarkan peringatan kepada penduduk Palestina di beberapa lingkungan di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, untuk mengungsi karena roket telah ditembakkan dari daerah itu dan mereka akan memperluas operasi militernya di sana.

    Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, meminta semua penduduk Jalur Gaza di lingkungan Al-Sahaba, Al-Samah, Al-Awda, Al-Zawaida, dan Al-Salah untuk bergerak menuju Al-Mawasi.

    “Kami akan menyerang dengan kekuatan besar setiap area tempat roket diluncurkan,” tulis Avichay Adraee pada platform X.

    Sebelumnya, Brigade Al-Qassam menembakkan serangkaian roket ke Ashkelon dan Ashdod pada dini hari sebagai tanggapan atas kejahatan pendudukan Israel di Jalur Gaza, seperti diberitakan Al Mayadeen.

    Pihak berwenang Israel melaporkan 12 warga terluka saat menuju tempat perlindungan.

    Sejak 18 Maret 2025, Israel memulai kembali serangannya di Jalur Gaza dan melanggar perjanjian gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas pada 19 Januari lalu.

    Jumlah korban tewas di Jalur Gaza mencapai 1.335 orang dan 3.297 lainnya terluka sejak 18 Maret.

    Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengumumkan pada Minggu (6/4/2025), jumlah korban tewas akibat pemboman Israel meningkat menjadi 50.695 dan 115.338 orang terluka sejak 7 Oktober 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Netanyahu Dikecam Karena Berlibur Saat Sandera Masih Ada di Hamas, Korban Gaza Tembus 50 Ribu Jiwa – Halaman all

    Netanyahu Dikecam Karena Berlibur Saat Sandera Masih Ada di Hamas, Korban Gaza Tembus 50 Ribu Jiwa – Halaman all

    Netanyahu Dikecam Karena Asyik Berlibur Saat Sandera Masih Ada di Hamas, Korban Gaza Tembus 50 Ribu Jiwa

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dicerca karena keputusannya untuk memperpanjang perjalanan diplomatik terakhirnya ke Hungaria sehingga ia dapat menghabiskan akhir pekan bersama istrinya.

    Keputusan itu dilakukan Netanyahu saat 59 sandera Israel masih ditahan oleh Hamas di Gaza, RNTV melaporkan, Minggu (6/4/2025).

    Jon Polin, ayah dari tawanan Hersh Goldberg-Polin yang meninggal dalam tahanan tahun lalu, berkata: “Tidak semuanya politis. Beberapa hal memang manusiawi. Orang-orang Israel yang patut dicontoh layak mendapatkan yang lebih. Lakukan hal-hal dengan konsensus yang luas. Bawa kembali 59 orang yang kita cintai.”

    “Terima tanggung jawab, katakan ‘saya minta maaf’, [bentuk komisi penyelidikan nasional, [majukan] pembagian tugas nasional yang adil,” kata Polin di akun X miliknya.

    “Cukup dengan perpecahan, berhenti menyalahkan, berhenti memecah belah, berhenti mengabaikan keinginan rakyat, cukup dengan video-video TikTok yang paranoid,” katanya, merujuk pada video-video pidato yang disampaikan dan diunggah Netanyahu di media sosial.

    “Mengapa berlibur saat perang? Kami orang Israel pantas mendapatkan yang lebih baik!”

    PERDANA MENTERI ISRAEL – Tangkapan layar ini diambil pada Rabu (12/2/2025) dari Instagram Netanyahu, memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato dan mengancam akan mengakhiri perjanjian gencatan senjata dengan Hamas jika Hamas tidak membebaskan sandera Israel pada Sabtu (15/2/2025). Sebelumnya pada Senin (10/2/2025), Hamas mengumumkan akan menunda pertukaran sandera sampai Israel berhenti melanggar perjanjian gencatan senjata. (Instagram/b.netanyahu)

    Hongaria Umumkan Penarikan Diri dari ICC saat Netanyahu Kunjungi Budapest

    Bertepatan dengan kedatangan Benjamin Netanyahu ke Budapest untuk kunjungan diplomatik, Hongaria secara resmi mengumumkan keputusannya untuk menarik diri dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

    Pengumuman tersebut dibuat pada Kamis oleh Gergely Gulyás, Kepala Staf Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán, yang menyatakan bahwa proses penarikan akan segera dimulai.

