Tag: Benjamin Netanyahu

  • Kita Harus Bersikap Baik kepada Gaza

    Kita Harus Bersikap Baik kepada Gaza

    PIKIRAN RAKYAT – Saat ini warga Palestina di Jalur Gaza sedang menderita imbas serangan demi serangan serta blokade bantuan yang dilakukan Israel penjajah. Kondisi ini kian parah dari waktu ke waktu dan menuai kecaman dunia internasional.

    Kendati sudah banyak kecaman dan desakan, Israel tutup mata dan melanjutkan serangan serta blokade. Sejak 7 Oktober 2023, Israel menewaskan 52.243 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan wanita, dan melukai 117.639 lainnya berdasarkan laporan otoritas kesehatan setempat.

    Melihat kondisi tersebut, sekutu Israel Amerika Serikat melalui sang Presiden Donald Trump meminta Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk bersikap ‘baik’ kepada warga di Jalur Gaza.

    Trump juga mengatakan pihaknya akan mengurus bantuan internasional yang telah ditahan oleh Israel selama lebih dari tujuh minggu. 

    “Orang-orang itu menderita. Kita harus bersikap baik kepada Gaza. Kita akan mengurusnya. Ada kebutuhan yang sangat besar untuk obat-obatan, makanan, dan obat-obatan, dan kita akan mengurusnya,” tuturnya dilaporkan Anadolu Agency.

    Saat ditanya apakah AS akan mendorong Israel agar mengizinkan masuknya bantuan ke Gaza, Trump berkata: “Ya”.Militer Israel memperkirakan, dalam dua minggu ke depan akan terjadi krisis besar di daerah tersebut.

    Situs berita Israel, Walla menyebut militer Israel tidak khawatir dengan krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza. Warga Palestina di Gaza telah hidup tanpa bantuan selama 51 hari terakhir sejak blokade total Israel.

    “Dalam dua minggu, krisis besar akan dimulai di Jalur Gaza terkait makanan, peralatan medis, dan obat-obatan,” kata sumber di Komando Selatan Israel, yang berbicara kepada Walla.

    Menurut sumber tersebut, warga Palestina di Gaza akan beradaptasi dalam beberapa bulan mendatang. Syaratnya, warga di Gaza harus memiliki tepung, air, dan tempat berlindung yang layak.

    Soal bantuan internasional, militer Israel dilaporkan tidak tertarik dengan hal itu dan lebih peduli dengan langkah yang akan diambil kelompok pejuang Palestina, Hamas. 

    Sumber-sumber tersebut menduga Hamas akan menggunakan krisis kemanusiaan ini untuk memaksa Israel mengirimkan makanan dan obat-obatan, dengan menggunakan laporan media internasional mengenai situasi tersebut sebagai pengaruh.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Peringatan Holocaust: PM Israel Netanyahu sebut Hamas ‘Nazi’ – Halaman all

    Peringatan Holocaust: PM Israel Netanyahu sebut Hamas ‘Nazi’ – Halaman all

    Diperingati di Israel dan oleh komunitas Yahudi di seluruh dunia, Hari Peringatan Holocaust tahun ini dimulai dengan sebuah upacara pada Rabu (23/04) malam di Yad Vashem, sebuah museum Holocaust paling terkenal di dunia yang terletak di Yerusalem.

    Upacara tersebut berlangsung di tengah perang yang masih berlangsung di Gaza serta situasi politik di Israel yang berpotensi berkembang menjadi krisis konstitusional yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pejabat Israel, duta besar, dan para penyintas Holocaust turut hadir dalam upacara peringatan itu.

    Sebagian negara di dunia memperingati Hari Peringatan Holocaust Internasional pada 27 Januari, tanggal saat kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau dibebaskan oleh Tentara Merah Soviet. Namun, Israel dan diaspora Yahudi memiliki hari peringatan mereka sendiri, yaitu tanggal 27 Nissan dalam kalender Ibrani. Tanggal itu dipilih karena berkaitan dengan dimulainya Pemberontakan Ghetto Warsawa pada April 1943.

    Netanyahu: Hamas ingin ‘memusnahkan semua orang Yahudi’

    Sama seperti tahun lalu, upacara resmi dan pidato pada Rabu malam (23/04) berfokus pada serangan teroris oleh kelompok militan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang, dan perang yang dimulai Israel di Gaza setelahnya. Hamas telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Israel, Jerman, AS, dan negara-negara lainnya.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang datang terlambat ke upacara tersebut karena mengatakan ada insiden keamanan, sekali lagi mengulang perbandingannya antara anggota Hamas dengan “Nazi, seperti Hitler,” yang bertanggung jawab atas kematian 6 juta orang Yahudi Eropa selama Perang Dunia II.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang terlambat hadir di upacara karena menurut kantornya ada insiden keamanan, sekali lagi membandingkan anggota Hamas dengan “Nazi, seperti Hitler,” yang bertanggung jawab atas kematian 6 juta orang Yahudi selama Perang Dunia II.

    “Mereka ingin membunuh, memusnahkan semua orang Yahudi,” kata Netanyahu. “Mereka secara terbuka menyatakan niat mereka untuk menghancurkan negara Yahudi, dan hal itu tidak akan terjadi.”

    Kepala Yad Vashem, Dani Dayan, telah berulang kali meminta untuk tidak membandingkan serangan teroris 7 Oktober dengan Holocaust, demi menghindari pengabaian pentingnya kedua peristiwa tersebut.

    Penyintas Holocaust serukan pembebasan sandera di Gaza

    Beberapa sandera yang dibebaskan dari tawanan Hamas di Gaza juga hadir saat acara Hari Peringatan Holocaust ini dimulai.