    Waktu keputusan ini telah menarik perhatian besar, karena kunjungan Netanyahu menandai perjalanan pertamanya ke negara Eropa sejak ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya pada bulan November atas kejahatan perang di Gaza.

    Pengadilan juga mengeluarkan surat perintah serupa terhadap mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant.

    Keputusan Hongaria untuk meninggalkan ICC dipandang sebagai tantangan langsung terhadap kebijakan Uni Eropa dan Statuta Roma, perjanjian yang membentuk pengadilan tersebut.

    Selama kunjungan empat harinya, Netanyahu dan istrinya, Sara, menghadiri resepsi penyambutan yang diselenggarakan oleh Orbán.

    Kunjungan tersebut secara luas ditafsirkan sebagai bagian dari strategi ‘Israel’ yang lebih luas untuk melemahkan legitimasi tindakan ICC dan mendapatkan dukungan internasional terhadap surat perintah penangkapan.

    Organisasi hak asasi manusia internasional, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, telah mengecam kunjungan Netanyahu ke Hungaria.

    Mereka mendesak pemerintah Hungaria untuk menahan Netanyahu saat ia tiba dan menyerahkannya ke ICC, sesuai dengan kewajiban hukum internasional.

    Penarikan diri Hongaria dari ICC menimbulkan pertanyaan tentang masa depan keadilan internasional dan efektivitas mekanisme global yang dirancang untuk meminta pertanggungjawaban para pemimpin atas dugaan kejahatan perang.

    Langkah ini diperkirakan akan semakin membebani hubungan antara Hongaria dan negara Eropa lainnya yang tetap berkomitmen pada yurisdiksi ICC.

    SITUASI GAZA – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Kamis (20/3/2025) yang menunjukkan kondisi Gaza setelah Israel lancarkan serangan udara selama 2 hari sejak Selasa (18/3/2025) banyak warga yang dipaksa mengungsi. Israel membuat pernyataan pada hari Rabu (19/3/2025) bahwa pihaknya telah meluncurkan ‘operasi darat terbatas’ di Gaza tengah. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)

    Korban Jiwa di Gaza Tembus 50 Ribu

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan hari ini, Minggu, kalau serangan Pasukan Pendudukan Israel (IDF) di Jalur Gaza telah menyebabkan 26 orang tewas dan 113 orang terluka selama 24 jam terakhir.

    Kementerian memperingatkan kalau masih ada sejumlah korban di bawah reruntuhan dan di jalan, dan bahwa IDF mencegah ambulans dan kru pertahanan sipil menjangkau mereka.

    Diumumkan bahwa jumlah total korban tewas akibat agresi Israel telah meningkat menjadi 50.695 jiwa dan 115.338 orang yang terluka sejak 7 Oktober 2023.

    Jumlah korban sejak Israel melanggar gencatan senjata dan melanjutkan serangannya (18 Maret) di Gaza adalah 1.335 orang yang menjadi martir dan 3.297 orang yang terluka.

  • Israel Serang Khan Younis: Warga Sebut Klaim Targetkan Hamas Bohong – Halaman all

    Israel Serang Khan Younis: Warga Sebut Klaim Targetkan Hamas Bohong – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel melancarkan pengeboman di Khan Younis, Gaza selatan, yang menewaskan sembilan orang, termasuk perempuan dan anak-anak.

    Jamal al-Mdhoun, seorang penduduk setempat, menceritakan pengalaman traumatisnya saat serangan terjadi pada Minggu, 6 April 2025.

    Jamal al-Mdhoun menjelaskan, “Kami sedang tidur nyenyak dan tiba-tiba rumah-rumah diratakan. Atap rumah dirobohkan dan menimpa kepala wanita dan anak-anak yang tidak bersalah.”