    Penyintas lainnya, serta keluarga dari warga Israel yang saat ini masih disandera Hamas di Gaza, berangkat ke Polandia untuk berpartisipasi dalam “March of the Living”, sebuah acara tahunan untuk memperingati perjalanan kematian korban Holocaust dari Auschwitz ke Birkenau.

    Selama upacara resmi di Yerusalem pada Rabu (23/04) malam, penyintas Holocaust kelahiran Tunisia, Gad Fartouk, melanggar protokol dengan berteriak agar para sandera dikembalikan ke rumah mereka sambil menyalakan salah satu dari enam obor sebagai penghormatan bagi orang Yahudi yang dibunuh dalam Holocaust.

    Fartouk, 93, penyintas Holocaust pertama keturunan Afrika Utara yang menyalakan obor peringatan selama upacara resmi, mengatakan kepada media Israel, Ynet, bahwa dia merasa “kosong” jika tidak menyebutkan 59 sandera — dimana sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup — yang hingga kini masih ditahan oleh Hamas di Gaza.

  • Orang Yahudi akan Bunuh Orang Yahudi, Politisi Israel Peringatkan akan Kemungkinan Perang Saudara – Halaman all

    Orang Yahudi akan Bunuh Orang Yahudi, Politisi Israel Peringatkan akan Kemungkinan Perang Saudara – Halaman all

    Orang Yahudi akan Bunuh Orang Yahudi, Politisi Israel Peringatkan akan Kemungkinan Perang Saudara

    TRIBUNNEWS.COM-  Perang Benjamin Netanyahu tidak hanya terjadi di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, Lebanon, Suriah, Yaman, Iran, Irak – tetapi juga terjadi di lembaga-lembaga Israel sendiri, partai-partai oposisi, dan sisa-sisa terakhir pertikaian internal. 

    Kini, para veteran politik paling senior di negara pendudukan itu memperingatkan akan terjadinya Perang Saudara.

    Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim memimpin rakyatnya menuju “kemenangan total,” yang bertujuan untuk “mengubah wajah Timur Tengah,” ia malah mengarahkan negara tersebut ke arah otokrasi dan memicu keruntuhan dalam negeri. Seperti yang ditulis Robert Inlakesh kolom opini di Cradle.

    “Kami tengah mempersiapkan diri untuk tahap-tahap perang berikutnya – di tujuh front,” kata perdana menteri Israel pada awal Maret, sebelum meninggalkan gencatan senjata Gaza. 

    Namun, ia mengabaikan medan pertempuran internal yang terjadi di dalam negeri – medan yang tidak memiliki jalan keluar yang jelas. 

    Sementara itu, saat diadili atas kasus korupsi, Netanyahu berupaya memusatkan kewenangan dengan menyingkirkan para pembangkang dan menempatkan struktur pemerintahan di bawah kendali pribadi. 

    Hal ini telah meningkatkan ketegangan dengan komunitas intelijen dan lembaga militer Israel, yang memicu kerusuhan internal yang menyaingi medan perang eksternal. 

    Kudeta yudisial 

    Sebelum peluncuran Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, koalisi yang berkuasa di bawah Netanyahu telah mendorong keras “reformasi” peradilan yang bertujuan untuk menetralkan Mahkamah Agung Israel. 

    Tanpa konstitusi formal, Israel bergantung pada Mahkamah Agung sebagai pemeriksaan terakhir terhadap tindakan eksekutif yang melampaui batas. Membubarkan lembaga ini merupakan tujuan utama Netanyahu dan sekutu sayap kanannya.

    Saat itu, Presiden Isaac Herzog sudah memperingatkan bahwa perang saudara sedang mendekat. Protes mingguan meletus di Tel Aviv dan menduduki Yerusalem. Para demonstran mengkhawatirkan definisi ulang negara secara teokratis yang akan menghapus karakter sekulernya. 

    Bahkan personel intelijen dan militer Israel ikut menentang, dan pada Maret 2023, Histadrut – serikat buruh tertinggi negara pendudukan – mendukung pemogokan umum. Banyak tentara bahkan menolak bertugas.

    Meskipun perang di Gaza untuk sementara mengesampingkan krisis internal ini, Netanyahu dengan cepat menghidupkan kembali perebutan kekuasaannya setelah pengawasan publik beralih, menyalahkan kepala intelijen atas kegagalan operasional sambil mengembalikan pembersihan para pesaingnya.

    Kekuatan terkonsolidasi melalui krisis

    Reformasi peradilan Israel, yang memecah belah masyarakat Israel pada tahun 2023, ditujukan untuk mengekang kekuasaan Mahkamah Agung. 

    Israel tidak memiliki Konstitusi dan malah meniru sistem Mandat Inggris sebelumnya dan pasukan Ottoman yang memerintah Palestina. 

    Oleh karena itu, Mahkamah Agung telah lama berdiri sebagai sarana mencegah politisi dalam koalisi penguasa mengubah hakikat Negara secara mendasar, bertindak sebagai kekuatan penyeimbang bagi pemerintah.

    Amandemen yang diusulkan Netanyahu terhadap sistem ini, yang lebih tepat digambarkan sebagai perombakan peradilan, akan memungkinkan koalisinya untuk membuat undang-undang baru, memengaruhi bagaimana hakim Mahkamah Agung dipilih, dan secara drastis membatasi kewenangan yang dipegang oleh pengadilan untuk membatalkan undang-undang. 

    Contohnya adalah “ RUU kewajaran ” yang awalnya disahkan pada bulan Juli 2023, yang berupaya mencegah Mahkamah Agung membatalkan keputusan pemerintah yang dianggap “sangat tidak masuk akal”.

    Secara keseluruhan, pemerintah koalisi sayap kanan Israel, yang terdiri dari partai-partai keagamaan ekstremis, dianggap berupaya memanfaatkan perombakan peradilan untuk mengesahkan serangkaian undang-undang yang akan menjadikan Israel negara teokratis. 

    Tentu saja, banyak warga Israel di kalangan militer, badan intelijen, partai politik, dan elite keuangan khawatir tentang perubahan mendasar seperti itu pada sifat negara mereka dan lembaga-lembaganya, sehingga memicu reaksi keras terhadap Netanyahu.

    Pada awal perang genosida di Gaza, Israel telah membentuk pemerintahan perang darurat, yang mencakup sejumlah pejabat senior dari berbagai kubu politik. Karena terkejut dengan kekalahan mendadak Komando Selatan Israel dan terpaku pada apa yang akan terjadi selanjutnya, isu reformasi hukum menjadi tidak relevan untuk beberapa waktu. 

    Namun, tanda-tanda yang ada menunjukkan krisis dalam negeri belum berakhir, karena Netanyahu dengan cepat menyalahkan para pemimpin komunitas intelijennya sendiri atas kegagalan 7 Oktober, yang memicu pertikaian internal yang tidak dapat diatasi dengan permintaan maafnya yang terlambat.

    Pada bulan Juni 2024, tokoh oposisi Benny Gantz dan mantan kepala militer Gadi Eisenkot telah mengundurkan diri dari kabinet, sehingga meruntuhkan pemerintahan persatuan yang rapuh. Hal ini membuka jalan bagi Netanyahu untuk menegaskan kembali agenda kekuasaannya – yang pertama kali dimulai dengan kedok reformasi peradilan.

    Pada bulan November 2024, menteri pertahanan yang juga buron , Yoav Gallant, yang telah berulang kali berselisih dengan Netanyahu, dipaksa mengundurkan diri . Ia digantikan oleh Israel Katz, seorang loyalis lama dengan pengalaman terbatas. Sementara itu, mantan saingannya Gideon Saar diangkat sebagai menteri luar negeri – sebuah upaya strategis untuk mengkooptasi perbedaan pendapat.

    Membentuk kembali komando Israel

    Pada bulan yang sama, dua ajudan senior perdana menteri Israel didakwa karena membahayakan keamanan negara dengan menyalurkan informasi rahasia langsung ke Netanyahu dan melewati jalur resmi. 

    Pengungkapan ini bermula dari apa yang disebut skandal “Bibi Files” – kumpulan materi yang merusak yang disembunyikan selama berbulan-bulan berdasarkan perintah bungkam yang diberlakukan pada media Israel.

    Menurut Haaretz , “Lingkaran dalam Netanyahu terlibat dalam penyelidikan.” Laporan tersebut merinci bagaimana perdana menteri melindungi dirinya dari tanggung jawab langsung melalui lapisan loyalis yang dikontrol ketat, menciptakan apa yang digambarkan media tersebut sebagai “zona kekebalan untuk dirinya sendiri – lapisan ajudan dan penasihat yang memisahkannya dari kecurigaan terbaru.”

    Dengan penyelidikan Shin Bet yang terbatas pada kebocoran selektif dan polisi Israel yang secara efektif dinetralisir oleh bayang-bayang Menteri Keamanan sayap kanan Itamar Ben Gvir yang membayangi, Netanyahu tetap tak tersentuh. 

    Ben Gvir sempat mengundurkan diri selama jeda operasi di Gaza, hanya untuk muncul kembali saat pertikaian Netanyahu dengan kepala Shin Bet Ronen Bar kembali memanas.

    Di tengah kebuntuan kelembagaan ini, Netanyahu menyerahkan tanggung jawab atas gencatan senjata dan negosiasi tahanan dengan Hamas kepada orang kepercayaannya Ron Dermer. 

    Langkah tersebut mencabut peran tradisional Mossad dan Shin Bet Israel dalam perundingan semacam itu, yang secara efektif mengubah kantor perdana menteri menjadi pusat dari semua keterlibatan diplomatik berisiko tinggi. 

    Hal ini menandai kudeta diam-diam – manuver terbaru Netanyahu untuk memusatkan kekuasaan.

    Ia kemudian mengganti kepala staf militer yang akan lengser dengan Eyal Zamir , sekutu lama yang sebelumnya menjabat sebagai sekretaris militernya. 

    Setelah menjabat, Zamir memulai perubahan personel yang menyeluruh dalam komando tinggi militer Israel, merestrukturisasinya agar lebih selaras dengan doktrin perang “tujuh front” Netanyahu.

    Tidak lama setelah itu, juru bicara militer Daniel Hagari – salah satu dari sedikit pejabat publik yang masih dipercaya secara luas – disingkirkan. Hagari pernah berselisih dengan perdana menteri selama perang di Gaza. 
    Hingga November 2023, jajak pendapat menunjukkan hanya empat persen warga Israel yang memercayai Netanyahu, sementara 73,7 persen menaruh kepercayaan pada Hagari. Meskipun permusuhan terus berlanjut, popularitas juru bicara tersebut tetap konsisten – yang pada akhirnya menentukan nasib politiknya.

    Perang intelijen

    Pada tanggal 21 Maret, Netanyahu berupaya memecat kepala Shin Bet Ronen Bar, yang meningkatkan perebutan kekuasaannya dengan para kepala intelijen dalam negeri. Pemecatan tersebut – yang dikeluarkan di tengah meningkatnya pengawasan atas skandal kebocoran “Bibi Files” – memicu protes massal dan diblokir sementara oleh Mahkamah Agung.

    Bar sendiri berpendapat bahwa pemecatannya tidak berdasarkan alasan yang sah, namun pemerintah menyatakan bahwa “kurangnya kepercayaan, yang tidak menciptakan ruang bagi lingkungan kerja yang produktif”, memang menjadi alasan pemecatan kepala intelijen tersebut.

    Jaksa Agung Israel Gali Baharav-Miara kemudian memutuskan bahwa pemecatan Bar merupakan “konflik kepentingan,” yang berujung pada pemecatannya sendiri. Sebagai tanggapan, ketua Asosiasi Pengacara Israel, Amit Becher, menuntut Menteri Kehakiman Yariv Levin menghentikan proses pemecatan.

    Pemecatan Bar bertepatan dengan munculnya kembali skandal ” Qatargate “, yang pertama kali dilaporkan oleh jurnalis Haaretz, Bar Peleg. 

    Kasus tersebut berpusat pada para pembantu Netanyahu yang diduga dibayar untuk menjalankan kampanye humas pro-Qatar saat bekerja di dalam kantor PM – satu lagi tanda korupsi yang menggerogoti inti negara.

    Ketika Mahkamah Agung turun tangan untuk menunda pemecatan Bar, hal itu memicu kembali retorika antipengadilan di antara koalisi sayap kanan Netanyahu. Kampanye jangka panjang untuk menetralkan peradilan Israel kembali menjadi agenda.

    Jalan menuju otoritarianisme

    Strategi Netanyahu kini jelas: singkirkan perbedaan pendapat, pasang loyalis, dan konsolidasikan kekuasaan melalui kekacauan. 

    Seperti yang dikatakan jurnalis Israel Uzi Baram, ada ” pertempuran untuk merebut jiwa Israel .” Mantan PM Ehud Olmert mengeluarkan peringatan yang lebih serius, meramalkan bahwa “para perusuh,” yang didorong oleh retorika Netanyahu dan dipersenjatai oleh Menteri Keamanan Itamar Ben Gvir, mungkin akan segera menyerbu studio televisi seperti yang mereka lakukan terhadap lembaga peradilan.

    “Secara perlahan dan diam-diam,” mantan perdana menteri lainnya, Ehud Barak memperingatkan, “Netanyahu sedang membawa Israel ke titik yang tidak bisa kembali. Titik keruntuhan demokrasi akan datang tanpa bisa kita prediksi sebelumnya – dan pada titik di mana kita tidak bisa lagi menghentikannya.”

    Pemimpin oposisi dan mantan PM Yair Lapid kini memperingatkan tentang pembunuhan politik di dalam Israel. Minggu lalu, ia memperingatkan dengan nada mengancam: 

    “Saya sekarang ingin mengeluarkan peringatan berdasarkan informasi intelijen yang jelas: Kita sedang menuju bencana lain. Kali ini bencana itu akan datang dari dalam. Tingkat hasutan dan kegilaan belum pernah terjadi sebelumnya. Akan ada pembunuhan politik di sini. Orang Yahudi akan membunuh orang Yahudi,”

    Sementara itu, sekitar 100.000 tentara cadangan Israel menolak untuk bertugas . Suasana hati masyarakat luas mencerminkan kegelisahan yang mendalam – menurut Maariv , 60 persen warga Israel kini percaya bahwa perang saudara adalah bahaya nyata. 

    Ratusan veteran Mossad, tentara cadangan, dan mantan pejabat telah menandatangani surat yang menuntut pertukaran tahanan dengan Hamas. 

    Ini adalah upaya terakhir untuk menghentikan jatuhnya rezim otoriter. Para loyalis Netanyahu mengeluarkan perintah untuk memecat para veteran ini.

    Saat perang berkecamuk di luar negeri, pertempuran terberat Netanyahu kini terjadi di “dalam negeri” – melawan institusi-institusi yang pernah mendefinisikan negara pendudukan.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Ancaman Kelaparan, dan Kondisi Iran-Suriah

    Ancaman Kelaparan, dan Kondisi Iran-Suriah

    PIKIRAN RAKYAT – Pasukan Israel telah membunuh sedikitnya 17 orang dalam serangan yang terjadi sejak tengah malam kemarin hingga subuh, 27 April 2025.

    Sumber medis juga mengungkapkan bahwa pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 53 orang di seluruh Jalur Gaza pada hari Minggu.

    Gaza Terancam Kelaparan

    Lembaga bantuan di Gaza memperingatkan adanya “kondisi kelaparan skala penuh” di seluruh wilayah Gaza, setelah Israel memblokir masuknya semua barang, termasuk makanan, air, dan obat-obatan, sejak 2 Maret.

    Berikut adalah pernyataan terbaru dari Badan Pangan Dunia (WFP) PBB:

    Stok pangan WFP di Gaza telah habis sepenuhnya. Semua toko roti yang didukung oleh WFP telah tutup, terhalanglah akses roti bagi 800.000 orang. Semua distribusi reguler, termasuk paket makanan, telah dihentikan, dan pasokan terakhir yang ada telah disalurkan ke dapur yang menyajikan makanan panas, dan diperkirakan akan habis dalam beberapa hari. Di pasar, barang-barang dasar seperti daging, telur, dan produk susu sebagian besar tidak tersedia. Harga-harga meroket, dengan harga tepung naik 450 persen, dan biaya makanan secara keseluruhan meningkat hingga 1.400 persen. Pasar beroperasi kurang dari 40 persen kapasitas, dengan stok yang ada kemungkinan bertahan hingga dua minggu lagi. Lebih dari 116.000 ton makanan dari WFP, cukup untuk memberi makan satu juta orang selama hingga empat bulan, saat ini berada di luar Gaza dan siap untuk dikirim. Netanyahu Klaim Israel Gagalkan Pesawat Iran

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel mengirim pesawat untuk mencegah pesawat Iran mencapai Suriah, pada hari di mana mantan Presiden Bashar al-Assad digulingkan Desember lalu.

    “Mereka harus menyelamatkan Assad,” kata Netanyahu dalam pidatonya pada Minggu malam, 27 April 2025.

    Ia juga mengklaim bahwa Iran ingin mengirim satu atau dua divisi udara untuk membantu pemimpin Suriah tersebut.

    “Kami menghentikan itu. Kami mengirim beberapa F-16 untuk menghentikan pesawat-pesawat Iran yang sedang menuju Damaskus, mereka berbalik,” ucapnya lagi.

    Tidak ada komentar lebih lanjut yang diberikan oleh Netanyahu, dan tidak ada tanggapan langsung dari Iran.

    Al-Assad meninggalkan Suriah menggunakan pesawat Rusia pada 8 Desember setelah pasukan oposisi menguasai ibu kota negara itu, Damaskus. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Bombardir Pinggiran Beirut, Gencatan Senjata di Ambang Kehancuran – Halaman all

    Israel Bombardir Pinggiran Beirut, Gencatan Senjata di Ambang Kehancuran – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel melancarkan serangan udara di pinggiran selatan Beirut pada Minggu (27/4/2025).

    Agresi Tel Aviv menargetkan sebuah gedung yang diklaim digunakan oleh kelompok Hizbullah yang didukung Iran.

    Serangan ini terjadi meski gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah telah berlaku selama lima bulan, sejak berakhirnya konflik besar pada November tahun lalu.

    Militer Israel mengatakan mereka menargetkan gudang Hizbullah yang menyimpan “rudal berpemandu presisi”.

    Rezim Zionis juga menyebut fasilitas itu sebagai “ancaman terhadap Negara Israel dan warganya”.

    Dilansir BBC, serangan tersebut merupakan yang pertama kalinya dalam hampir sebulan terakhir Israel menyerang wilayah Dahieh, sebuah daerah di pinggiran selatan Beirut yang dikenal sebagai basis utama Hizbullah.

    Reaksi Keras Lebanon

    Kepresidenan Lebanon mengutuk keras serangan ini.

    Dalam pernyataannya di platform X, Presiden Lebanon Joseph Aoun meminta Amerika Serikat dan Prancis — dua negara yang menjadi perantara gencatan senjata — untuk menekan Israel menghentikan agresinya.

    “Amerika Serikat dan Prancis, sebagai penjamin perjanjian penghentian permusuhan, harus memaksa Israel untuk segera menghentikan serangannya,” tulis Kepresidenan Lebanon.

    Pernyataan tersebut juga memperingatkan bahwa terus berlanjutnya serangan Israel akan memperburuk ketegangan dan mengancam stabilitas kawasan.

    Serangan di Hadath disertai perintah evakuasi dari militer Israel satu jam sebelum serangan diluncurkan.

    Asap Tebal Mengepul

    Rekaman langsung Reuters menunjukkan asap tebal mengepul dari lokasi setelah serangan.

    Menurut Pertahanan Sipil Lebanon, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, dan tim penyelamat berhasil memadamkan api.

    Pemerintah Israel menegaskan bahwa penyimpanan rudal di daerah permukiman merupakan “pelanggaran terang-terangan” terhadap kesepakatan gencatan senjata.

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan, “Israel tidak akan membiarkan Hizbullah tumbuh lebih kuat.”

    Mereka juga menegaskan bahwa “Lingkungan Dahieh di Beirut tidak akan berfungsi sebagai tempat berlindung yang aman bagi organisasi teroris Hizbullah.”

    Di sisi lain, menurut laporan BBC, para pejabat Barat yang berbicara secara anonim menyebut bahwa Hizbullah sebagian besar mematuhi gencatan senjata.

    Katanya, mereka justru menuduh Israel melakukan berbagai pelanggaran, termasuk serangan udara dan pengintaian menggunakan drone.

    Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert, juga angkat bicara.

    Melalui pernyataan di X, ia mengatakan serangan itu “menimbulkan kepanikan dan ketakutan akan kekerasan baru di antara mereka yang sangat ingin kembali ke keadaan normal.”

    “Kami mendesak semua pihak untuk menghentikan tindakan apa pun yang dapat semakin merusak pemahaman tentang penghentian permusuhan,” tambahnya.

    Sebelumnya, pada awal bulan ini, serangan udara Israel di wilayah Dahieh juga menewaskan empat orang, termasuk seorang pejabat senior Hizbullah.

    Serangan terbaru ini menunjukkan betapa rapuhnya gencatan senjata yang ada, serta meningkatkan risiko eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Pelabuhan Terbesar Terguncang, Israel Dituding Jadi Dalang

    Pelabuhan Terbesar Terguncang, Israel Dituding Jadi Dalang

    PIKIRAN RAKYAT – Ledakan besar mengguncang pelabuhan terbesar Iran, Bandar Abbas, pada Sabtu 26 April 2025, menewaskan sedikitnya 18 orang dan melukai lebih dari 700 lainnya. Insiden ini terjadi di area pelabuhan Shahid Rajaee, yang merupakan pusat peti kemas terbesar di Iran.

    Menurut laporan media pemerintah Iran, ledakan diduga berasal dari bahan kimia yang disimpan secara tidak aman di dalam kontainer. Juru bicara Organisasi Manajemen Krisis Iran, Hossein Zafari, mengungkapkan bahwa pihaknya sebelumnya sudah memperingatkan soal potensi bahaya ini.

    “Penyebab ledakan adalah bahan kimia di dalam wadah,” ucap Hossein Zafari kepada kantor berita ILNA.

    “Sebelumnya, Direktur Jenderal Manajemen Krisis telah memberikan peringatan kepada pelabuhan ini selama kunjungan mereka dan telah menunjukkan kemungkinan bahaya,” ujarnya menambahkan.

    Meskipun bahan kimia disebut sebagai pemicu utama, seorang juru bicara pemerintah Iran menyatakan penyebab pasti insiden belum dapat dipastikan. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, langsung memerintahkan investigasi menyeluruh dan mengirim Menteri Dalam Negeri ke lokasi kejadian.

    Rekaman resmi yang disiarkan televisi Iran memperlihatkan awan asap hitam dan oranye mengepul di atas pelabuhan, diikuti kerusakan parah pada gedung-gedung sekitar. Ledakan juga menghancurkan jendela dalam radius beberapa kilometer, bahkan terdengar hingga ke Pulau Qeshm yang berjarak sekitar 26 kilometer dari lokasi.

    Sejumlah korban terluka terlihat tergeletak di jalan, sementara para petugas penyelamat berusaha memadamkan api dan mengevakuasi truk-truk dari area terdampak. Pejabat bea cukai menyebutkan bahwa area kontainer yang meledak kemungkinan menyimpan “barang berbahaya dan bahan kimia.”

    Akibat ledakan ini, seluruh aktivitas di pelabuhan Shahid Rajaee dihentikan sementara.

    Dugaan Keterlibatan Israel Penjajah

    Meski sejauh ini penyebab teknis menjadi fokus penyelidikan, tudingan terhadap Israel penjajah mencuat seiring rekam jejak ketegangan panjang kedua negara. Dalam beberapa tahun terakhir, Iran kerap mengalami serangkaian insiden mematikan di sektor energi dan industrinya, mulai dari kebakaran kilang, ledakan gas di tambang batu bara, hingga insiden perbaikan darurat di Bandar Abbas pada 2023 yang menewaskan seorang pekerja.

    Iran menuding sebagian insiden tersebut merupakan sabotase oleh Israel penjajah. Termasuk serangan terhadap fasilitas pertahanan udara Iran dan serangan siber terhadap jaringan pelabuhan Shahid Rajaee pada 2020.

    The Washington Post melaporkan bahwa insiden ledakan kali ini kemungkinan besar melibatkan Israel penjajah sebagai bentuk balasan atas serangan siber Iran sebelumnya. Israel penjajah sendiri disebut sangat khawatir terhadap hasil pembicaraan nuklir AS-Iran yang sedang berlangsung di Oman, sehingga diduga berupaya menghambat perkembangan program nuklir Iran.

    Teheran menegaskan program nuklirnya murni untuk tujuan damai, namun para pengamat internasional menilai Iran kian mendekati kemampuan untuk memproduksi bom nuklir.

    Hingga kini, tidak ada komentar resmi dari militer Israel penjajah maupun kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai dugaan keterlibatan Israel penjajah dalam ledakan tersebut.

    Fasilitas Minyak Tidak Terdampak

    Dalam keterangan terpisah, Perusahaan Pemurnian dan Distribusi Minyak Iran Nasional menegaskan bahwa fasilitas minyak di sekitar lokasi ledakan tidak terdampak.

    “Kami tidak memiliki hubungan dengan kilang, tangki bahan bakar, kompleks distribusi, dan pipa minyak di area tersebut,” ujar pernyataan resmi perusahaan, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

    Pihak berwenang Iran memastikan bahwa hingga saat ini upaya pemadaman api dan penanganan korban terus berlangsung, sambil menunggu hasil investigasi lebih lanjut.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Terbaru! Norwegia Resmi Akui Kemerdekaan Palestina

    Terbaru! Norwegia Resmi Akui Kemerdekaan Palestina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Norwegia secara resmi mengumumkan pembentukan hubungan diplomatik dengan Negara Palestina pada Kamis (25/4/2025). Langkah ini menjadi sinyal kuat dari negara Eropa tersebut di tengah serangan Israel ke Gaza yang menuai kecaman luas dunia internasional.

    Pengumuman ini bertepatan dengan penyerahan surat kepercayaan oleh Duta Besar Palestina yang baru untuk Norwegia, Marie Sedin, dalam sebuah upacara resmi di Istana Kerajaan. Dalam seremoni tersebut, Sedin menyerahkan surat kepercayaan kepada Raja Harald V dari Norwegia.

    Dengan pengakuan resmi ini, Palestina kini memiliki saluran diplomatik di Oslo, menandai babak baru hubungan bilateral kedua negara.

    Norwegia bergabung dengan 13 negara Eropa lainnya yang telah lebih dulu mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Secara global, 148 dari 193 negara anggota PBB telah memberikan pengakuan serupa.

    Hak untuk Kemerdekaan Palestina

    Keputusan Norwegia untuk mengakui Palestina sebagai negara berdaulat sebenarnya telah diumumkan sejak 22 Mei tahun lalu, di tengah meningkatnya serangan Israel ke Gaza yang menyebabkan puluhan ribu korban jiwa di pihak Palestina.

    Norwegia telah berulang kali menyatakan bahwa Palestina memiliki hak untuk merdeka dan menentukan nasib sendiri.

    Oslo juga mendukung solusi dua negara, di mana Israel dan Palestina hidup berdampingan secara damai dalam negara mereka masing-masing.

    Sejak Oktober 2023, serangan militer Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 51.200 warga Palestina dan melukai ratusan ribu lainnya.

    Israel kini tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), serta surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Tak hanya itu, Norwegia menjadi negara Eropa pertama yang secara terbuka menyatakan akan menangkap Netanyahu dan Gallant jika mereka memasuki wilayah Norwegia.

    (pgr/pgr)

  • Kontainer Bahan Kimia Meledak di Pelabuhan Iran, 4 Tewas-Ratusan Luka

    Kontainer Bahan Kimia Meledak di Pelabuhan Iran, 4 Tewas-Ratusan Luka

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ledakan besar mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee di Bandar Abbas, Iran, pada Sabtu (26/4/2025) waktu setempat, menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai lebih dari 500 orang, menurut laporan media pemerintah Iran.

    Melansir Reuters, ledakan itu terjadi saat Iran memulai putaran ketiga perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS) di Oman. Namun, sejauh ini belum ada indikasi bahwa kedua peristiwa tersebut saling berkaitan.

    Juru Bicara Organisasi Manajemen Krisis Iran Hossein Zafari menyebut ledakan itu kemungkinan besar dipicu oleh buruknya penyimpanan bahan kimia di dalam kontainer pelabuhan.

    “Penyebab ledakan itu adalah bahan kimia di dalam kontainer,” ujarnya kepada kantor berita ILNA, dikutip dari Reuters, Sabtu (26/4/2025).

    Ia juga menambahkan, “Sebelumnya, Direktur Jenderal Manajemen Krisis telah memberikan peringatan kepada pelabuhan ini selama kunjungan mereka dan telah menunjukkan kemungkinan bahaya.”

    Meski bahan kimia diduga kuat menjadi pemicu, juru bicara pemerintah Iran menegaskan, penyebab pasti ledakan masih dalam penyelidikan.

    Dari insiden ini, saluran berita resmi Iran menayangkan rekaman dramatis, asap hitam dan jingga pekat membubung di atas pelabuhan, gedung-gedung perkantoran hancur, dengan puing-puing berserakan di mana-mana.

    Pelabuhan Shahid Rajaee merupakan pelabuhan terbesar di Iran, menangani sebagian besar lalu lintas kontainer negara tersebut. Ledakan ini begitu kuat hingga memecahkan jendela dalam radius beberapa kilometer, bahkan suara dentumannya terdengar sampai ke Pulau Qeshm, sekitar 26 kilometer dari Bandar Abbas.

    Kantor berita Tasnim juga mengunggah video suasana kacau, memperlihatkan korban-korban yang terluka tergeletak dan tengah mendapatkan perawatan darurat.

    Sebelumnya, TV pemerintah melaporkan kelalaian dalam penanganan bahan mudah terbakar merupakan “faktor penyebab” ledakan. Seorang pejabat manajemen krisis menyebutkan ledakan bermula dari beberapa kontainer yang meledak.

    Dalam upaya penyelamatan, truk-truk dievakuasi dari pelabuhan, dan aktivitas di sana sementara dihentikan. Para pejabat memperingatkan area kontainer kemungkinan menyimpan “barang-barang berbahaya dan bahan kimia.”

    Serangkaian Insiden Mematikan

    Ledakan di pelabuhan ini menambah daftar panjang insiden mematikan yang terjadi di Iran dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kecelakaan seperti kebakaran kilang minyak, ledakan gas di tambang batu bara, hingga insiden perbaikan darurat di Bandar Abbas pada 2023 lalu, yang merenggut nyawa seorang pekerja, sebagian besar disebabkan oleh kelalaian.

    Namun, tidak semua insiden murni kecelakaan. Iran juga menuduh Israel berada di balik beberapa serangan terhadap infrastruktur strategis mereka. Teheran menyalahkan Israel atas serangan terhadap jaringan pipa gas pada Februari 2024, serta serangan siber yang melumpuhkan sistem komputer di pelabuhan Shahid Rajaee pada tahun 2020 silam. Washington Post sebelumnya melaporkan, serangan siber itu merupakan balasan atas operasi siber Iran terhadap Israel.

    Meski begitu, hingga saat ini belum ada komentar resmi dari militer Israel maupun dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai dugaan keterlibatan mereka dalam ledakan Sabtu ini.

    Yang pasti, otoritas Iran memastikan fasilitas minyak di sekitar pelabuhan tetap aman. Dalam pernyataannya, Perusahaan Penyulingan dan Distribusi Minyak Nasional Iran menegaskan bahwa insiden ini “tidak ada kaitannya dengan kilang minyak, tangki bahan bakar, kompleks distribusi, maupun jaringan pipa minyak.”

    (dce)

  • Paus Fransiskus Dimakamkan Hari Ini, Pemimpin Dunia Beri Penghormatan Terakhir – Halaman all

    Paus Fransiskus Dimakamkan Hari Ini, Pemimpin Dunia Beri Penghormatan Terakhir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Upacara pemakaman Paus Fransiskus berlangsung hari ini, dihadiri oleh sejumlah pemimpin dunia.

    Pemakaman dilaksanakan di Basilika St Mary Maggiore, dengan setidaknya 170 pejabat asing yang telah mengonfirmasi kehadiran.

    Di antara pemimpin yang hadir adalah:

    Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, beserta istrinya, Melania Trump.
    Pangeran William, yang mewakili keluarga kerajaan Inggris.
    Lula da Silva, Presiden Brasil, bersama istrinya, Janja Lula da Silva.
    Ferdinand Marcos Jr, Presiden Filipina, dan istrinya, Lisa Marcos.

    Pemimpin Eropa lainnya yang juga hadir termasuk Emmanuel Macron (Presiden Prancis), Andrzej Duda (Presiden Polandia), Maia Sandu (Presiden Moldova), dan Ursula von der Leyen (Presiden Komisi UE).

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang sebelumnya dikabarkan tidak dapat menghadiri upacara pemakaman Paus Fransiskus, kini terlihat hadir di tengah-tengah para pejabat asing yang melayat.

    Namun, beberapa pemimpin, seperti Vladimir Putin (Presiden Rusia) dan Benjamin Netanyahu (Perdana Menteri Israel), dipastikan tidak akan hadir.

    Rangkaian Acara Pemakaman

    Selama tiga hari terakhir, sekitar 250.000 orang telah memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus yang telah terbaring di peti jenazah di Basilika Santo Petrus.

    Hari ini, peti jenazahnya akan dibawa melewati pintu utama untuk pemakaman luar ruangan yang dimulai pukul 10 pagi waktu setempat.

    Acara ini akan dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, seorang uskup Italia berusia 91 tahun.

    Iring-iringan mobil jenazah Paus Fransiskus akan melintasi kota Roma, memberikan kesempatan bagi warga untuk mengucapkan selamat tinggal.

    Sebagai langkah keamanan, Italia telah menutup wilayah udara di atas kota dan mengerahkan pasukan tambahan.

    Paus Fransiskus meninggal dunia pada usia 88 tahun pada 21 April 2025, dengan penyebab kematian yang tercantum dalam surat kematiannya adalah stroke, koma, dan gagal jantung.

    Dalam surat wasiatnya, Paus Fransiskus menginginkan pemakaman yang sederhana di Basilika St Mary Maggiore, sekitar 4 kilometer dari St Petrus, dengan hanya tertulis namanya, “Fransiskus”, di makamnya.

    Sebuah replika salib berlapis besi sederhana yang biasa ia pakai akan digantung di atas lempengan marmer sebagai penghormatan terakhir.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Pemimpin Dunia Hadiri Upacara Pemakaman Paus Fransiskus di Basilika St. Mary Maggiore – Halaman all

    Pemimpin Dunia Hadiri Upacara Pemakaman Paus Fransiskus di Basilika St. Mary Maggiore – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Para pemimpin negara dikabarkan akan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus yang dilaksanakan pada hari ini, Sabtu (26/4/2025).

    Daftar hadir pemakaman memperlihatkan setidaknya ada 170 pejabat asing yang akan menghadiri pemakaman tersebut.

    Di antaranya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan hadir bersama istrinya, Melania Trump.

    Selain Trump dan istrinya, Melania, ada sejumlah pemimpin lain yang hadir dalam pemakaman tersebut.

    Pangeran William akan mewakili keluarga kerajaan Inggris di Roma.

    Presiden Brazil Lula da Silva dan istrinya Janja Lula da Silva juga akan menghadiri upacara tersebut.

    Dari Asia Tenggara, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan istrinya, Lisa Marcos, juga akan hadir.

    Pemimpin lainnya yang dikabarkan akan hadir di antaranya, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Polandia Andrzej Duda, Presiden Moldova Maia Sandu, Presiden Komisi UE Ursula von der Leyen, dan pemimpin Eropa lainnya.

    Sejumlah pemimpin dunia yang tidak akan menghadiri pemakaman tersebut di antaranya Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Mereka akan bergabung dengan banyak umat Katolik untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus dalam Misa pemakaman di Lapangan Santo Petrus.

    Selama tiga hari terakhir, sekitar 250.000 orang berjalan melewati jenazah Paus Fransiskus, yang telah dibaringkan dalam peti jenazah di depan altar Basilika Santo Petrus yang luas dan dibangun pada abad ke-16.

    Peti jenazah Paus Fransiskus akan dibawa melewati pintu utama pada hari Sabtu untuk pemakaman di luar ruangan, yang dimulai pukul 10 pagi waktu setempat, dengan barisan pejabat asing yang berkumpul di satu sisi tiang batu, menghadap ratusan kardinal bertopi merah di sisi kursi yang berseberangan, seperti diberitakan Reuters.

    Lebih dari 250.000 pelayat yang diperkirakan akan memenuhi jalan luas berbatu dan rute akses utama menuju basilika untuk mengikuti upacara, yang akan dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, seorang uskup Italia berusia 91 tahun, menurut pernyataan Vatikan.

    Iring-iringan mobil jenazah Paus Fransiskus akan mengantarnya melewati kota untuk terakhir kalinya, memberi kesempatan kepada warga Roma untuk mengucapkan selamat tinggal.

    Italia telah menutup wilayah udara di atas kota itu dan mengerahkan pasukan tambahan, dengan rudal antipesawat dan kapal patroli untuk menjaga acara tersebut dalam salah satu operasi keamanan terbesar yang pernah dilihat negara itu sejak pemakaman Yohanes Paulus II.

    Paus Fransiskus meninggal dunia dalam usia 88 tahun pada hari Senin, 21 April 2025 pukul 07.35 waktu Vatikan.

    Surat kematiannya menyebutkan penyebab kematian Paus Fransiskus di antaranya stroke, hingga koma dan gagal jantung, serta masalah kesehatan lainnya.

    Sementara itu, surat wasiatnya mengatakan bahwa Paus Fransiskus ingin dimakamkan dengan upacara sederhana dan dimakamkan di tanah serta makamnya hanya akan bertuliskan “Fransiskus”.

    Paus Fransiskus menulis dalam surat tersebut bahwa ia ingin dimakamkan di Basilika St. Mary Maggiore di Roma, sekitar 4 kilometer dari St. Petrus.

    Sebuah replika salib berlapis besi sederhana yang biasa ia pakai di lehernya tergantung di atas lempengan marmer.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)