    Ia menambahkan, “Rudal-rudal yang cukup berat untuk menghancurkan gunung ditembakkan ke anak-anak.”

    Ia menegaskan bahwa delapan mayat yang dievakuasi semuanya adalah perempuan dan anak-anak, tanpa satu pun laki-laki.

    Jamal juga menuduh Israel menyebarkan klaim palsu bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menargetkan pejuang Hamas.

    “Semua itu bohong. Tujuan mereka adalah membunuh manusia mana pun yang beridentitas Muslim,” ungkapnya.

    Pengerahan Pasukan Israel

    Sementara itu, pasukan Israel dikerahkan ke koridor keamanan yang baru dibangun di Gaza selatan, menurut laporan militer Israel pada Sabtu, 5 April 2025.

    Pengerahan ini dilakukan di tengah meningkatnya tekanan terhadap Hamas setelah beberapa minggu perang yang berkepanjangan.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan pembangunan Koridor Morag yang akan memisahkan kota Rafah dari wilayah Gaza lainnya.

    Dampak Kemanusiaan

    Konflik ini telah menyebabkan lebih dari 50.000 warga Palestina tewas di Gaza, banyak di antaranya adalah wanita dan anak-anak.

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa mayoritas korban adalah warga sipil.

    Sementara itu, Israel mengklaim telah menewaskan sekitar 20.000 militan, namun tidak memberikan bukti yang jelas.

    Perang ini merupakan konflik paling mematikan dan merusak antara Israel dan Hamas, dengan banyak wilayah Gaza hancur dan penduduknya terpaksa mengungsi.

    Organisasi hak asasi manusia menyebutkan bahwa taktik yang digunakan Israel dalam serangan ini dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Israel Terus Bom Gaza, Warga Khan Younis Sebut Zionis Bohong soal Targetkan Hamas atas Serangannya – Halaman all

    Israel Terus Bom Gaza, Warga Khan Younis Sebut Zionis Bohong soal Targetkan Hamas atas Serangannya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel melakukan pengeboman rumah yang menewaskan sembilan orang di Khan Younis, Gaza selatan.

    Jamal al-Mdhoun, seorang penduduk Khan Younis, menceritakan kepada Al Jazeera bagaimana ia selamat dari pengeboman rumah itu, Minggu (6/4/2025).

    “Kami sedang tidur nyenyak, dan tiba-tiba, rumah-rumah diratakan, atap-atap rumah dirobohkan dan menimpa kepala wanita dan anak-anak yang tidak bersalah.”

    “Rudal-rudal yang cukup berat untuk menghancurkan gunung-gunung ditembakkan ke anak-anak,” ungkapnya.

    “Kami mengeluarkan delapan mayat, semuanya perempuan dan anak-anak – tidak ada satu pun laki-laki,” jelasnya.

    Jamal al-Mdhoun menyebut Israel juga menyebarkan klaim palsu bahwa serangannya di Gaza untuk menargetkan para pejuang.

    Israel sebelumnya mengklaim melancarkan serangan besar-besaran di Gaza karena menargetkan kelompok militan Palestina, Hamas.

    “Mereka menyebarkan klaim palsu (bahwa mereka menargetkan para pejuang). Semuanya bohong.”

    “Tujuan mereka adalah membunuh manusia mana pun yang beridentitas Muslim.”

    “Para wanita dan anak-anak yang tidak bersalah itu semuanya hancur berkeping-keping,” tutur Jamal al-Mdhoun.

    Pasukan Israel Dikerahkan ke Koridor Keamanan Baru

    Diberitakan AP News, pasukan Israel dikerahkan ke koridor keamanan yang baru dibangun di Gaza selatan.

    Hal ini diumumkan militer Israel pada Sabtu (5/4/2025), saat tekanan terhadap kelompok militan Hamas meningkat beberapa minggu setelah perang dimulai kembali.

    Pada Rabu (2/4/2025), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan Koridor Morag baru dan mengisyaratkan pembangunan itu akan memisahkan kota selatan Rafah, yang telah diperintahkan Israel untuk dievakuasi, dari wilayah Gaza lainnya.

    Pernyataan militer Israel mengatakan pasukan dari Divisi ke-36 telah dikerahkan.

    Tidak jelas berapa banyak, atau di mana tepatnya koridor baru itu berada.

    Morag adalah nama permukiman Yahudi yang dulunya berdiri di antara Rafah dan Khan Younis, dan Netanyahu telah mengisyaratkan bahwa koridor itu akan membentang di antara kota-kota itu.

    Peta yang diterbitkan oleh media Israel menunjukkan koridor tersebut membentang sepanjang jalur pantai sempit dari timur ke barat.

    Netanyahu mengatakan itu akan menjadi “ koridor Philadelphia kedua,” mengacu pada sisi Gaza yang berbatasan dengan Mesir di selatan, yang telah berada di bawah kendali Israel sejak Mei lalu.

    Bulan lalu, Israel menghancurkan gencatan senjata di Gaza dengan pemboman mendadak setelah mencoba menekan Hamas agar menerima usulan persyaratan baru untuk gencatan senjata yang telah berlaku sejak Januari 2025.

    Israel dengan cepat menegaskan kembali kendali atas koridor Netzarim yang memisahkan sepertiga utara Gaza, termasuk Kota Gaza, dari sisa wilayah tersebut.

    Koridor Philadelphia dan Netzarim membentang dari perbatasan Israel hingga Laut Mediterania.

    “Kami memotong jalur itu, dan kami meningkatkan tekanan selangkah demi selangkah, sehingga mereka akan menyerahkan sandera kami,” kata Netanyahu, Rabu.

    BOMBARDIR ISRAEL – Pesawat Israel membombardir daerah pemukiman di Khan Younis, Gaza selatan saat warga Palestina merayakan Hari Raya Idul Fitri pada Minggu (30/3/2025). (Telegram Quds News Network)

    Sebagai informasi, Israel berjanji akan meningkatkan pertempuran dengan Hamas hingga kelompok militan itu mengembalikan sandera yang tersisa yang ditawan dalam serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang, melucuti senjata, dan meninggalkan wilayah tersebut.

    Israel kembali menghentikan semua pasokan makanan, bahan bakar, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza dalam upaya lain untuk menekan kelompok militan tersebut dan lebih dari 2 juta warga Palestina di wilayah itu.

    Kelompok hak asasi manusia mengatakan taktik itu adalah kejahatan perang.

    Gaza sangat bergantung pada bantuan kemanusiaan, dan penduduknya tidak dapat dengan mudah pergi.

    Hamas mengatakan hanya akan membebaskan 59 sandera yang tersisa — 24 orang diyakini masih hidup — sebagai imbalan atas pembebasan lebih banyak tahanan Palestina, gencatan senjata yang langgeng, dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

    Kelompok itu telah menolak tuntutan agar mereka meletakkan senjata atau meninggalkan wilayah itu.

    Serangan pada 7 Oktober di Israel selatan menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.

    Sekitar 251 sandera disandera, sebagian besar dibebaskan berdasarkan perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan lainnya.

    Lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas di Gaza selama serangan Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

    Kementerian tersebut tidak menyebutkan apakah mereka warga sipil atau kombatan, tetapi mengatakan mayoritas adalah wanita dan anak-anak.

    Israel mengatakan telah menewaskan sekitar 20.000 militan, tanpa memberikan bukti.

    Di antara korban tewas di Gaza terdapat 15 petugas medis Palestina yang dibunuh bulan lalu oleh pasukan Israel, yang kemudian menghancurkan mayat-mayat tersebut bersama dengan kendaraan mereka yang hancur, dan mengubur mereka di kuburan massal.

    Perang ini merupakan pertempuran paling mematikan dan paling merusak yang pernah terjadi antara Israel dan Hamas.

    Perang ini telah menyebabkan sebagian besar wilayah Gaza hancur dan sebagian besar penduduknya mengungsi, bahkan berkali-kali.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel